23 Desember 2007

Masih ada orang baik

  • Masihkah ada orang baik di dunia ini ?
  • Wah, suatu pertanyaan yang sulit di jawab. Tergantung persepsi masing-masing, tapi saya yakin, masih ada.
  • Apakah kebaikan seseorang bisa di ukur ?
  • Tidak bisa. Tapi bisa di tebak.
  • Adakah orang di dunia ini yang berbuat baik secara tulus ikhlas, tanpa pamrih dan tanpa mengharapkan balasan ?
  • !@#$%^&*_+)?$%~==> Hampir tidak ada !!!

Suatu hari, dalam perjalanan ke Surabaya, saya sms-an dengan sahabat saya :

  • Saya : ..... Oke pa'e, saya minta maaf deh. Terus, kapan saya jadi orang baik kalo orang yang saya baikin malah tidak baik?
  • Pa'e : Lebih baik mengharapkan balasan kebaikan dari Gusti Allah daripada menungso
  • Saya : Terus, mediatornya siapa kalo bukan manusia?
  • Pa'e : Mediator tetap manusia, tapi harapkan balasan dari Allah, alias harus ikhlas
  • Saya : Oh gitu ya. Trims ya atas masukan dan nasehatnya, mudah-mudahan bisa mengembalikan kepercayaan saya bahwa masih ada orang baik di dunia ini
  • Pa'e : Harus berpikiran bahwa masih ada manusia yang baik dan itu pasti. Kalo kita berpikir semua jelek, itu namanya apriori dan menjurus ke fitnah
  • Saya : Iya ya... saya termasuk sulit percaya sama orang, makanya jadi galak kayak singa...
  • Pa'e : Itu namanya waspada, bagus. Apalagi seperti singa... medheni, seraaam...

Begitulah... kadang-kadang kita selalu ingin berbuat baik dan orang lain juga ingin berbuat baik kepada kita. Hanya saja, kita tidak dapat mengukur, segimana ikhlas atau tidaknya hati kita masing-masing. Secara lisan, pasti akan terucap "saya ikhlas kok". Entah di hati. Dalamnya lautan bisa di ukur, dalamnya hati?, siapa yang tau.

Satu-satunya orang baik yang saya kenal selain ayah&ibu saya adalah suami saya. Dan, kadang karena kebaikannya, bisa membuat saya tidak suka dan akhirnya marah sama dia. Aneh ya. Harusnya saya ikut senang kalo suami saya berbuat baik. Tapi, saya melihat bahwa orang yang baik sama dia cenderung ada maunya, ada maksud dan tujuan tertentu. Oh, manusiawi sekali... Kalo maksudnya bagus, its oke, bisa saling menguntungkan. Tidak jarang, salah satu pihak merasa dirugikan yang akhirnya menimbulkan kekecewaan. Nah, itu yang saya tidak suka.

Saya sendiri juga tidak tau, termasuk kategori yang bagaimana, baik atau tidak baik. Semua tergantung persepsi orang yang mengenal kita.

Kalo saya pergi kemanapun, ibu saya selalu mengkhawatirkan apakah saya akan baik-baik saja. Dan apakah orang-orang yang saya temui akan berbuat baik kepada saya?. Saya selalu meyakinkan ibu saya bahwa saya akan baik-baik saja. Dan bahkan saya jadi munafik bahwa sebenarnya saya juga tidak tau apakah masih ada orang baik???.

18 Desember 2007

Menyusu simbok (sebuah persembahan untuk ibu...)

Apa yang akan dilakukan seorang anak kecil ketika sedang dalam kondisi nggak nyaman?. Pasti akan mencari-cari ibunya, kemudian menangis dan merajuk untuk minta perlindungan. Saya rasa, bukan hanya anak kecil saja yang akan begitu. Ketika seseorang merasa nggak nyaman, pasti akan mencari sosok yang bisa dan mampu untuk dijadikan pelindung selain kepada NYA, yaitu ibunda...
Boleh percaya atau tidak, ada 'setruman' khusus antara ibu dan anak. Begitulah yang terjadi, bahwa seorang ibu akan selalu dicari dan dibutuhkan kapan saja dimana saja. Bahkan, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, ia berkata : "Telah datang seseorang kepada Rasulullah SAW dan berkata ; 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?'. Nabi SAW menjawab : 'ibumu!'. Orang tersebut kembali bertanya, 'kemudian siapa lagi?'. Nabi SAW menjawab : 'ibumu!'. Ia bertanya lagi, 'kemudian siapa lagi?'. Nabi SAW menjawab : 'ibumu!'. Orang tersebut bertanya kembali, kemudian siapa lagi ya Rasulullah?'. Nabi SAW pun menjawab, 'bapakmu!'." (HR Bukhari dan Muslim).
Betapa mulianya seorang ibu sampai-sampai 3x disebut begitu. Dan apakah benar ada ungkapan 'surga dibawah telapak kaki ibu?'. Bisa jadi... Saya sendiri adalah seorang ibu, ibu yang masih 'mbok-mbok en', hehehe. Masih suka nangis dan mewek ketika ditimpa masalah. Tapi, saya pantang menceritakan segala problema hidup yang saya alami ke ibu saya. Nggak tega... Apalagi saya juga pernah merasakan betapa repot dan payahnya mengandung selama sembilan bulan dan berjuang antara hidup dan mati ketika melahirkan. Ruaaarrr biasaaa... sakitnya tiada tara.
Saya juga suka mikirin kalo anak-anak saya susah makan dan beberapa masalah spesial anak-anak seperti sakit, jatuh dll. Itulah yang menyebabkan saya pantang curhat macam-macam ke ibu saya. Tapi herannya, ibu saya suka ngrasa kalo saya lagi ada 'sesuatu'. Dan saya juga bisa merasakan kalo anak saya lagi ada 'sesuatu'. Hubungan batin antara ibu-anak sepertinya nggak mengenal jarak dan waktu, melintas ruang dan batas.
Sudah lama saya hidup terpisah dengan ibu saya secara saya harus ngikut suami. Kadang ada perasaan kangen kalo lama nggak kontak dan kadang sebel kalo ibu saya crewet nanya ini itu. Hal-hal seperti itu biasa terjadi dan akan hilang begitu saja tanpa dimasukin hati.
Sebentar lagi Hari Ibu akan tiba. Saya sebagai seorang anaknya ibu, tidak bisa dan merasa belum bisa memberikan sesuatu yang berguna dan bermanfaat selain materi kepada ibu saya. Apa ya kira-kira?. Saya pernah bertanya kepada ibu, dan beliau hanya menjawab "dadi uwong ora usah macem-macem, sing lurus wae Insya Allah uripmu barokah". Apa sekarang saya sudah bisa menjalankan hal tersebut?. Wallahu a'lam. Sebagai seorang ibu, saya juga tidak berharap yang muluk-muluk terhadap anak saya. Jadi anak yang baik, nurut dan nggak neko-neko, sudah itu saja. Dan tentu saja saling mendo'akan....
Ibu, do'a ku menyertaimu....

kunyanyikan sebuah lagu untukmu ibu
sebagai wujud trimakasih ku kepadamu
tanpa lelah, kau berjuang membesarkanku
berikan yang terbaik untuk ku...
izinkanlah tanganmu ku cium
dan ku bersujud di pangkuanmu
temukan kedamaian di hangat pelukmu...
di dalam hati kuyakin serta percaya
ada kekuatan doa yang engkau titipkan
lewat Tuhan, membuat semangat bila diri ini
rapuh dan tiada berdaya...
ada surga di telapak kakimu
betapa besar arti dirimu
buka pintu maafmu, saat ku lukai hatimu...
ada surga di telapak kakimu
lambangkan mulianya dirimu
hanya lewat restumu, terbuka pintu ke surga
kasih sayangmu begitu tulus
kau cahaya di hidupku
tiada seorang pun yang dapat
menggantimu...



17 Desember 2007

vote, Hady Mirza!

For the last two nights, i sat in front of TV (in case its not my habit...) for watching Asian Idol Show. One of the contestant make me fall in love, he is Hady Mirza (Singapore). For the voice, Hady's is not better than Mike Mohede (Indonesian) and Mau Marcello (Philipine). But dunno why, i really sure that he will be the winner. Actually, nothing special from Hady. He just looks like the other young singer in the world (especially in Asia). But for me, he has good performance, good looking and 'something' i can't say...
Beberapa sms voting saya kirim untuk mendukung Hady, dan tentu saja Mike (secara dia adalah Indonesian gitu, biar saya dibilang punya nasionalisme yang kuat). Tidak ada alasan khusus kenapa saya bisa yakin seyakin-yakin nya bahwa Hady yang akan menang.
Saya juga menjagokan Abhijeet (India) secara saya dari dulu seneng banget sama Indian singer/artist. Saya juga sangat suka nonton Indian Movie. Salah satu alasannya, bukan karena hanya ceritanya saja, tapi saya menilai bahwa menjadi artis India adalah sebuah perjuangan mengingat betapa sulitnya menyelaraskan antara gerak dan lagu. Hampir di semua film India, terdapat lagu yang kemudian dipadukan dengan tarian sehingga membentuk suatu gerakan yang, menurut saya, sangat indah (dan kadang rumit).
Biasanya, saya kurang menyukai acara kontes-kontesan seperti itu. Saya juga tidak dari awal mengikuti Indonesian Idol. Tapi, sejak diadakan Asian Idol, saya jadi rajin sekali menyimak seluruh acara dan tidak satupun yang saya ingin tinggalkan. Faktor positif yang saya lihat dari acara kontes-kontesan seperti itu, yaitu setiap orang diajarkan untuk mencoba, berusaha dan penderitaan. Itu merupakan 3 based of learning. Pertama datang, mereka mencoba dan berusaha untuk mendapatkan yang terbaik dengan cara yang mereka bisa dengan sebelumnya beberapa penderitaan mereka alami, seperti ngantri ber jam-jam. Dan kontes beginian, menurut saya bener-bener dinilai dari segi suara. Siapapun dia, kalo suaranya bagus walaupun body kurang menunjang, pasti akan terpilih. Tapi, akan lebih baik kalo dua-dua nya dimiliki oleh setiap orang (hehehe, maksa)
So, for Hady Mirza, CONGRATULATION guys!. Allah with you and all the best for you...








14 Desember 2007

I'm nothing

Kemaren malam, saya menghadiri perpisahan direktur salah satu instansi Inggris di Jakarta. Saya nggak tau, kapasitasnya sebagai apa kok bisa-bisanya beliau ngundang saya. Bisa jadi karena instansi tersebut selalu keep in touch dengan para relasinya.
Acaranya santai, dinner di rumahnya yang cukup mewah di kawasan Kemang. Suguhannya pun Indonesia bangeeet... nasi liwet komplet dengan dessert pisang goreng dan ketan kinco.
Yang bikin saya minder adalah, yang hadir itu lhooo... para profesor dari berbagai kalangan, tokoh agama, tokoh masyarakat, rektor-rektor universitas yang biasanya hanya bisa saya liat di tipi. Walaupun sebenarnya saya juga biasa bertemu beberapa dari mereka, but I'm nothing...
Setiap orang diciptakan sesuai dengan kemampuan masing-masing di bidangnya. Bisa jadi si profesor tidak menguasai permasalahan si tokoh agama, dan si A tidak menguasai bidangnya si B, karena memang likulli syai'in qadra.
Pada dasarnya, manusia dihadapan Tuhan adalah sama, yang membedakan hanyalah tingkat keimanan dan ketaqwaan.

13 Desember 2007

Mrungsungi...

Hari ini saya mulai 'hidup' kembali, setelah sekian lama merenung dan mengurung diri, menutup akses kemana saja dan menghentikan aktifitas saya untuk sementara. Ya, saya mrungsungi, istilah itu untuk ulo yang ganti kulit. Sebelum saya memutuskan untuk 'show' kembali (hehehe), pelan-pelan saya 'menampakkan diri' di hadapan teman-teman dan sebagian kerabat. Semua serentak bertanya : "kemana aja siiih..?". Dengan bangga saya bilang "lebih baik di kangeni daripada di boseni"... hihihihi.
Tidak banyak yang berubah pada diri saya walaupun 'mrungsungi' saya kelewat batas. Normally, ulo hanya memerlukan waktu sekitar 1-2 minggu saja. Tapi, saya bisa sampe 2 bulanan. Segitu parahnya kah?. Berbagai nasehat baik spiritual maupun nasehat cacah rucah saya terima dari siapa saja. Intinya, semua permasalahan ada jalan keluarnya dan jangan dimasukin hati. Ya, betul. Saya nggak pernah masukin hati, tapiiii yang namanya habis dicubit, pasti sakit. Apalagi yang kena cubit adalah 'hati'.
Well, Insya Allah saya sudah siap kembali for facing this life apapun yang terjadi. Semua hikmah datangnya belakangan dan sulit untuk menebak bagaimana hikmah tersebut datang kepada kita. Yang jelas, dalam hidup, kita pasti akan mengalami sesuatu yang tidak pernah diduga.
Walaupun saya mrungsungi, penampilan saya masih tetap seperti dulu. I am what I am... Miss u all :)

06 Desember 2007

Sebelum cahaya

ku teringat hati yang bertabur mimpi
kemana kau pergi, cinta...
perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri
kuatkanlah hati, cinta...
ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja
yang menemanimu sebelum cahaya
ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra
yang 'kan membelaimu, cinta...
kekuatan hati yang berpegang janji
genggamlah tanganku, cinta...
ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri
temani hatimu, cinta...