24 Oktober 2008

Sendiri dulu

Saya sedang menikmati kesendirian saat ini, secara sejak seminggu lalu, suami saya sedang berada di negara Paman Sam, dan rencananya akan tinggal hingga pertengahan bulan depan.

Rasanya memang beda. Ketika seseorang yang 'masih sendiri' (single) dan yang 'sudah tidak sendiri' (double), mereka akan memaknai kesendirian, dari arti dan sudut pandang yang berbeda.

Almarhum Ayah mertua saya dulu pernah bilang : "deket bau T*I, jauh bau WANGI". Begitulah yg sekarang ini yang sedang saya dan suami saya rasakan. Bukan faktor kangen2an semata. Tapi, ada hal-hal yang sesungguhnya ketika "bersama", menjadi sebuah konflik dan saat "berjauhan", menjadi sebuah ketergantungan.

Sejak kami berjauhan, setiap hari, ketika saya sudah lelah melakukan aktifitas sehari-hari, suami saya menyapa saya via chatting yang notabene, dia baru segar bugar dan akan bersiap melakukan aktifitas.

"Ma, gimana caranya rapiin tempat tidur?. Ada 8 lapis nih, yang mana duluan?".

Pertanyaan tersebut buat saya sangat menggelikan, karena selama kami hidup bersama, boro-boro ngrapiin tempat tidur, jangan-jangan yang namanya seprei aja dia gag tau, hehe.

Mungkin, kalo dia bertanya ketika kami dekat, akan saya cuekin. Tapi, karena kami sedang berjauhan, dengan sabar saya arahkan pelan-pelan.

Begitu juga ketika disini saya harus menghadiri sebuah undangan pernikahan. Padahal, biasanya saya lebih memilih hadir bersama teman-teman atau saudara, ketimbang dengan suami. "Pa, nanti malam ada undangan, aku males hadir ah, sendirian...", hehehe.

Tapi, ada juga hal-hal yang biasanya saya lakukan bersama suami, yang sepertinya saya tidak mampu utk melakukannya, tiba-tiba saya bisa. Seperti ketika beberapa hari yang lalu, saya dengan sukses melobby dan bertemu dengan salah seorang pejabat. Biasanya untuk hal tersebut, saya tidak mau tau, itu urusan suami saya.

Dan juga ketika menghadapi anak sakit. Biasanya saya akan panik, tapi Alhamdulillah saya ringan saja membawa ke dokter, beli obat dan meminumkannya.

Ketika "pasukan tempur" sedang "perang", biasanya juga saya akan ikutan "perang" dan langsung menyerahkan kondisi tersebut kepada suami saya, tapi kali ini, alhamdulillah ringan saja.

Dahulu, nabi Adam juga sendiri dan setelah itu ketemu Hawa yang juga sendiri. Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Pada saatnya, akan terjadi "kesendirian" lagi, ketika dikubur di liang lahat nanti.

Kepada suami saya ; Terimakasih telah menjadikan saya sebagai "seseorang" meskipun tidak sekelas "wonder woman". Terimakasih juga telah menjadikan saya mengerti apa arti hidup beserta prosesnya.

22 Oktober 2008

Apa kabar ?

Temans, apa kabar ?.

Setelah sekian lama kita tak pernah jumpa. Banyak yang 'tlah berubah, dan ku ingin dengar dari ceritamu...

Ya, maafkan saya karena lama gag posting. Tapi, bukan berarti kreatifitas saya jadi terhenti, ide-ide juga jadi mandek. Justru, saya sedang mencari refleksi diri, mengkoreksi diri, apakah selama ini yang saya lakukan sudah benar?, sudah sesuai?, sudah seimbang?...

Aaah, tergantung dari sebelah mana melihatnya. Kalau memang orang selalu memandang bahwa hidup ini jeleeek terus, ya mau gag mau 'mind' dia akan terbentuknya negative thinking terus, termasuk menilai diri saya.

Tapi, tidak apa. Semakin seseorang mendapat "terpaan angin", semakin kuat dia akan berdiri dan berjalan menapaki hidup.

Jadi, be positive. Yakinlah, segala sesuatu mempunyai kekurangan dan kelebihan. Dan, apabila kita melihat suatu keburukan, rubahlah dengan menggunakan lisan. Apabila tidak bisa, rubahlah dengan hati atau lebih baik DIAM.

Salam kangen selalu...