27 September 2007

Nasib kita, siapa yang menentukan?

Kita sering mendengar ungkapan, "lha memang sudah nasibnya begini, mau diapain lagi"... Biasanya ungkapan tersebut lebih banyak ditujukan kepada sebuah kekecewaan atau untuk hal yang kurang beruntung, namun tidak jarang pula kita mendengar, "emang nasibnya bagus...".
Apakah memang benar nasib kita adalah kehendak Tuhan?
Yang menentukan nasib kita adalah diri kita sendiri. Ketika saya mendengar kawan saya bilang, "kasihan sekali nasib anak-anak itu mesti ngamen di jalanan". Saya tanya, "apanya yang kasihan?". Kawan saya menjawab, "anak-anak itu seharusnya sekolah, bukan ngamen".
Lha, memang seharusnya anak-anak itu di sekolah, bukan ngamen di jalan. Atas kehendak siapa mereka ngamen di jalan?. Orang tua mereka-kah yang tidak mampu untuk mengirim mereka ke sekolah?, keinginan anak-anak itu sendiri-kah yang ingin mempunyai uang dengan cara ngamen untuk membantu keluarga?, atau Tuhan yang menjadikan mereka pengamen?.
Dalam hidup, kadang kita menghadapi suatu dilema. Kita dituntut untuk membuat suatu keputusan yang sangat sulit sekali. Tidak jarang membutuhkan pengorbanan yang sangat besar. Kadang keputusan yang kita ambil, berakibat kurang baik yang akhirnya kita putus asa dan mempunyai tendensi untuk menyerah dan berkata, "ini memang sudah nasibku"...
Jelas sekali, keputusan yang dibuat adalah keputusan kita sendiri, bukan keputusan Tuhan. Jadi, nasib kurang baik yang menimpa kita, karena keputusan tersebut adalah hasil pemikiran kita sendiri. Jadi, teori yang menentukan nasib kita adalah diri kita sendiri, bukan Tuhan, adalah BENAR.
Bagaimana caranya kita mengambil keputusan yang terbaik untuk diri kita sendiri?.
Sebelum kita menyerah dan berkata bahwa ini adalah nasib kita, sebaiknya kita bertanya apakah kita sudah berusaha mencoba setiap cara untuk menjadikan nasib kita lebih baik?. Tuhan tidak menciptakan kita menjadi pengamen, pengemis atau seorang presiden. Semua itu adalah usaha kita untuk meraih keberhasilan tersebut. Jika usaha kita hanya menyesali hidup atau menyesali nasib, tentu saja kita tidak akan pernah berhasil meraih kesuksesan.
Sebagai manusia, kita semua pasti pernah mengalami kegagalan, membuat suatu keputusan yang kurang baik dan membuat kesalahan. Semua itu adalah bagian dari kesuksesan kita. Karena, jika kita tidak pernah mengalami kegagalan, maka kita tidak akan pernah mengetahui mana yang benar atau salah.
Salah satu kunci kesuksesan adalah belajar dari kegagalan dan kesalahan kita, sehingga kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kegagalan, kesuksesan dan kesulitan hidup, yang menentukan adalah diri kita sendiri. Diri kita adalah kunci dari misteri kehidupan kita sendiri, setiap jawaban dari pertanyaan tentang hidup, ada dalam diri kita sendiri. Tuhan menyediakan apa yang kita perlukan, namun diri kitalah yang menentukan langkah apa yang harus diambil, arah mana yang harus dituju, serta tindakan apa yang harus dilakukan.
Laa Yukallifullaahu Nafsan Illa Wus'ahaa... Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah. Amien.

22 September 2007

Jangan berhenti mencari ilmu

Dalam mengarungi hidup ini, kita pasti menghadapi berbagai macam orang dan berbagai macam situasi. Orang yang menyebut dirinya "sudah pintar", pastilah akan mampu mengambil manfaat dari orang lain. Ibaratnya, segala hal akan menjadi ilmu sehingga ia benar-benar orang yang beruntung karena terus menerus berusaha untuk berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Kepekaan akan ilmu muncul dari hati yang bersih. Orang yang mempunyai sifat iri dan dengki, segala hal bisa menimbulkan masalah, bukan menjadi ilmu. Orang yang minder pun demikian, ilmu seolah tertutup baginya. Orang yang sombong, akan menganggap semua hal menjadi sepele, sehingga tak membuatnya tergerak untuk mencari suatu perubahan.
Sebenarnya, hal yang sangat berbahaya bagi kita adalah ter-kotori-nya hati sehingga pikiran menjadi redup dari ilmu. Segala hal yang seharusnya menjadi ilmu malah bisa menjadi bencana. Orang yang miskin ilmu akhirnya kerap menghadapi stres. Dan, stres termasuk keadaan yang paling berpotensi membawa kematian.
Apakah hati kita telah terbuka pada ilmu?, mau mendengarkan pendapat orang lain, mau membaca buku, atau sejenak memperhatikan anak-anak kita dan belajar dari mereka?. Istighfar-lah, jika semua fenomena itu tidak dapat menjadi ilmu, tetapi dianggap sebagai masalah. Kita tentu tidak mau stres oleh masalah yang kita sendiri merasa bingung untuk memecahkannya.
Bagaimana membersihkan hati itu?. Berlakulah selalu bagaikan gelas yang kosong. Dengan demikian, kita siap diisi dan mengisi hidup ini dengan ilmu. Namun sebaliknya, lihatlah gelas yang setengahnya berisi dan setengahnya lagi kosong. Dengan demikian, kita telah mempunyai keinginan untuk selalu berpikir positif. Insya Allah, hati akan tetap terjaga dari kekotoran nafsu duniawi yang salah satunya menginginkan kita menjadi orang yang merasa pintar.
Ilmu memang sudah selayaknya berbanding lurus dengan datangnya masalah, agar kita selalu siap mencari solusinya. Bagian dari sukses seseorang adalah kemampuan dia keluar dari masalah dan mengatasinya. Setiap masalah pasti ada solusinya. Jadi, dengan ilmu, sebuah masalah dapat diatasi dan sebuah sukses akan dapat diraih.
Orang yang berhenti belajar berarti sudah selesai dengan urusan memperbaiki dirinya. Padahal, ujian dari Allah tidak akan pernah selesai selama seorang hamba hidup di dunia ini. Oleh karena itu, tanpa belajar terus menerus, seseorang tidak akan mungkin mampu mengatasi semua masalah hidupnya. Wallahua'lam.

21 September 2007

Sukses dan bahagia

Siapa di dunia ini yang tidak menginginkan kebahagiaan?. Tujuan kita hidup adalah mencapai kebahagiaan. Setiap hari kita bekerja keras untuk meraih sukes dan mencapai kekuasaan. Dan setelah kita meraih semua apa yang kita inginkan, itu merupakan suatu kebahagiaan, isn’t it?.

Trus, apabila kita sudah sukses, kekayaan sudah ditangan, nama baik sudah disandang, kekuasaan sudah diraih, apakah semua itu akan menjamin kita bahagia ???. Well, maunya sih gitu, tapi kayaknya enggak juga ya…

Bila kita sudah memiliki kekayaan yang banyak, berdasar sifat alamiahnya, manusia akan ingin meraih kekayaan lebih banyak lagi dan lagi. Semakin lama kita memikirkan meraih kesuksesan dengan ujung-ujungnya mendapat kekayaan yang berlimpah, apakah akan menjamin kita bahagia?.

Kebahagiaan tidak dapat diraih dengan harta, jabatan, nama besar, dan segala pernak-pernik dunia. Secara manusiawi, apabila kita memiliki semua itu pasti akan bahagia, tetapi kebahagiaan yang kita nikmati hanya sementara. Dan kita akan jatuh dalam kesengsaraan dan siksaaan hidup. Dengan memiliki harta yang banyak, kita akan takut harta kita diambil, akan ditipu, atau dirampok. Apakah perasaan seperti ini yang kita inginkan dengan memiliki harta yang banyak?.
Ketidakbahagiaan juga bukan milik orang yang berhasil saja. Ketika kita tidak memiliki apa-apa dan kita berkeinginan memiliki mimpi untuk berhasil, tetapi mimpi tersebut tidak bisa kita wujudkan, tentu saja kita akan tersiksa dengan mimpi dan keinginan yang terlalu tinggi.
Tapi bagaimana seharusnya kita menikmati kebahagiaan?.
Saat ini saya merasakan hal tersebut, karena saya ikhlas menjalani kehidupan ini. Saya merasa bahagia karena hidup bersama orang-orang yang saya kasihi, saya cintai dan saya sayangi. Suami yang baik, anak-anak yang lucu-lucu, sahabat-sahabat saya, orang tua saya, keluarga, sanak family. Kasih sayang mereka lebih berharga dari suatu ambisi, harta dan pangkat.
So, marilah kita ikhlas menerima semua yang kita miliki. Sukses memang perlu diperjuangkan, tetapi jangan karena ingin sukses, kita mengorbankan kebahagiaan dan larut dalam obsesi. Mari kita capai sukses dan bahagia secara bersama. Dengan menjalankan hidup, dengan menerima semua yang kita miliki. Boleh saja kita membandingkan hidup dengan melihat ke atas. Tetapi jangan lupa kita bandingkan hidup dengan melihat ke bawah.

Kata pepatah arab : “undzur ilaa man fauqohu 'adaban wa undzur ilaa man duunahu maalan". (lihatlah ke atas terhadap orang2 yang lebih bijak dari kita, dan lihatlah kebawah untuk urusan2 materi, orang yang lebih susah dari kita)

"Kesuksesan sejati adalah menerima semua pemberian Tuhan dengan ikhlas."

20 September 2007

Bahagia dan tahan banting

Beberapa hari belakangan ini, banyak kejadian diluar dugaan yang saya alami dan cukup membuat diri saya bengong dan shock. Walaupun, Insya Allah, bibir saya selalu basah oleh Istighfar dan Shalawat menyebut nama NYA, tetapi saya, sebagai manusia dan seorang perempuan yang sangat biasa, tetap saja mengalami perasaan tidak tenang.
Kejadian terakhir adalah ketika secara tiba-tiba sakit di kaki saya kumat lagi. Setelah beberapa tahun, anteng-anteng saja. Tapi, Alhamdulillah, saya bersyukur, dengan kejadian tersebut, berarti ternyata Allah masih sayang sama saya. Semua itu merupakan teguran Allah supaya saya harus lebih giat lagi untuk selalu mengingat NYA. Dan Alhamdulillah lagi, saya mampu melewati berbagai kejadian yang tidak mengenakkan tersebut dengan tenang.
Sebetulnya, apa yang membuat seorang perempuan bisa tabah dalam menerima cobaan?. Perlu diingat, ini bukanlah ‘bakat’, jadi seharusnya setiap orang punya peluang untuk menjadi seperti itu. Kita perlu belajar dan menelusuri darimana datangnya kualitas positif dalam kepribadian yang mendukung munculnya daya juang yang begitu tinggi dari seorang perempuan.
Memiliki ketabahan, kegigihan dan kesiapan menerima cobaan, merupakan sebuah proses yang berlangsung sepanjang usia kita. Hasilnya adalah kita memiliki cara pandang positif yang memandang masalah dengan jernih. Rasa optimisme juga akan timbul melihat masa depan, disertai keyakinan bahwa aturan Tuhan pasti yang terbaik untuk kita.
Trus, kapan para perempuan siap menerima cobaan?. Seharusnya, harus siap kapan saja karena sebenarnya kita tidak tau apa yang akan terjadi di hadapan kita, isn’t it?. Ketika sebuah cobaan menghadang, reaksi pertama yang akan muncul adalah : “WHY ME?”. Perasaan yang menyertai biasanya marah, putus asa, tidak percaya diri dan akhirnya tidak berdaya untuk keluar dari masalah yang ada.
Kita memang tidak pernah siap untuk menghadapi cobaan, dalam arti bisa bertindak efektif dan efisien untuk menyelesaikannya seketika, karena biasanya suatu masalah atau cobaan itu datangnya tidak terduga dan jelas tidak diharapkan.
Ada beberapa hal yang mungkin bisa membantu kita untuk tampil tegar :
  • Pertama ; Jangan tunggu cobaan datang, baru berpikir bagaimana solusinya. Teruslah mengasah diri untuk memahami lebih banyak hal di dalam hidup ini. Kompetensi dalam banyak hal akan menjadi landasan berpikir jernih untuk bisa segera keluar dari masalah. Kita harus menyadari betapa mahal harga yang harus dibayar untuk ketidakmampuan mencari tau. Memaksa diri untuk terus belajar, mencari tau hal-hal yang positif, akan membuat kita tidak cepat bingung apalagi sampai terpuruk. Miliki ilmunya, maka masalah langsung berubah jadi tantangan. That’s it…
  • Kedua ; Kemampuan menerima yang terjadi sebagai sebuah kenyataan, akan mengembalikan dorongan dari dalam diri untuk berusaha mengolah masalah agar bisa kita atasi. Banyak diantara kita yang tidak berani menerima kenyataan ketika ada masalah dalam diri atau rumah tangga atau keluarga besar. Akibatnya, kita hanya lelah menipu diri, karena terlalu sering lalu malah percaya pada kebohongan yang semula diciptakan untuk menutupi perasaan bahwa memang ada masalah.
  • Ketiga ; Tolong deh jawab pertanyaan ini : gimana caranya makan gajah?. Pasti langsung terbayang sosok gajah yang besar, yang tak mungkin kita makan. Padahal, pikiran seperti itu muncul karena kita berpikir dalam kerangka kebiasaan sehari-hari. Makan, artinya membuka mulut, memasukkan makanan lalu mengunyah. Bagaimana dengan makan gajah?. Ya, kita harus memotong-motongnya sehingga menjadi kecil-kecil dan baru bisa dimakan. Butuh waktu memang, tapi ketika mulut mengunyah, masalah sedang mulai diatasi. Artinya, banyak perempuan yang sudah terlanjur putus asa ketika dihadang cobaan. Dan karena tak ada langkah untuk ‘membagi’ masalah dalam komponen-komponen yang lebih kecil, maka perasaan bahwa ia kejatuhan cobaan yang berat, tak terhindarkan.
  • Terakhir dan yang paling penting ; Perlu adanya fleksibilitas berfikir serta kemampuan menolerir perbedaan yang ada diantara manusia. Hal ini membuat kita makin cepat menangkap alasan kenapa seseorang melakukan hal-hal yang terasa seperti cobaan bagi kita. Berpikir fleksibel membuat kita tak terpasung oleh kebiasaan saja. Sadari bahwa tidak semua kebiasaan hidup itu positif sifatnya. Bahkan kebiasaan positif pun tak selalu sesuai untuk cobaan yang sedang dihadapi.
Pemahaman terhadap orang lain, akan membuat kita merasa nyaman karena tetap menyadari bahwa memang orang lain tak perlu sama dengan kita kok. Dari perbedaan itu kita belajar, mana hal baik yang bisa ditiru dan mana yang tidak.
Siap menerima cobaan, tetap tegas dan bersyukur atas dukungan orang-orang di sekitar hanya bisa dimiliki oleh sosok yang bisa jernih melihat kelebihan orang lain dari dirinya, sehingga uluran tangan atau bantuan tak terasakan seperti sedang direndahkan atau dianggap lemah, tetapi justru sedang ditemani.
Selalu ada perasaan tertentu yang menyertai cobaan yang datang. Sadari bahwa perasaan bukanlah petunjuk akhir untuk melaksanakan sebuah tindakan. Apalagi kalau perasaan terburuk yang muncul. Karena, ini justru akan menjadi dasar dari getaran hati yang juga buruk dan kemudian menghasilkan tindakan buruk seperti menyalahkan diri sendiri, takut, marah, dendam, workaholic untuk melupakan cobaan serta agresifitas yang tinggi.
Perasaan seyogianya adalah awal munculnya kebutuhan untuk lebih memahami diri dengan segala kelebihan dan kekurangan. Ditambah dengan kebiasaan untuk fokus, kita akan mampu dengan cepat membuat mapping dari cobaan yang ada dan sekaligus strategi pemanfaatan kelebihan diri untuk mengatasinya.
Kita mesti sepakat dengan mata hati dan perasaan jernih serta nalar yang bersih dari kecenderungan “sok tau dan sok benar sendiri”, seringkali kita jadi makin tau bahwa mungkin cobaan ini justru mempercepat kita mendekati pencapaian tujuan hidup serta menambah banyak sekali sisi-sisi positif dari kepribadian kita. Selalu ada hikmah di balik semua cobaan, cari, selidiki walau prosesnya terasa menyakitkan.
Pertanyaan “WHY ME?”, sudah berubah menjadi “inilah sebabnya mengapa saya mengalaminya”. Mudah-mudahan teman-teman saya yang sedang punya masalah dan sedang menghadapi cobaan, tetap teguh dalam sakit maupun kepedihan, karena kita harus percaya bahwa Tuhan Maha Tau yang terbaik untuk kita semua.

18 September 2007

Lelaki kecilku...

Beberapa tahun lalu, tiap malam saya mengantar lelaki kecilku ke tempat tidur, lalu menyanyikan lagu untuknya, lagu nyleneh karangan saya sendiri, khusus untuk kami berdua. “tetaplah kecil, tetaplah kecil”. Dan anak saya akan tertawa mendengarnya, saya pun tersenyum. Esoknya saat terbangun, saya akan berkata “coba lihat dirimu, kau bertambah besar, lagunya tidak membawa hasil”.
Selama bertahun-tahun, saya menyanyikan lagu itu dengan harapan dia tidak akan menjadi besar. Dan anak saya pun berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa dia tidak akan jadi semakin besar. Lalu suatu hari, dengan terpaksa, saya berhenti menyanyikan lagu itu. Entah kenapa. Mungkin karena pintu kamar anak saya tertutup, mungkin karena dia sedang belajar, atau sedang ngobrol dengan seseorang di telepon. Atau barangkali, saya harus menyadari bahwa sudah waktunya saya mengizinkan dia menjadi dewasa.
Sekarang, saya merasa lagu yang biasa kami nyanyikan, pasti mempunyai kekuatan ajaib, sebab saat saya masih menyanyikannya, anak saya tetap menjadi kecil yang masih perlu di urus, umur empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh… rasanya sama saja, bahkan penampilannya pun tetap sama. Sekarang dia semakin jangkung, bodynya besar, giginya bermunculan rapi. Tapi dia tetap mesti harus diingatkan untuk menggosok giginya, untuk menyisir rambutnya, diingatkan untuk mandi serta sholat tepat waktu.
Mainannya pun berganti seiring berjalannya waktu. Dulu dia bermain layang-layang. Kemudian berganti dari Play Station menjadi Gameboy dan sekarang PC yang selalu diotak atiknya. Selama bertahun-tahun, dia seperti boneka-boneka kayu yang seluruh penampilannya tidak berubah. Hanya ukurannya saja yang semakin besar.
Atau setidaknya seperti itulah dia dimata saya. Dia suka main sepeda, jungkir balik di Time Zone di mall, makan permen karet dan membuat origami membentuk burung atau pesawat terbang, dengan kertas koran. Dia suka sekali makan, apa saja dia makan dan bangun pagi-pagi pada hari minggu untuk menonton kartun Tom and Jerry kesukaannya.
Hari ini saya merindukannya. Sudah beberapa bulan ini, saya hidup berjauhan dengannya. Tapi, saya bangga akan dirinya, akan pribadinya sekarang ini. Dan saya harus sadar bahwa dia akan mempunyai dunianya sendiri dan akan menghadapi kehidupan yang sesungguhnya. Saya pun merasa sedih, bukan untuk dirinya, tapi untuk saya sendiri.
Sekarang, lelaki kecilku sudah dewasa. Meskipun ibu, sahabat dan saudara saya mengatakan bahwa saya tidak akan kehilangan dia, dia sudah dewasa dan akan menghadapi kehidupan yang berikutnya yang Insya Allah adalah yang terbaik. Dan saya sadar, apa yang akan datang tidak akan sama dengan apa yang telah berlalu.
Saat ini, saya kangen dia, kangen akan sapaan-sapaan nya, candaan-candaan nya. Tapi, meski hati saya sedih, saya tersenyum. Saya merasa betapa istimewanya menjadi seorang ibu dan betapa beruntungnya saya....
Mas Rifdy, mama kangen......................................

17 September 2007

Be a person with super attitude

Beberapa hari yang lalu, saya sesenggukan di telpon, curhat dengan sahabat saya. Harusnya, saya tidak boleh melakukan hal itu, karena saya sudah berulangkali mengalami hal-hal yang membuat hidup kadang merasa nggak nyaman. Dalam hidup, setiap orang pasti punya masalah.
Ketika kita teringat pada hal-hal yang sudah kita alami, ada kesuksesan, ada juga kegagalan, semua itu yang harus kita pikirkan adalah, bukan apa yang terjadi pada diri kita yang harus diperhitungkan, tetapi bagaimana reaksi kita pada saat suatu masalah yang sedang terjadi, khususnya masalah yang tidak terduga. Bagaimana masalah tersebut agar tidak menjadi beban?.
Menurut saya, ya nikmati saja. Ada beberapa hal yang menurut saya mungkin bisa menjadikan seseorang menjadi lebih baik dan aware dalam menghadapi suatu masalah.
1. Fokus pada masa depan
Apapun yang kita hadapi, lebih baik fokus pada masa depan daripada masa lalu. Daripada mengkhawatirkan siapa atau apa yang harus disalahkan, lebih baik fokuslah pada dimana kita ingin berada dan apa yang ingin kita lakukan. Dapatkan ke PEDE an yang jelas tentang kesuksesan masa depan ideal, kemudian ambil langkah apapun yang kita bisa, untuk memulai petunjuk tersebut.
2. Pikirkan jalan keluar
Saat kita menghadapi kesulitan, fokuslah pada penyelesaian daripada masalahnya. Pikirkan dan bicarakan solusi yang baik tentang rintangan yang dihadapai daripada membuang waktu memikirkan masalah terus menerus. Solusi itu sifatnya positif, sedangkan masalah bersifat negative. Saat kita mulai memikirkan solusi, kira akan langsung menjadi positif dan berguna.
3. Lihat hal-hal yang baik
Asumsikan bahwa sesuatu yang baik selalu tersembunyi di setiap kesulitan dan tantangan. “Fa inna ma’al ‘usri yusroo, inna ma’al ‘usri yusroo”, begitu dalam Al Quran disebut. Kapanpun Tuhan ingin memberikan kita sebuah hadiah, DIA akan membungkusnya dalam sebuah masalah. Semakin besar hadiah yang kita terima, semakin besar masalah yang akan kita hadapi. That’s it, Sunnatullah gitu… Namun, hal terindah adalah jika kita menanti hadiah tersebut, kita akan selalu menemukannya.
4. Cari pelajaran berharga
Anggaplah dalam situasi apapun yang kita hadapi saat ini adalah situasi sebenarnya saat kita perlukan untuk mencapai sukses. Situasi ini dihadapkan pada kita untuk membantu kita belajar sesuatu, membantu untuk berkembang dalam pemikiran dan membantu menjadi lebih baik dalam menghadapi hidup.
5. Sabar dalam menghadapi masalah
Alangkah indahnya bila kita menemukan telaga kesabaran manakala tengah diundung problema dan saling menasihati satu sama lain. "Saling nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran." (QS Al Ashr, ayat 3)...
Semoga bermanfaat buat para teman, sahabat dan handai tolan yang sedang manyun…

13 September 2007

Cinta yang tak kau sadari

Kenapa kita menutup mata, ketika tidur?, kenapa kita meneteskan airmata ketika menangis?, kenapa kita merenung ketika sedang gundah?... Itu semua karena, hal terindah di dunia, tidak terlihat...
Ketika kita menemukan seseorang yang keunikannya sejalan dengan kita dan merasa ada yang nyambung, maka kita bergabung dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan serupa, itu yang dinamakan CINTA. Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan, orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan, tapi ingatlah... melepaskan bukan akhir dari dunia, melainkan awal suatu kehidupan baru.
Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang tersakiti, mereka yang telah mencari dan mereka yang telah mencoba. Karena, merekalah yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka.
Lalu, bagaimanakah CINTA yang AGUNG itu?...
adalah ketika kita menitikkan airmata dan masih peduli terhadapnya,
adalah ketika dia tidak mempedulikan kita dan kita masih menunggunya dengan setia,
adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum,
it feels like hell if someone you love dumped you for no reason. aren't you tired spending years hating him?...
Apabila cinta tidak berhasil... bebaskan diri, biarkan hati kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas. Ingatlah, bahwa suatu hari kita mungkin menemukan cinta dan kehilangannya. Tapi, ketika cinta itu mati, kita tidak perlu mati bersamanya... Orang yang kuat, bukan mereka yang selalu menang, melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh. Dalam perjalanan kehidupan, kita belajar tentang diri sendiri dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada. Hanya penghargaan abadi atas pilihan-pilihan kehidupan yang telah kita buat.
Mencintai...
bukan bagaimana kita MELUPAKAN, melainkan bagaimana kita MEMAAFKAN
bukan bagaimana kita MENDENGARKAN, melainkan bagaimana kita MENGERTI
bukan apa yang kita LIHAT, melainkan apa yang kita RASAKAN
bukan bagaimana kita MELEPASKAN, melainkan bagaimana kita BERTAHAN
Dalam urusan cinta, kita sangat jarang menang. Tapi, ketika cinta itu tulus, meskipun kalah, kita tetap menang hanya karena kita bahagia dapat mencintai seseorang lebih dari mencintai diri sendiri. Akan tiba saatnya dimana kita harus berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang itu mencintai kita. Melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu akan bahagia apabila kita melepaskannya.
Apabila kita benar-benar mencintai seseorang, jangan lepaskan dia. Jangan percaya bahwa melepaskan, selalu berarti kita benar-benar mencintai, melainkan, berjuanglah demi cinta. Kadangkala, orang yang kita cintai adalah orang yang paling menyakiti hati kita. Itu semua adalah cinta yang tidak kita sadari.