23 Desember 2007

Masih ada orang baik

  • Masihkah ada orang baik di dunia ini ?
  • Wah, suatu pertanyaan yang sulit di jawab. Tergantung persepsi masing-masing, tapi saya yakin, masih ada.
  • Apakah kebaikan seseorang bisa di ukur ?
  • Tidak bisa. Tapi bisa di tebak.
  • Adakah orang di dunia ini yang berbuat baik secara tulus ikhlas, tanpa pamrih dan tanpa mengharapkan balasan ?
  • !@#$%^&*_+)?$%~==> Hampir tidak ada !!!

Suatu hari, dalam perjalanan ke Surabaya, saya sms-an dengan sahabat saya :

  • Saya : ..... Oke pa'e, saya minta maaf deh. Terus, kapan saya jadi orang baik kalo orang yang saya baikin malah tidak baik?
  • Pa'e : Lebih baik mengharapkan balasan kebaikan dari Gusti Allah daripada menungso
  • Saya : Terus, mediatornya siapa kalo bukan manusia?
  • Pa'e : Mediator tetap manusia, tapi harapkan balasan dari Allah, alias harus ikhlas
  • Saya : Oh gitu ya. Trims ya atas masukan dan nasehatnya, mudah-mudahan bisa mengembalikan kepercayaan saya bahwa masih ada orang baik di dunia ini
  • Pa'e : Harus berpikiran bahwa masih ada manusia yang baik dan itu pasti. Kalo kita berpikir semua jelek, itu namanya apriori dan menjurus ke fitnah
  • Saya : Iya ya... saya termasuk sulit percaya sama orang, makanya jadi galak kayak singa...
  • Pa'e : Itu namanya waspada, bagus. Apalagi seperti singa... medheni, seraaam...

Begitulah... kadang-kadang kita selalu ingin berbuat baik dan orang lain juga ingin berbuat baik kepada kita. Hanya saja, kita tidak dapat mengukur, segimana ikhlas atau tidaknya hati kita masing-masing. Secara lisan, pasti akan terucap "saya ikhlas kok". Entah di hati. Dalamnya lautan bisa di ukur, dalamnya hati?, siapa yang tau.

Satu-satunya orang baik yang saya kenal selain ayah&ibu saya adalah suami saya. Dan, kadang karena kebaikannya, bisa membuat saya tidak suka dan akhirnya marah sama dia. Aneh ya. Harusnya saya ikut senang kalo suami saya berbuat baik. Tapi, saya melihat bahwa orang yang baik sama dia cenderung ada maunya, ada maksud dan tujuan tertentu. Oh, manusiawi sekali... Kalo maksudnya bagus, its oke, bisa saling menguntungkan. Tidak jarang, salah satu pihak merasa dirugikan yang akhirnya menimbulkan kekecewaan. Nah, itu yang saya tidak suka.

Saya sendiri juga tidak tau, termasuk kategori yang bagaimana, baik atau tidak baik. Semua tergantung persepsi orang yang mengenal kita.

Kalo saya pergi kemanapun, ibu saya selalu mengkhawatirkan apakah saya akan baik-baik saja. Dan apakah orang-orang yang saya temui akan berbuat baik kepada saya?. Saya selalu meyakinkan ibu saya bahwa saya akan baik-baik saja. Dan bahkan saya jadi munafik bahwa sebenarnya saya juga tidak tau apakah masih ada orang baik???.

18 Desember 2007

Menyusu simbok (sebuah persembahan untuk ibu...)

Apa yang akan dilakukan seorang anak kecil ketika sedang dalam kondisi nggak nyaman?. Pasti akan mencari-cari ibunya, kemudian menangis dan merajuk untuk minta perlindungan. Saya rasa, bukan hanya anak kecil saja yang akan begitu. Ketika seseorang merasa nggak nyaman, pasti akan mencari sosok yang bisa dan mampu untuk dijadikan pelindung selain kepada NYA, yaitu ibunda...
Boleh percaya atau tidak, ada 'setruman' khusus antara ibu dan anak. Begitulah yang terjadi, bahwa seorang ibu akan selalu dicari dan dibutuhkan kapan saja dimana saja. Bahkan, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA, ia berkata : "Telah datang seseorang kepada Rasulullah SAW dan berkata ; 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?'. Nabi SAW menjawab : 'ibumu!'. Orang tersebut kembali bertanya, 'kemudian siapa lagi?'. Nabi SAW menjawab : 'ibumu!'. Ia bertanya lagi, 'kemudian siapa lagi?'. Nabi SAW menjawab : 'ibumu!'. Orang tersebut bertanya kembali, kemudian siapa lagi ya Rasulullah?'. Nabi SAW pun menjawab, 'bapakmu!'." (HR Bukhari dan Muslim).
Betapa mulianya seorang ibu sampai-sampai 3x disebut begitu. Dan apakah benar ada ungkapan 'surga dibawah telapak kaki ibu?'. Bisa jadi... Saya sendiri adalah seorang ibu, ibu yang masih 'mbok-mbok en', hehehe. Masih suka nangis dan mewek ketika ditimpa masalah. Tapi, saya pantang menceritakan segala problema hidup yang saya alami ke ibu saya. Nggak tega... Apalagi saya juga pernah merasakan betapa repot dan payahnya mengandung selama sembilan bulan dan berjuang antara hidup dan mati ketika melahirkan. Ruaaarrr biasaaa... sakitnya tiada tara.
Saya juga suka mikirin kalo anak-anak saya susah makan dan beberapa masalah spesial anak-anak seperti sakit, jatuh dll. Itulah yang menyebabkan saya pantang curhat macam-macam ke ibu saya. Tapi herannya, ibu saya suka ngrasa kalo saya lagi ada 'sesuatu'. Dan saya juga bisa merasakan kalo anak saya lagi ada 'sesuatu'. Hubungan batin antara ibu-anak sepertinya nggak mengenal jarak dan waktu, melintas ruang dan batas.
Sudah lama saya hidup terpisah dengan ibu saya secara saya harus ngikut suami. Kadang ada perasaan kangen kalo lama nggak kontak dan kadang sebel kalo ibu saya crewet nanya ini itu. Hal-hal seperti itu biasa terjadi dan akan hilang begitu saja tanpa dimasukin hati.
Sebentar lagi Hari Ibu akan tiba. Saya sebagai seorang anaknya ibu, tidak bisa dan merasa belum bisa memberikan sesuatu yang berguna dan bermanfaat selain materi kepada ibu saya. Apa ya kira-kira?. Saya pernah bertanya kepada ibu, dan beliau hanya menjawab "dadi uwong ora usah macem-macem, sing lurus wae Insya Allah uripmu barokah". Apa sekarang saya sudah bisa menjalankan hal tersebut?. Wallahu a'lam. Sebagai seorang ibu, saya juga tidak berharap yang muluk-muluk terhadap anak saya. Jadi anak yang baik, nurut dan nggak neko-neko, sudah itu saja. Dan tentu saja saling mendo'akan....
Ibu, do'a ku menyertaimu....

kunyanyikan sebuah lagu untukmu ibu
sebagai wujud trimakasih ku kepadamu
tanpa lelah, kau berjuang membesarkanku
berikan yang terbaik untuk ku...
izinkanlah tanganmu ku cium
dan ku bersujud di pangkuanmu
temukan kedamaian di hangat pelukmu...
di dalam hati kuyakin serta percaya
ada kekuatan doa yang engkau titipkan
lewat Tuhan, membuat semangat bila diri ini
rapuh dan tiada berdaya...
ada surga di telapak kakimu
betapa besar arti dirimu
buka pintu maafmu, saat ku lukai hatimu...
ada surga di telapak kakimu
lambangkan mulianya dirimu
hanya lewat restumu, terbuka pintu ke surga
kasih sayangmu begitu tulus
kau cahaya di hidupku
tiada seorang pun yang dapat
menggantimu...



17 Desember 2007

vote, Hady Mirza!

For the last two nights, i sat in front of TV (in case its not my habit...) for watching Asian Idol Show. One of the contestant make me fall in love, he is Hady Mirza (Singapore). For the voice, Hady's is not better than Mike Mohede (Indonesian) and Mau Marcello (Philipine). But dunno why, i really sure that he will be the winner. Actually, nothing special from Hady. He just looks like the other young singer in the world (especially in Asia). But for me, he has good performance, good looking and 'something' i can't say...
Beberapa sms voting saya kirim untuk mendukung Hady, dan tentu saja Mike (secara dia adalah Indonesian gitu, biar saya dibilang punya nasionalisme yang kuat). Tidak ada alasan khusus kenapa saya bisa yakin seyakin-yakin nya bahwa Hady yang akan menang.
Saya juga menjagokan Abhijeet (India) secara saya dari dulu seneng banget sama Indian singer/artist. Saya juga sangat suka nonton Indian Movie. Salah satu alasannya, bukan karena hanya ceritanya saja, tapi saya menilai bahwa menjadi artis India adalah sebuah perjuangan mengingat betapa sulitnya menyelaraskan antara gerak dan lagu. Hampir di semua film India, terdapat lagu yang kemudian dipadukan dengan tarian sehingga membentuk suatu gerakan yang, menurut saya, sangat indah (dan kadang rumit).
Biasanya, saya kurang menyukai acara kontes-kontesan seperti itu. Saya juga tidak dari awal mengikuti Indonesian Idol. Tapi, sejak diadakan Asian Idol, saya jadi rajin sekali menyimak seluruh acara dan tidak satupun yang saya ingin tinggalkan. Faktor positif yang saya lihat dari acara kontes-kontesan seperti itu, yaitu setiap orang diajarkan untuk mencoba, berusaha dan penderitaan. Itu merupakan 3 based of learning. Pertama datang, mereka mencoba dan berusaha untuk mendapatkan yang terbaik dengan cara yang mereka bisa dengan sebelumnya beberapa penderitaan mereka alami, seperti ngantri ber jam-jam. Dan kontes beginian, menurut saya bener-bener dinilai dari segi suara. Siapapun dia, kalo suaranya bagus walaupun body kurang menunjang, pasti akan terpilih. Tapi, akan lebih baik kalo dua-dua nya dimiliki oleh setiap orang (hehehe, maksa)
So, for Hady Mirza, CONGRATULATION guys!. Allah with you and all the best for you...








14 Desember 2007

I'm nothing

Kemaren malam, saya menghadiri perpisahan direktur salah satu instansi Inggris di Jakarta. Saya nggak tau, kapasitasnya sebagai apa kok bisa-bisanya beliau ngundang saya. Bisa jadi karena instansi tersebut selalu keep in touch dengan para relasinya.
Acaranya santai, dinner di rumahnya yang cukup mewah di kawasan Kemang. Suguhannya pun Indonesia bangeeet... nasi liwet komplet dengan dessert pisang goreng dan ketan kinco.
Yang bikin saya minder adalah, yang hadir itu lhooo... para profesor dari berbagai kalangan, tokoh agama, tokoh masyarakat, rektor-rektor universitas yang biasanya hanya bisa saya liat di tipi. Walaupun sebenarnya saya juga biasa bertemu beberapa dari mereka, but I'm nothing...
Setiap orang diciptakan sesuai dengan kemampuan masing-masing di bidangnya. Bisa jadi si profesor tidak menguasai permasalahan si tokoh agama, dan si A tidak menguasai bidangnya si B, karena memang likulli syai'in qadra.
Pada dasarnya, manusia dihadapan Tuhan adalah sama, yang membedakan hanyalah tingkat keimanan dan ketaqwaan.

13 Desember 2007

Mrungsungi...

Hari ini saya mulai 'hidup' kembali, setelah sekian lama merenung dan mengurung diri, menutup akses kemana saja dan menghentikan aktifitas saya untuk sementara. Ya, saya mrungsungi, istilah itu untuk ulo yang ganti kulit. Sebelum saya memutuskan untuk 'show' kembali (hehehe), pelan-pelan saya 'menampakkan diri' di hadapan teman-teman dan sebagian kerabat. Semua serentak bertanya : "kemana aja siiih..?". Dengan bangga saya bilang "lebih baik di kangeni daripada di boseni"... hihihihi.
Tidak banyak yang berubah pada diri saya walaupun 'mrungsungi' saya kelewat batas. Normally, ulo hanya memerlukan waktu sekitar 1-2 minggu saja. Tapi, saya bisa sampe 2 bulanan. Segitu parahnya kah?. Berbagai nasehat baik spiritual maupun nasehat cacah rucah saya terima dari siapa saja. Intinya, semua permasalahan ada jalan keluarnya dan jangan dimasukin hati. Ya, betul. Saya nggak pernah masukin hati, tapiiii yang namanya habis dicubit, pasti sakit. Apalagi yang kena cubit adalah 'hati'.
Well, Insya Allah saya sudah siap kembali for facing this life apapun yang terjadi. Semua hikmah datangnya belakangan dan sulit untuk menebak bagaimana hikmah tersebut datang kepada kita. Yang jelas, dalam hidup, kita pasti akan mengalami sesuatu yang tidak pernah diduga.
Walaupun saya mrungsungi, penampilan saya masih tetap seperti dulu. I am what I am... Miss u all :)

06 Desember 2007

Sebelum cahaya

ku teringat hati yang bertabur mimpi
kemana kau pergi, cinta...
perjalanan sunyi yang kau tempuh sendiri
kuatkanlah hati, cinta...
ingatkah engkau kepada embun pagi bersahaja
yang menemanimu sebelum cahaya
ingatkah engkau kepada angin yang berhembus mesra
yang 'kan membelaimu, cinta...
kekuatan hati yang berpegang janji
genggamlah tanganku, cinta...
ku tak akan pergi meninggalkanmu sendiri
temani hatimu, cinta...

23 November 2007

Maafkan

Pada dasarnya saya bukan type pendendam. Jadi, kalo musuhan sama orang, ya cepet baikan lagi. Bisa saya yang minta maaf duluan atau orang lain yang minta maaf. Kadang sering juga sih saya lupa kalo lagi musuhan atau enggak sama orang. Jadi ya udah, besok begitu ketemu udah ngobrol seperti biasa lagi.
Tapi, saya paling sulit untuk memaafkan diri sendiri. Apalagi kata orang-orang, saya orangnya galak tapi ramah, baik hati dan tidak sombong, hehehe... Kalo saya melakukan kesalahan, sering keingetan terus. Ibu saya sampe bilang 'jangan terlalu keras pada diri sendiri, bisa repot lho'. Biar kejadian kecil atau sepele, bisa berbulan-bulan kemudian baru saya merasa lega. Parah ya?...
Sekarang saya sudah lebih bisa memaafkan diri sendiri, dan ternyata itu sangat melegakan. Lama-lama saya belajar, ngapain juga marah-marah sampai menyalahkan diri sendiri. Ini bikin saya tambah stress dan akhirnya nggak bisa move on. Malah efeknya bisa lebih gawat daripada nggak bisa memaafkan orang lain.
So, kalo kita berbuat kesalahan sampai kita benci pada diri sendiri, boleh aja. Tapi jangan lama-lama. Adukan kemarahan pada YANG DIATAS, bilang OKE saya udah bikin salah dan berjanji nggak diulangi lagi. Insya Allah semuanya jadi lega...








In love

Sepertinya saya jatuh cinta terhadap hidup ini…
Betapa tidak, segitu cepatnya kesenangan dan kesedihan datang silih berganti, seperti tak kenal lelah ‘ngerjain’ saya. For less than 1 month coba bayangin, banyak kejadian yang menimpa diri saya. Dan saya paling benci kalo ada orang yang belum apa-apa mengatakan “ambil saja hikmahnya”… Eh?, emang yang menentukan hikmah adalah kita?, lantas, Tuhan mau di kemanain?...

Sudah diatur sama Yang Maha Kuasa, bahwa setiap hidup manusia, pasti akan mengalami hal yang baik dan buruk, susah dan senang, sedih dan gembira, menangis dan tertawa. Tapi, apakah secepat itu datangnya?. Sebagai orang jawa, saya percaya akan adanya hukum alam. Walaupun suami saya mengatakan itu sebagai ‘klenik’. Contohnya begini ; ketika saya rasakan mata saya ‘kedutan’ yang sebelah kiri, itu berarti musibah atau sesuatu yang tidak mengenakkan akan menimpa saya. dan apabila yang ‘kedutan’ sebelah kanan, berarti sesuatu yang menggembirakan akan menghampiri saya. that’s it. Percaya nggak percaya, tapi sampai saat ini saya merasakan begitu.
2 minggu belakangan, beberapa kejadian yang tidak mengenakkan menghampiri saya. Kenapa?... Saya menyadari bahwa beberapa perlakuan dan perkataan saya telah menyinggung dan tidak berkenan terhadap orang-orang, teman-teman dan kerabat. Tetapi, apakah mereka tau maksud dari semua itu?. Hanya sebagian kecil teman saya yang bisa mengerti kenapa saya sampai melakukan hal-hal yang ‘kurang berkenan’.
Pada dasarnya, saya tidak pernah mau berurusan dengan hal-hal yang tidak mengenakkan. Makanya saya perlu pembelaan diri. Nah, ini dia yang kadang sulit diterima oleh teman-teman, kerabat dan orang-orang yang tidak mengenal saya secara dekat. Sebagian menilai saya terlalu egois, emosian dan undercontrol. So?, setelah beberapa lama kemudian, biasanya orang-orang baru menyadari bahwa apa yang saya ekspresikan adalah benar (atau merupakan suatu kebetulan?).
Saat saya sedang terpuruk begitu, seseorang yang saya hormati dan sudah saya anggap sebagai orang tua saya sendiri, tiba-tiba ‘mencampakkan’ saya. Alasannya sih sangat logis dan bisa di terima akal. Tapi, saya nya itu yang tidak siap. Mbok ya jangan sekarang, biar saya tenang dulu. Timingnya kurang pas. Dia tidak mau tau, dan bahkan benar-benar tidak mau ngerti bagaimana ‘terpuruk’ nya saya pada saat itu. Dia hanya menyampaikan keoptimisan bahwa saya akan dan ‘selalu’ mampu mengatasi semua masalah dalam hidup ini. Hei… I am an extra ordinary woman, punya segala keterbatasan dan kelemahan.
Saya sakit, stress dan hampir mengalami depresi. Tidak biasanya saya ‘melarikan diri’ membutuhkan waktu untuk menenangkan diri beberapa hari. Saya hanya bisa merenung, terdiam dan hanya bisa diam. Saya tidak bisa menangis, airmata saya terlalu mahal untuk itu. Keluarga saya bengong, tidak tau harus gimana. Dan mereka juga kaget, kenapa saya bisa sampai begitu. Berarti masalah yang saya alami sudah sangat berat. Saya sulit memejamkan mata, tidak nafsu makan dan malas berinteraksi dengan orang lain.
Kepada siapa lagi saya akan mengadu selain kepada NYA?. Nah, baru boleh disimpulkan bahwa ada hikmah dibalik kejadian-kejadian yang menimpa seseorang. Inna ma’al ‘usri yusroo. Fainna ma’al ‘usri yusroo…
Alhamdulillah, sekarang saya sudah berangsur-angsur membaik. Walaupun belum 100% pulih. Saya belum mampu menjalin komunikasi dengan orang-orang yang sudah membuat saya jadi ‘terpuruk’ beberapa saat. Tapi, saya tidak dendam, hanya perlu waktu.
So, sepertinya saya jatuh cinta terhadap hidup ini, atau jangan-jangan hidup ini jatuh cinta kepada saya???... Wallahu a'lam.

22 November 2007

Guilty feeling

Have u ever had a guilty feeling with anyone?, especially with the one you loved?. Dunno why that guilty feeling and regrets always come late. Akhir-akhir ini saya merasa bahwa saya terlalu cengeng, gampang menangis dan selalu merasa bersalah melakukan sesuatu, baik itu yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kegiatan sehari-hari. Kata temen2 sih saya sensi banget….
Saya juga merasakan itu dan memang berasa jadi aneh. Ibu, teman, kakak, sodara dan beberapa kerabat yang dekat dengan saya juga merasakan keanehan yang terjadi pada diri saya.
So, beberapa hari kemaren saya melakukan introspeksi, dimana letak penyebab keanehan saya tersebut. Tidak mungkin kalo sesuatu terjadi tanpa sebab. Saya merenung, berfikir dan mengingat-ingat apa gerangan penyebabnya saya jadi cengeng.
Beberapa bulan belakangan, saya merasa sangat dekat dengan seseorang. Prosesnya terjadi begitu saja. Di awali dari sebuah hubungan pekerjaan yang lama kelamaan membuahkan ketergantungan yang menurut saya semakin lama semakin tidak sehat. Harusnya kami saling menyadari bahwa ada batasan-batasan yang harus di patuhi.
Saya merasa menemukan ‘sesuatu ‘ selama saya dekat dengan teman saya tersebut, sesuatu yang tidak saya dapatkan dari orang-orang terdekat saya selama ini. Sepertinya 'kekosongan' hati bisa terpenuhi. Tetapi, apakah selamanya akan begini terus?.
Seseorang akan menjadi merasa bersalah, karena memang melakukan kesalahan yang terus dipelihara, secara sengaja dan disadari. Terus, bagaimana cara mengakhiri perasaan bersalah tersebut hingga nantinya tidak akan timbul kembali?. Mungkin yang paling mudah adalah INTROSPEKSI. Coba renungkan hal-hal apa saja yang sudah diperbuat sehingga perasaan bersalah itu muncul. Dimulai dari dalam hati yang paling dalam. Kemudian, JANGAN PERNAH MEMBANDINGKAN. Apa saja yang kita miliki, kita harus merasa puas karena sudah digariskan dan ditakdirkan oleh Yang Di Atas.
Well, mencoba sesuatu yang baru memang tidak mudah. Tetapi, apabila kita tidak berani dan tidak pernah merasakan sesuatu yang baru, kita tidak akan mendapatkan pengalaman yang mungkin suatu saat sangat berharga buat hidup kita.
Sekarang, saya sedang berusaha 'mencoba' untuk melupakan kejadian-kejadian yang tidak mengenakkan hati dan merugikan orang lain sehingga menjadikan saya merasa bersalah terus menerus. SANGAT SULIT memang. Tapi, kalo nggak dicoba, saya yakin, akan semakin terpuruk oleh ketidakpastian yang akan merugikan diri sendiri. Dan, guilty feeling akan terus menghantui saya yang akhirnya saya tidak kreatif, berkembang dan menjadi diri sendiri.

20 November 2007

This life

Kita hidup hanya sekali, tetapi jika kita menjalaninya dengan benar, maka sekali berarti CUKUP.

DIMANA KITA BISA TEMUKAN KEINDAHAN HIDUP?
Suatu malam, di sebuah sudut alun-alun kota, sepasang suami istri pedagang makanan, meringkuk dalam tenda, di kelilingi oleh beberapa orang anaknya. Hujan deras turun sejak petang. Makanan yang di jajakannya sudah dingin dari tadi, tapi mereka tetap saling bercanda sambil membiarkan suara radio kecil meramaikan suasana.
Suami istri itu saling berucap : "Kau pasti rugi pak". "Ya tidak apa-apa, semoga besok cuaca terang". "Kita ini pedagang kecil, tak punya apa-apa, jadi kalau toh rugi, kita tak kehilangan apa-apa. Orang yang takut kehilangan, biasanya mereka yang merasa memiliki apa yang di usahakannya".
"Padahal, siapa yang bisa menjamin tak ada hujan malam ini?. Betapa hebatnya pemilik hujan sehingga bisa membuat dagangan kita tak ada yang membeli?. Bahkan kita sendiri tak kuasa atas perniagaan ini".
Ah, betapa sederhananya. Bila kita mengaku berkuasa atas apa yang kita "miliki", kita tercebur dalam lautan diri yang menenggelamkan saat apa yang kita miliki hanyut terbawa ombak. "Memiliki" adalah rantai besi yang mengikat kita pada batu karang dasar laut. Menyadari ketidak kuasaan diri di hadapan semesta raya, adalah kunci pembuka rantai itu.
Hidup ini terkadang aneh. Kalau kita menolak untuk menerima bukan yang terbaik, seringkali kita justru akan menerimanya......

19 November 2007

Udah nggak enak

Pepatah mengatakan : "habis manis sepah dibuang"... Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa sesuatu yang sudah nggak terpakai lagi, nggak bermanfaat lagi, nggak enak lagi, yaaa di buang aja. Walaupun sebelumnya terasa manis, nikmat dan lezat. Itu kalau dalam komposisi makanan. Sedangkan dalam perbuatan, walaupun meninggalkan kesan bagus, tapi kalo udah nggak butuh, yaaa di buang aja. Sangat manusiawi sekali....
Dimana-mana, orang kalo lagi butuh dan lagi perlu sesuatu, atau bahasa kerennya 'lagi ada maunya', pasti berbagai cara akan di lakukan untuk mendapatkan simpati, bantuan, perhatian kepada seseorang yang dia ingini demi mendapatkan tujuan yang dimaksud.
Sekarang saya sedang merasakan itu, 'habis manis sepah di buang'. Entah sengaja atau tidak atau bisa jadi mungkin hanya perasaan saya aja kali...
Beberapa kerabat yang pernah saya urusi beberapa urusannya dan secara maksimal saya berbuat agar semuanya berjalan baik, tiba-tiba nyuekin saya. Ada yang selama 1 tahun saya temani dalam urusan hamil dan melahirkan, ada juga kerabat yang sudah saya bantu dalam hal travelling, pengurusan dokumen perjalanan Umroh dan ke Inggris, sekarang semuanya tiba-tiba 'mencampakkan' saya... hehehe. Karena mungkin mereka merasa saya 'udah nggak enak', 'udah nggak bermanfaat', so... buang aja.
Sebenarnya saya nggak boleh nggersah. Digawe enteng bae lah. Berbuat amal kebaikan, nggak sepatutnya dihitung-hitung, mara'i nggak ikhlas thok. Lha kalo memang nggak mau disakiti, ya jangan punya urusan sama orang.
Tidak, saya tidak menganggap itu sebuah ke-sakit hati-an. Lucu aja. Nggak papa lah, mungkin saya juga pernah 'nggituin' orang, memperlakukan orang secara tidak baik. Bisa jadi tho... kan yang bisa melihat kekurangan diri kita hanya orang lain. Coba aja, apa bisa kita mencium punggung kita sendiri?.
Lha terus piye?, apa saya harus ikut-ikutan berbuat begitu?, nggawe loro atine uwong?.
Seharusnya tidak. Wis, ikhlasno aja.

Sesungguhnya manusia tak kan bisa, menikmati surga tanpa IKHLAS di hatinya. Sesungguhnya manusia tak kan bisa menyentuh nikmat NYA tanpa TULUS di hatinya.........

18 November 2007

Luluh

segenap hatiku luluh lantak
mengiringi dukaku
yang kehilangan dirimu
sungguh ku tak mampu
tuk meredam
kepedihan hatiku
merelakan kepergianmu..........

14 November 2007

Karena wanita ingin dimengerti

Seharian tadi saya menemani sahabat saya yang sedang mudik ke Jakarta secara dia tinggal di London. Sebenernya, saya baru kali pertama jumpa dia tapi perasaan kok kayak udah kenal suwi. Dan sebegitunya saya cepet akrab sama seseorang, jadi walaupun baru kenal beberapa detik, saya sudah merasa enjoy ngapa-ngapain.
Yang namanya wanita, dalam bahasa jawa adalah akronim dari wani noto = berani menata. Ya menata rumah tangga, menata hati, menata suami, menata anak, menata keluarga, menata hidup, menata karier, menata posisi, menata keuangan, menata diri, menata pekerjaan, menata segalanya sehingga semuanya bisa merasa dan terasa nyaman. Isn’t it? Jangan di protes!!!.
Wanita dilahirkan mempunyai kodrat untuk mengabdi, kepada siapa saja yang patut dan harus dia mengabdikan dirinya. Sejauh ini, mengabdi kepada Sang Pencipta adalah kewajiban utama. Selanjutnya, bagi yang masih single, mengabdi kepada orang tua dan bagi yang sudah double (hehehe) mengabdi kepada suami adalah kewajiban yang harus dilaksanakan secara ikhlas dan tanpa pamrih. Tujuannya adalah mengharap ridho Allah supaya berkah dunia akherat.
Posisi wanita juga bermacam-macam. Ada yang dikodratkan sebagai murni ibu rumah tangga dan ada pula yang dikodratkan menjadi wanita karier, juga ada ibu rumah tangga sekaligus berkarier. Eh?. Tapi, masing-masing ada tugas, kewajiban dan tantangannya. Mungkin bagi para pria, makhluk jenis apakah wanita itu?.
Dadi uwong kudu sawang sinawang (bahasa jawa), baytu abii khoirun min baytika (bahasa arab), rumput tetangga lebih hijau daripada rumputnya embek, hehe (bahasa Indonesia). Segitu banyak teman wanita saya, macam-macam pula posisinya. Dan alhamdulillah saya bisa menyelami dan memahami siapa mereka.
Siang tadi, ketika saya menemani sahabat saya ke mall, salut saya sama dia. Tapi herannya, dia juga salut sama saya. So?, siapa yang salah?. Enggak ada.
Kesalutan saya bermula dari ketika dia membanding-bandingkan mesin cuci di sebuah gerai elektronik, bukan hanya harga yang dia bandingkan tapi kapasitas dan kualitas si mesin cuci tersebut, tangguh apa enggak, sehari bisa muter berapa kali dll. Saya bilang sama dia, “wah, kok teliti banget ya mbak, kalo saya, asal sesuai kebutuhan, merk nya qualified dan harganya realistis, ya langsung saya beli”. Sahabat saya komentar, “iyalah, situ kan sibuk, jadi maunya yang praktis-praktis”. Hehehe, bentul, bener dan betul.
Ketika saya ajak ke tempat barang-barang berat (hardware), setelah mendapatkan sesuatu yang dicari, dia melihat-lihat beberapa asesoris rumah yang sungguh, sebelumnya saya don’t care about it. Dia sampai minta maaf, karena seharusnya tidak mengajak saya ke tempat-tempat yang begitu. Tapi saya salut dan enjoy. Dan ketika dia begitu senang melihat ada furniture bagus dan harganya murah, saya tambah minder. Adakah sesuatu dalam diri saya yang hilang?. BANYAK!!!.
Dan ketika bercerita, bagaimana dia merajut hari-harinya secara dia mendampingi sang suami gawe di negri orang, saya tambah sesak nafas. Kursus merangkai bunga, memasak, merias. Oh?, hihihihi… semua kegiatan tadi -yang seharusnya saya kenal- sungguh sangat asing bagi saya. Dan tidak pernah terbayang di benak saya akan menguasai hal-hal yang SEHARUSNYA DIMENGERTI oleh SEORANG WANITA.
Tapi, ketika dia berkomentar, “situ enak, mandiri, sibuk ada kerjaan, punya penghasilan sendiri, kalau mau apa-apa tinggal beli, mengerti bisnis, walaupun sibuk tapi suami dan anak-anak terurus”, tiba-tiba saya mendadak pusing. Sekali lagi, siapa yang salah???. Enggak ada.
Ya, KARENA WANITA INGIN DIMENGERTI, LEWAT TUTUR LEMBUT DAN LAKU AGUNG…
“robbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyyatinaa qurrota a’yun waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa”

(terimakasih kepada sahabat saya, mb id yang telah membuka mata saya sehingga Insya Allah kelak saya bisa menjadi yang lebih baik, best wishes, Allah bless u)

07 November 2007

Enjoy your jazz

Suatu hari, saya diajak kawan untuk menikmati jazz di Ronnie Scott’s Jazz Club di daerah Oxford Street, London. Bagi saya, musik apa saja asyik, asal bukan yang gedebag gedebug (rock) dan bikin pinggul bergoyang (dangdut) atau yang bikin ngantuk (keroncong). Saya sendiri sebenarnya bukan penikmat jazz sejati, tapi karena menurut saya musik jazz enak di dengar, apa salahnya saya menerima ajakan kawan saya tersebut.
Malam itu, pertunjukan di bawakan oleh James Taylor Quartet, salah satu kelompok jazz terkenal di kota London. Musik dan lagu yang dimainkan sungguh sangat enak di dengar, mengalun lembut dan sesuai irama. Saya pun larut dalam suasana. Dan saya lihat, semua yang hadir sangat menikmati alunan musik yang dimainkan, termasuk dua kawan saya.
Bagi anda penikmat jazz sejati, mungkin sudah tidak asing lagi dengan gaya para pemain musiknya. Anda akan mampu menerjemahkan setiap gerakan para pemain dan merasakan kenikmatan bagaimana memainkan alat musik tersebut.
Tetapi bagi anda yang bukan penikmat jazz sejati, mungkin akan timbul pertanyaan, itu mereka sedang ngapain...?. Berikut sedikit penjelasan yang mungkin bisa bermanfaat bagi anda yang mencoba menikmati musik jazz :
  1. Perhatikan pemain drum nya ; bayangkan saja, seolah-olah dia baru menelan bola bekel, sehingga kepalanya ndut-ndut an, ngangguk-ngangguk sak geleme dewe.
  2. Pemain gitar, terbayang nggak kayak anak kecil lagi maen lompat tali?, loncat sana loncat sini seolah-olah kabel gitar listriknya sebagai tali untuk melompat. Dan bayangkan pula, apabila dia kesetrum, pasti tambah seru dan gaya rambutnya yang tadinya rapi akan jadi njegrak gag karuan.
  3. Pemain organ, pasti kakinya gag bisa diem. Bisa jadi dia kesemutan atau kram atau bisa juga ada uler ngruwel di ujung celana jeans nya, dan dia berusaha dengan susah payah melepaskan kruwelan si uler itu.
  4. Vokalis, gayanya yang lincah dan suaranya yang pasti sangat merdu. Bibirnya yang sangat dekat dengan mic dan fasih melantunkan lagu, liatin deh kayak habis kelolodan mie, megap-megap gag jelas. Dan pinggulnya itu, megal megol kayak orang kremian.
  5. Pemain saxophone, meliuk-liuk kayak kemasukan coro, kegelian dan berusaha untuk mengeluarkan si kecoak yang sedang asyik lari-larian di dalam bajunya.
  6. Perhatikan pula para pengunjung lainnya, kalo anda menjumpai salah satu dari mereka ngangguk-ngangguk, belum tentu dia menikmati suasana. Bisa jadi dia ketelen permen karet dan sedang berusaha mengeluarkannya.

So, enjoy your jazz…

London, 18 Maret 2007
(thanks to pak Aidinal & pak Riza yang sudah ntraktir saya malam itu, jazaakumullah khoiron katsiiroo…)

06 November 2007

Londo

Dulu waktu kecil, kalo ngliat film barat di TV, saya dan adik2 berkomentar “ih, sing maen wong Londo”. Pokoknya, waktu itu, orang yang kulitnya putih dan rambutnya pirang, saya menyebutnya “wong Londo”, entah itu berasal dari negara mana. Dulu juga, saya sering membayangkan, “negorone wong Londo” itu jauuuhhh banget, ngomongnya pake “bahasa inggris”, orangnya “Londo kabeh”, makanannya “roti & keju”, ceboknya “nganggo tisu”… hehehe. Saya juga nggak pernah membayangkan, kapan akan mengunjungi negara yang penduduknya “Londo kabeh”.
Beberapa puluh tahun kemudian…
Akhirnya saya mengunjungi “negoro Londo”, tepatnya Inggris. Alhamdulillah, pertengahan Juni, saya diberi kesempatan oleh salah satu instansi pemerintah Inggris, untuk berkunjung ke sana dalam rangka school partnership. Selama 10 hari di “negoro Londo”, banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan dan bayangan2 masa kecil saya akan “negoro Londo”, hampir 70% adalah benar.
Yang pertama kali saya rasakan adalah, everything are expensive. Ouw, pasti itu… gimana tidak, mata uang kita dikalikan “sekian belas ribu”. Hehehe… kalo mau beli apa2, ya jangan dikalikan, bisa2 mati berdiri. Kedua, shock culture… wah wah wah. Biarin aja dikatain norak. Pancene aneh2 kok. Masak, orang ciuman di mana2, di tempat2 umum. Soalnya, di negara saya nggak ada tuh gitu, malah ada UU nya lagi. Lumayanlah, itung2 pertunjukan gratis. Ketiga, masalah cuaca. Sebelum berangkat, beberapa kawan dan kerabat yang sudah pernah ke Inggris, mengatakan bahwa bulan Juni sedang summer, enak udaranya kayak di Puncak. Jadi, jangan takut kedinginan. Saya membayangkan, oooh… Puncak, ya dinginnya gitu doang deh, paling pake sweater aja udah anget.
Ternyata, pada waktu pesawat mendarat di Gatwick, pilot mengatakan bahwa cuaca di luar sekitar 12 celcius!!!... waduh, misuhlah saya ke semua orang yang mengatakan di Inggris lagi enak cuacanya… Dan menurut keterangan dari orang2 setempat, summer di Inggris ya sekitar segituan deh, paling panas ya 20an celcius. Bayangan2 akan selalu menggigil dan gigi gemerutuk, sudah ada di depan saya. Karena, baju2 hangat yang tadinya sudah saya siapkan, saya tinggal di rumah. Walhasil, untuk mengakali terjadi hal2 yang nggak diinginkan selama di Inggris, kemana2 saya selalu pakai baju rangkap 5!!!... hmmm, norak ya. Biarin. Dan betapa terbengong2nya saya sewaktu melihat bahwa di sekitar saya, “wong2 Londo” hanya berpakaian ala kadarnya, tipis dan nggak jarang saya jumpai orang2 pakai kaos singlet dengan dada or punggung terbuka lebar. Gila, kuat bangeeet, mungkin mereka punya kulit setebal kulit badak kali ya…
Masalah keempat yang saya hadapi adalah, sulitnya c*bok, hohoho… di setiap toilet yang saya jumpai, pasti ada tulisan “please keep the toilet clean and tidy”. Weleh… piye ki, saya yang biasanya jebar jebur, kok suruh pake tisu. Tengok kanan kiri, yang ada cuma tisu… Malah yang lebih ekstrem lagi, di beberapa tempat, toiletnya menggunakan karpet super tebal yang biasanya kalo di rumah, saya gunakan untuk menjamu tamu istimewa... Ngok!.
Makan, its not a big problem for me, i think. Saya termasuk orang yang pemakan segala (baca: rakus, hehe), doyanan gitu. Tapi, ini urusannya beda. Agak sulit menemukan makanan halal di Inggris, kalopun ada, rasanya itu lho… menggemaskan. Asin enggak, anyep enggak, manis enggak, pedes enggak. Gimana tuh. Untungnya, keadaan ini sudah saya antisipasi, jadi kalo kemana2, saya selalu membawa abon, saos sambal dan kecap, yang saya buntel rapat2 di tas, karena kalo nggak, saya takut kepergok sama anjing yang lagi lewat…:)
Masuk angin, hahaha… ini general problem deh kayaknya. Dalam kondisi kedinginan, capek, asupan makanan berkurang dan perbedaan waktu yang sangat mencolok, semua orang akan menderita penyakit “entering the wind” ini. Yang terjadi adalah, selama perjalanan kemanapun di “negoro Londo”, aroma parfum berubah menjadi aroma minyak kayu putih dan minyak kapak. Norak ya… biarin.
Tetapi, disamping semua kejadian dan permasalahan diatas, bayangan masa kecil saya akan “wong Londo”, jadi agak sedikit berubah. Ternyata mereka nggak selalu makan “roti & keju”, penduduknya pun nggak “Londo kabeh”, tapi multi cultural, multi etnis yang mana satu sama lain saling menghormati, saling menghargai dan saling menjaga sopan santun. Ada empat hal yang sangat saya senangi terhadap “wong Londo”, mereka punya disiplin tinggi, kesadaran tinggi, high maintenance dan decent behaviour. Masyarakatnya educated, punya kemampuan apa saja. Perbedaan antara si kaya dan si miskin nggak mencolok. Disana yang ada, mobil bagus dan bagus banget, kesejahteraan merata.
But, Indonesia is the one and only country that i love. Dan yang lebih penting lagi, saya bisa c*bok sepuasnya di negara tercinta ini…

31 Oktober 2007

Re : aku ingin ke rumah Tuhan

sahabat…
maukah kutunjukkan jalan ke rumah-Nya?
banyak orang yang sering melewatinya
tapi lupa mengetuk pintu-Nya
atau memang lupa nama jalannya
hingga harus jauh berputar,
berkeliling...
mengacak semua rumah-rumah dan pasar-pasar
padahal rumah-Nya dekat sekali dengan rumah kita
dekat dengan rumah semua
sahabat…
maukah ku tunjukkan dimana rumah-Nya?
jalannya lurus
kadang sepi karena harus sendiri
kadang terjatuh, ditertawakan, tapi kau harus berdiri lagi
warna gerbangnya putih tulus
tanpa warna buram
apalagi kelam
besar dan luas
tanpa batas
andai seisi dunia ini masuk bersamaan pun, masih sangat cukup sekali
jalannya lurus,
kanan kirinya banyak gang kecil
yang ramai menggoda agar kau sudi mampir
para kurcaci, yang bersemangat menawarkan pundi2
bila kau tak mau
mungkin mereka akan menarikmu
dengan ribuan tali
melemparmu dengan berkarung duri
atau menginjakmu agar tak bisa berdiri lagi
mampir saja ke gerbang-Nya
kau akan bisa melihat jelas dimana letak pintu-Nya
sahabat…
ketahuilah, rumah-Nya tanpa jarak
betul…
tanpa terbatasi tempat
Dia mendengar, kapan saja kau memanggil
Dia sangat tahu saat kau tersedu...
Dia menerima kapan saja kau bertandang pada-Nya.
pintunya terbuka, tanpa penjaga
rumah-Nya sangat dekat
tanpa sedikitpun ada sekat
bila kau mau mendekat,
kau pasti akan terpikat
rumah-Nya sangat dekat
hingga sering tak terlihat...

30 Oktober 2007

Aku ingin ke rumah Tuhan

Kekasih...
Apakah nanti kamu bertemu dengan Tuhan lagi?
Katanya, kemarin malam kamu sudah bertemu dengan-Nya
Apakah kamu ingat kata-kataku?
Bahwa aku minta tolong untuk sampaikan rinduku
Apakah kemarin malam kamu benar-benar bertemu dengan Tuhan?
Rasanya aku tak percaya kalau kamu sudah bertemu dengan-Nya
Seribu tahun aku mencari-Nya, tapi tak sedetik pun aku pernah bertemu
Tahukah kamu bahwa kemarin aku mencari Tuhan, tapi tak juga bertemu?
Katanya, Tuhan tak mau bertemu kalau kita tak mau datang ke rumah-Nya
Katanya, Tuhan juga tidak di rumah-Nya jika kita tak pernah mengetuk pintu-Nya
Benarkah?
Waktu masih kecil, aku sering ke rumah Tuhan
Rasanya damai dan tenteram seperti pelukan ibu
Rumah-Nya nyaman
Rumah-Nya sejuk
Malam ini aku ingin pergi ke rumah Tuhan lagi
Dulu, Ayah pernah bilang kalau aku tidak boleh lupa mampir ke rumah-Nya
Kekasih...
Aku ingin ke rumah-Nya sekarang
Aku ingin ke rumah-Nya yang sejuk
Dimana aku bisa bersujud sepanjang hari
Mencium wangi-Nya yang agung
Aku ingin sekarang
Detik ini juga... Ya Allah

11 Oktober 2007

Selamat tinggal benci

Pernahkan kita menyadari apa sesungguhnya salah satu kebodohan paling besar dalam hidup ini?. Jawabnya adalah : memelihara kebencian. Ya, kebencian adalah sebuah kebodohan hidup yang paling besar di dunia. Karena kebencian hanya akan membunuh waktu kehidupan dan mengorbankan benih cinta, sehingga tidak bisa berkembang dalam kehidupan.
Orang yang menanam dan memelihara kebencian dalam hatinya, dia hanya akan menuai hasil ketidaknyamanan, sakit hati dan permusuhan. Sehingga harumnya wangi bunga cinta yang ada dalam dirinya tidak dirasakan dalam kehidupan.
Namun masih banyak orang yang tidak menyadari kalau hatinya dikuasai oleh benih kebencian. Manusia yang hatinya penuh kebenciaan pada hakekatnya adalah manusia yang gagal dalam hidup, karena tidak mampu mencintai dirinya sendiri. Maka ucapkan selamat tinggal kepada benci mulai saat ini juga. Tinggalkan jauh-jauh benih kebencian yang akan merusak benih cinta dan kebahagiaan dalam hati kita.
Kalau ada yang membenci diri kita, berusahalah untuk tidak membalasnya dengan kebencian. Karena kalau kita membalas dengan kebencian lagi, maka kitapun akan termasuk kedalam golongan orang yang membenci. Berusahalah membalasnya dengan cinta, kasih sayang dan kebaikan. Yakinlah bahwa kita mampu mengendalikan emosi kemarahan yang ada.
Salah satu cara meninggalkan kebencian adalah dengan berusaha bertindak seperti tindakan orang-orang yang berjiwa besar dan agung. Mereka yang memiliki keagungan jiwa mampu mengendalikan emosi amarah dan sakit hati atas kebenciaan orang lain. Kita bisa memulainya dengan membiasakan diri selalu memuji keagungan dan kebesaran Allah yang telah memberikan keagungan jiwa bagi kita. Dengan sering memuji kebesaran dan keagungan NYA, kita akan memiliki semangat jiwa yang luhur, tinggi dan mulia. Semangat itulah yang akan mampu mengendalikan emosi dari dalam diri kita, sehingga tidak membiarkan kebenciaan hidup dalam diri kita, dan akhirnya benih ketulusan cinta akan semakin tumbuh subur dalam diri kita.


10 Oktober 2007

Lebaran sebentar lagi

Setiap lebaran tiba, harusnya semua umat Islam menyambutnya dengan suka cita. Tapi, sepertinya tidak buat saya. Well, secara saya juga harus senang karena lebaran merupakan hari kemenangan setelah berpuasa sebulan penuh menahan segala hawa nafsu (kecuali nafsu belanja kaleee… hehe). Maka, sepantasnyalah kita menyambut lebaran dengan hati yang damai dan lapang.
Setiap menjelang lebaran tiba, saya dihantui rasa cemas, takut, was-was yang tak berkesudahan. Tapi, namanya juga hantu, bisanya hanya nakut-nakutin thok. Setelah dihadapi dan dilawan serta dijalani, rasanya nikmat-nikmat aja siiih… Syaratnya : hadapi dengan senyuman semua yang terjadi, biar terjadi. Hadapi dengan tenang jiwa, semua akan baik-baik saja.
Lebaran tahun ini, untuk kesekian kalinya saya harus mengurus dan menghadapi beberapa hal yang sangat nikmat…
Yang akan terjadi,
Mudiknya para ART (Asisten Rumah Tangga). Waaaooow… itu merupakan hal utama yang paling ‘menyeramkan’ secara saya ‘beranggota’ banyak. Ngebayangin ke pasar, masak, nyiapin makanan, nyuci piring, nyuci baju, nyetrika, beres-beres rumah dan lain-lain yang kesemuanya itu harus saya lakukan seorang diri… Juga momong dan ngurusi para kurcaci yang lagi sedeng-sedengnya ngglataaak. Nikmat ya….
Kemudian,
Ketidakpastian apakah para pasukan ART akan come back again or not. Eing ing eeeng… Syukur-syukur mereka pada mau balik, jadi saya nggak repot ngajarin dari awal lagi apa tugas-tugasnya. KALO NGGAK BALIK???... “ya nyari lagi, masih banyak kok”, begitu komentar suami saya. Ehm, bapak-bapak yang terhormat, please deh…
Selanjutnya,
Ketika mudik, harus menyiapkan segalanya secara well done milik segenap “pasukan tempur”, hehehe… Nyimpen barang-barang berharga yang akan ditinggal dengan baik, daaan… yang paling heboh adalah : JRENG, nyiapin segala perlengkapan, baju-baju, susu, mainan, konsumsi dll untuk di perjalanan, baik pra maupun pasca keberangkatan mudik.
Akhirnya,
Begitulah nasib saya yang HARUS saya nikmati. Karena apapun yang saya jalani, tidak lebih hanya mencari ridho-NYA
Well,
Genggam tanganku erat, kuyakin kita bisa, melewati hari ini dengan senyuman. Dan jangan pernah kau lupakan, hidup hanya sebuah rencana yang tak akan pernah bisa terulang….

09 Oktober 2007

Curhat itu penting dan perlu

Keseringan dicurhati, lama-lama saya bete juga. I am an extraordinary woman, punya kelemahan, masalah, beban. Namanya juga orang hidup, wajar kan kalo punya itu semua. Dan biasanya setiap habis dicurhati orang (temen, sahabat, keluarga), malamnya saya pasti nggak bisa tidur. Suami saya sampai bingung. Dia suka bilang : “besok lagi jangan mau dicurhati dan jangan dengerin yang jelek-jelek”. Waduuh… gimana ya?.
Entah sejak kapan saya available dalam bidang itu, curhat mencurhat dan dicurhati. Harusnya saya menikmati. Karena, orang yang bersedia curhat ke saya, berarti orang tersebut sudah mempercayai saya sehingga menganggap layak untuk dicurhati. Walaupun kadang nggak ngasih solusi apa-apa, hanya sekedar dijadikan shoulder to cry on dan tak jarang juga ‘gebuk on’ bagi temen-temen saya. Tapi kadang suka bikin cengoh juga, dan akhirnya saya jadi kepikiran.
Dalam ilmu psikologi, kalo orang sering di curhati, ada faktor positif dan negatif pada perkembangan pribadi orang tersebut. Positifnya ; seseorang akan dapat melihat banyak permasalahan yang terjadi sehingga akan menjadi bijak. Negatifnya ; menjadi beban. Apalagi kalo ada kata-kata : “eh, ini er ha es lho, aku cuma ngomong sama kamu”……. Hadoooooooohhh.
Saya merasakan, kadang nggak balance juga. Trus, gimana seandainya kalo saya pengen curhat?. Kepada siapa dan orang macam apa?. Apakah curhatan saya pantas buat mereka?. Maksudnya gini, ya kalo nggak ngebebanin, kalo iyaaa… weleh, dosa saya.
Saya termasuk tipe yang sulit percaya sama orang. Tapi, kalo udah percaya sama seseorang, wah bisa tak gondeli kemana pun dia berada secara dianya sumpek atau enggak, yang penting saya nya nyaman.
Saat ini, saya lagi PENGEEEEEEEEEEEEEEEEEEEENNNNNN BANGET curhat. Too many problems on my mind dan rata-rata datangnya bukan dari saya. Sebenernya saya sih udah curhat sama yang ‘DIATAS’. Tapi, embuhlah… manusiawi kali ye kalo saya juga perlu a shoulder to curhat on. Wis lah, saat ini menurut saya, belum perlu saya ceritakan isi hati saya ke orang-orang selagi saya masih bisa mengatasinya. Telen aja sendiri, nikmati dan rasakan. Hanya saya dan Tuhan yang tau. Cieeeeeeeeee…
Terus, gimana dengan saya?. Kemana, dimana, dengan siapa saya harus curhat?. Banyak sih sebenernya tempat yang available bagi saya untuk curhat. Ada ibu, suami, kakak, teman. Ah, hanya saja, saya terlalu gengsi untuk curhat sama kakak saya, karena paling dia akan ngejek saya kalo saya cengeng, hehe. Saya juga terlalu sayang sama ibu saya, makanya saya paling anti curhat sama beliau, karena saya tidak mau membebani pikiran ibu. Suami?, hehehe… ada dua faktor yang menyebabkan kadang saya enggan curhat sama dia. Pertama : takut ngebebani dia, Kedua : diremehkan, dalam artian dia paling akan bilang, “aku tidak mau melihat istriku lemah”, wehehe…
Yang paling saya sukai adalah, ketika saya di curhati anak-anak saya. Berhubung anak saya banyak, maka cerita dari mereka seolah-olah nggak ada habisnya dan menjadikan indah dunia saya, melek mata saya.
So, curhat itu perlu dan penting terlepas apa, siapa, tentang apa yang mau di curhati.
Bila hari ini... tak seperti yang kau bayangkan, yang kau inginkan. Coba pejamkanlah kedua matamu, lupakan apa yang terjadi...

01 Oktober 2007

Going Home

Kemaren siang, saya dan suami nyambangi makam Ayah & Ibu mertua saya (which we called them Ayah Kakek & Ibu Nenek). Ritual ini sebenernya nggak rutin kami lakukan, hanya kalo lagi kangen aja sama mereka. Kebetulan, kemaren saya dan suami lagi iseng pengen jalan, daripada bertujuan nggak genah, mendingan kami dolan ke ‘rumah’ Ayah & Ibu. Disana juga ada makam Mbak Santi, kakak ipar yang sangat saya hormati dan sayangi, yang baru menghuni less than 9 month.
They passed away, leaving their loved ones and those who loved them behind to start their new journey to see their God. Was I sad?, of course. I still I am. And I’m sure lots of people closer to them than me, feels even worse. Even though, I don’t see them that often, there is still that empty space in my heart/my mind that was usually filled with their presence. And I bet, all of you that once lost a dear person, know what I’m talking about.
Seven days after Mbak Santi left, I went to her house for the ‘tujuh harian’. One of ayat in The Holy Qur’an : “idzaa ashooba mushiibatun, qooluu Innaalillaahi Wa Innaa Ilaihi Raajiun”. In my opinion, it is the most beautiful ayat. Simply, because it reminds us that we come from Allah and to Allah we will return.
Going home is the most wonderful thing, isn’t it?. See, during lebaran, people actually sleeps in terminals or stasiun just because they want to make sure they can come home.
So, “going home” is actually a good thing, even though we may not feel the same way. That’s what I try to keep in mind that Ayah Kakek, Ibu Nenek and Mbak Santi are not leaving; they’re actually going home, to THE ONE that created them in the first place. And that, we cannot be sad, because our tears would only keep them worrying -just like your kid’s tears when you leave for work, makes you worried about him and makes you going to work quickly and keep looking back.
What we could do is make their departures as a momentum to be a better person, so that when we meet again, we can say; “thank you, you have made us become a better person”.
Safe journey Ayah, Ibu and Mbak Santi… We all miss you…

27 September 2007

Nasib kita, siapa yang menentukan?

Kita sering mendengar ungkapan, "lha memang sudah nasibnya begini, mau diapain lagi"... Biasanya ungkapan tersebut lebih banyak ditujukan kepada sebuah kekecewaan atau untuk hal yang kurang beruntung, namun tidak jarang pula kita mendengar, "emang nasibnya bagus...".
Apakah memang benar nasib kita adalah kehendak Tuhan?
Yang menentukan nasib kita adalah diri kita sendiri. Ketika saya mendengar kawan saya bilang, "kasihan sekali nasib anak-anak itu mesti ngamen di jalanan". Saya tanya, "apanya yang kasihan?". Kawan saya menjawab, "anak-anak itu seharusnya sekolah, bukan ngamen".
Lha, memang seharusnya anak-anak itu di sekolah, bukan ngamen di jalan. Atas kehendak siapa mereka ngamen di jalan?. Orang tua mereka-kah yang tidak mampu untuk mengirim mereka ke sekolah?, keinginan anak-anak itu sendiri-kah yang ingin mempunyai uang dengan cara ngamen untuk membantu keluarga?, atau Tuhan yang menjadikan mereka pengamen?.
Dalam hidup, kadang kita menghadapi suatu dilema. Kita dituntut untuk membuat suatu keputusan yang sangat sulit sekali. Tidak jarang membutuhkan pengorbanan yang sangat besar. Kadang keputusan yang kita ambil, berakibat kurang baik yang akhirnya kita putus asa dan mempunyai tendensi untuk menyerah dan berkata, "ini memang sudah nasibku"...
Jelas sekali, keputusan yang dibuat adalah keputusan kita sendiri, bukan keputusan Tuhan. Jadi, nasib kurang baik yang menimpa kita, karena keputusan tersebut adalah hasil pemikiran kita sendiri. Jadi, teori yang menentukan nasib kita adalah diri kita sendiri, bukan Tuhan, adalah BENAR.
Bagaimana caranya kita mengambil keputusan yang terbaik untuk diri kita sendiri?.
Sebelum kita menyerah dan berkata bahwa ini adalah nasib kita, sebaiknya kita bertanya apakah kita sudah berusaha mencoba setiap cara untuk menjadikan nasib kita lebih baik?. Tuhan tidak menciptakan kita menjadi pengamen, pengemis atau seorang presiden. Semua itu adalah usaha kita untuk meraih keberhasilan tersebut. Jika usaha kita hanya menyesali hidup atau menyesali nasib, tentu saja kita tidak akan pernah berhasil meraih kesuksesan.
Sebagai manusia, kita semua pasti pernah mengalami kegagalan, membuat suatu keputusan yang kurang baik dan membuat kesalahan. Semua itu adalah bagian dari kesuksesan kita. Karena, jika kita tidak pernah mengalami kegagalan, maka kita tidak akan pernah mengetahui mana yang benar atau salah.
Salah satu kunci kesuksesan adalah belajar dari kegagalan dan kesalahan kita, sehingga kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kegagalan, kesuksesan dan kesulitan hidup, yang menentukan adalah diri kita sendiri. Diri kita adalah kunci dari misteri kehidupan kita sendiri, setiap jawaban dari pertanyaan tentang hidup, ada dalam diri kita sendiri. Tuhan menyediakan apa yang kita perlukan, namun diri kitalah yang menentukan langkah apa yang harus diambil, arah mana yang harus dituju, serta tindakan apa yang harus dilakukan.
Laa Yukallifullaahu Nafsan Illa Wus'ahaa... Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah. Amien.

22 September 2007

Jangan berhenti mencari ilmu

Dalam mengarungi hidup ini, kita pasti menghadapi berbagai macam orang dan berbagai macam situasi. Orang yang menyebut dirinya "sudah pintar", pastilah akan mampu mengambil manfaat dari orang lain. Ibaratnya, segala hal akan menjadi ilmu sehingga ia benar-benar orang yang beruntung karena terus menerus berusaha untuk berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Kepekaan akan ilmu muncul dari hati yang bersih. Orang yang mempunyai sifat iri dan dengki, segala hal bisa menimbulkan masalah, bukan menjadi ilmu. Orang yang minder pun demikian, ilmu seolah tertutup baginya. Orang yang sombong, akan menganggap semua hal menjadi sepele, sehingga tak membuatnya tergerak untuk mencari suatu perubahan.
Sebenarnya, hal yang sangat berbahaya bagi kita adalah ter-kotori-nya hati sehingga pikiran menjadi redup dari ilmu. Segala hal yang seharusnya menjadi ilmu malah bisa menjadi bencana. Orang yang miskin ilmu akhirnya kerap menghadapi stres. Dan, stres termasuk keadaan yang paling berpotensi membawa kematian.
Apakah hati kita telah terbuka pada ilmu?, mau mendengarkan pendapat orang lain, mau membaca buku, atau sejenak memperhatikan anak-anak kita dan belajar dari mereka?. Istighfar-lah, jika semua fenomena itu tidak dapat menjadi ilmu, tetapi dianggap sebagai masalah. Kita tentu tidak mau stres oleh masalah yang kita sendiri merasa bingung untuk memecahkannya.
Bagaimana membersihkan hati itu?. Berlakulah selalu bagaikan gelas yang kosong. Dengan demikian, kita siap diisi dan mengisi hidup ini dengan ilmu. Namun sebaliknya, lihatlah gelas yang setengahnya berisi dan setengahnya lagi kosong. Dengan demikian, kita telah mempunyai keinginan untuk selalu berpikir positif. Insya Allah, hati akan tetap terjaga dari kekotoran nafsu duniawi yang salah satunya menginginkan kita menjadi orang yang merasa pintar.
Ilmu memang sudah selayaknya berbanding lurus dengan datangnya masalah, agar kita selalu siap mencari solusinya. Bagian dari sukses seseorang adalah kemampuan dia keluar dari masalah dan mengatasinya. Setiap masalah pasti ada solusinya. Jadi, dengan ilmu, sebuah masalah dapat diatasi dan sebuah sukses akan dapat diraih.
Orang yang berhenti belajar berarti sudah selesai dengan urusan memperbaiki dirinya. Padahal, ujian dari Allah tidak akan pernah selesai selama seorang hamba hidup di dunia ini. Oleh karena itu, tanpa belajar terus menerus, seseorang tidak akan mungkin mampu mengatasi semua masalah hidupnya. Wallahua'lam.

21 September 2007

Sukses dan bahagia

Siapa di dunia ini yang tidak menginginkan kebahagiaan?. Tujuan kita hidup adalah mencapai kebahagiaan. Setiap hari kita bekerja keras untuk meraih sukes dan mencapai kekuasaan. Dan setelah kita meraih semua apa yang kita inginkan, itu merupakan suatu kebahagiaan, isn’t it?.

Trus, apabila kita sudah sukses, kekayaan sudah ditangan, nama baik sudah disandang, kekuasaan sudah diraih, apakah semua itu akan menjamin kita bahagia ???. Well, maunya sih gitu, tapi kayaknya enggak juga ya…

Bila kita sudah memiliki kekayaan yang banyak, berdasar sifat alamiahnya, manusia akan ingin meraih kekayaan lebih banyak lagi dan lagi. Semakin lama kita memikirkan meraih kesuksesan dengan ujung-ujungnya mendapat kekayaan yang berlimpah, apakah akan menjamin kita bahagia?.

Kebahagiaan tidak dapat diraih dengan harta, jabatan, nama besar, dan segala pernak-pernik dunia. Secara manusiawi, apabila kita memiliki semua itu pasti akan bahagia, tetapi kebahagiaan yang kita nikmati hanya sementara. Dan kita akan jatuh dalam kesengsaraan dan siksaaan hidup. Dengan memiliki harta yang banyak, kita akan takut harta kita diambil, akan ditipu, atau dirampok. Apakah perasaan seperti ini yang kita inginkan dengan memiliki harta yang banyak?.
Ketidakbahagiaan juga bukan milik orang yang berhasil saja. Ketika kita tidak memiliki apa-apa dan kita berkeinginan memiliki mimpi untuk berhasil, tetapi mimpi tersebut tidak bisa kita wujudkan, tentu saja kita akan tersiksa dengan mimpi dan keinginan yang terlalu tinggi.
Tapi bagaimana seharusnya kita menikmati kebahagiaan?.
Saat ini saya merasakan hal tersebut, karena saya ikhlas menjalani kehidupan ini. Saya merasa bahagia karena hidup bersama orang-orang yang saya kasihi, saya cintai dan saya sayangi. Suami yang baik, anak-anak yang lucu-lucu, sahabat-sahabat saya, orang tua saya, keluarga, sanak family. Kasih sayang mereka lebih berharga dari suatu ambisi, harta dan pangkat.
So, marilah kita ikhlas menerima semua yang kita miliki. Sukses memang perlu diperjuangkan, tetapi jangan karena ingin sukses, kita mengorbankan kebahagiaan dan larut dalam obsesi. Mari kita capai sukses dan bahagia secara bersama. Dengan menjalankan hidup, dengan menerima semua yang kita miliki. Boleh saja kita membandingkan hidup dengan melihat ke atas. Tetapi jangan lupa kita bandingkan hidup dengan melihat ke bawah.

Kata pepatah arab : “undzur ilaa man fauqohu 'adaban wa undzur ilaa man duunahu maalan". (lihatlah ke atas terhadap orang2 yang lebih bijak dari kita, dan lihatlah kebawah untuk urusan2 materi, orang yang lebih susah dari kita)

"Kesuksesan sejati adalah menerima semua pemberian Tuhan dengan ikhlas."

20 September 2007

Bahagia dan tahan banting

Beberapa hari belakangan ini, banyak kejadian diluar dugaan yang saya alami dan cukup membuat diri saya bengong dan shock. Walaupun, Insya Allah, bibir saya selalu basah oleh Istighfar dan Shalawat menyebut nama NYA, tetapi saya, sebagai manusia dan seorang perempuan yang sangat biasa, tetap saja mengalami perasaan tidak tenang.
Kejadian terakhir adalah ketika secara tiba-tiba sakit di kaki saya kumat lagi. Setelah beberapa tahun, anteng-anteng saja. Tapi, Alhamdulillah, saya bersyukur, dengan kejadian tersebut, berarti ternyata Allah masih sayang sama saya. Semua itu merupakan teguran Allah supaya saya harus lebih giat lagi untuk selalu mengingat NYA. Dan Alhamdulillah lagi, saya mampu melewati berbagai kejadian yang tidak mengenakkan tersebut dengan tenang.
Sebetulnya, apa yang membuat seorang perempuan bisa tabah dalam menerima cobaan?. Perlu diingat, ini bukanlah ‘bakat’, jadi seharusnya setiap orang punya peluang untuk menjadi seperti itu. Kita perlu belajar dan menelusuri darimana datangnya kualitas positif dalam kepribadian yang mendukung munculnya daya juang yang begitu tinggi dari seorang perempuan.
Memiliki ketabahan, kegigihan dan kesiapan menerima cobaan, merupakan sebuah proses yang berlangsung sepanjang usia kita. Hasilnya adalah kita memiliki cara pandang positif yang memandang masalah dengan jernih. Rasa optimisme juga akan timbul melihat masa depan, disertai keyakinan bahwa aturan Tuhan pasti yang terbaik untuk kita.
Trus, kapan para perempuan siap menerima cobaan?. Seharusnya, harus siap kapan saja karena sebenarnya kita tidak tau apa yang akan terjadi di hadapan kita, isn’t it?. Ketika sebuah cobaan menghadang, reaksi pertama yang akan muncul adalah : “WHY ME?”. Perasaan yang menyertai biasanya marah, putus asa, tidak percaya diri dan akhirnya tidak berdaya untuk keluar dari masalah yang ada.
Kita memang tidak pernah siap untuk menghadapi cobaan, dalam arti bisa bertindak efektif dan efisien untuk menyelesaikannya seketika, karena biasanya suatu masalah atau cobaan itu datangnya tidak terduga dan jelas tidak diharapkan.
Ada beberapa hal yang mungkin bisa membantu kita untuk tampil tegar :
  • Pertama ; Jangan tunggu cobaan datang, baru berpikir bagaimana solusinya. Teruslah mengasah diri untuk memahami lebih banyak hal di dalam hidup ini. Kompetensi dalam banyak hal akan menjadi landasan berpikir jernih untuk bisa segera keluar dari masalah. Kita harus menyadari betapa mahal harga yang harus dibayar untuk ketidakmampuan mencari tau. Memaksa diri untuk terus belajar, mencari tau hal-hal yang positif, akan membuat kita tidak cepat bingung apalagi sampai terpuruk. Miliki ilmunya, maka masalah langsung berubah jadi tantangan. That’s it…
  • Kedua ; Kemampuan menerima yang terjadi sebagai sebuah kenyataan, akan mengembalikan dorongan dari dalam diri untuk berusaha mengolah masalah agar bisa kita atasi. Banyak diantara kita yang tidak berani menerima kenyataan ketika ada masalah dalam diri atau rumah tangga atau keluarga besar. Akibatnya, kita hanya lelah menipu diri, karena terlalu sering lalu malah percaya pada kebohongan yang semula diciptakan untuk menutupi perasaan bahwa memang ada masalah.
  • Ketiga ; Tolong deh jawab pertanyaan ini : gimana caranya makan gajah?. Pasti langsung terbayang sosok gajah yang besar, yang tak mungkin kita makan. Padahal, pikiran seperti itu muncul karena kita berpikir dalam kerangka kebiasaan sehari-hari. Makan, artinya membuka mulut, memasukkan makanan lalu mengunyah. Bagaimana dengan makan gajah?. Ya, kita harus memotong-motongnya sehingga menjadi kecil-kecil dan baru bisa dimakan. Butuh waktu memang, tapi ketika mulut mengunyah, masalah sedang mulai diatasi. Artinya, banyak perempuan yang sudah terlanjur putus asa ketika dihadang cobaan. Dan karena tak ada langkah untuk ‘membagi’ masalah dalam komponen-komponen yang lebih kecil, maka perasaan bahwa ia kejatuhan cobaan yang berat, tak terhindarkan.
  • Terakhir dan yang paling penting ; Perlu adanya fleksibilitas berfikir serta kemampuan menolerir perbedaan yang ada diantara manusia. Hal ini membuat kita makin cepat menangkap alasan kenapa seseorang melakukan hal-hal yang terasa seperti cobaan bagi kita. Berpikir fleksibel membuat kita tak terpasung oleh kebiasaan saja. Sadari bahwa tidak semua kebiasaan hidup itu positif sifatnya. Bahkan kebiasaan positif pun tak selalu sesuai untuk cobaan yang sedang dihadapi.
Pemahaman terhadap orang lain, akan membuat kita merasa nyaman karena tetap menyadari bahwa memang orang lain tak perlu sama dengan kita kok. Dari perbedaan itu kita belajar, mana hal baik yang bisa ditiru dan mana yang tidak.
Siap menerima cobaan, tetap tegas dan bersyukur atas dukungan orang-orang di sekitar hanya bisa dimiliki oleh sosok yang bisa jernih melihat kelebihan orang lain dari dirinya, sehingga uluran tangan atau bantuan tak terasakan seperti sedang direndahkan atau dianggap lemah, tetapi justru sedang ditemani.
Selalu ada perasaan tertentu yang menyertai cobaan yang datang. Sadari bahwa perasaan bukanlah petunjuk akhir untuk melaksanakan sebuah tindakan. Apalagi kalau perasaan terburuk yang muncul. Karena, ini justru akan menjadi dasar dari getaran hati yang juga buruk dan kemudian menghasilkan tindakan buruk seperti menyalahkan diri sendiri, takut, marah, dendam, workaholic untuk melupakan cobaan serta agresifitas yang tinggi.
Perasaan seyogianya adalah awal munculnya kebutuhan untuk lebih memahami diri dengan segala kelebihan dan kekurangan. Ditambah dengan kebiasaan untuk fokus, kita akan mampu dengan cepat membuat mapping dari cobaan yang ada dan sekaligus strategi pemanfaatan kelebihan diri untuk mengatasinya.
Kita mesti sepakat dengan mata hati dan perasaan jernih serta nalar yang bersih dari kecenderungan “sok tau dan sok benar sendiri”, seringkali kita jadi makin tau bahwa mungkin cobaan ini justru mempercepat kita mendekati pencapaian tujuan hidup serta menambah banyak sekali sisi-sisi positif dari kepribadian kita. Selalu ada hikmah di balik semua cobaan, cari, selidiki walau prosesnya terasa menyakitkan.
Pertanyaan “WHY ME?”, sudah berubah menjadi “inilah sebabnya mengapa saya mengalaminya”. Mudah-mudahan teman-teman saya yang sedang punya masalah dan sedang menghadapi cobaan, tetap teguh dalam sakit maupun kepedihan, karena kita harus percaya bahwa Tuhan Maha Tau yang terbaik untuk kita semua.

18 September 2007

Lelaki kecilku...

Beberapa tahun lalu, tiap malam saya mengantar lelaki kecilku ke tempat tidur, lalu menyanyikan lagu untuknya, lagu nyleneh karangan saya sendiri, khusus untuk kami berdua. “tetaplah kecil, tetaplah kecil”. Dan anak saya akan tertawa mendengarnya, saya pun tersenyum. Esoknya saat terbangun, saya akan berkata “coba lihat dirimu, kau bertambah besar, lagunya tidak membawa hasil”.
Selama bertahun-tahun, saya menyanyikan lagu itu dengan harapan dia tidak akan menjadi besar. Dan anak saya pun berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa dia tidak akan jadi semakin besar. Lalu suatu hari, dengan terpaksa, saya berhenti menyanyikan lagu itu. Entah kenapa. Mungkin karena pintu kamar anak saya tertutup, mungkin karena dia sedang belajar, atau sedang ngobrol dengan seseorang di telepon. Atau barangkali, saya harus menyadari bahwa sudah waktunya saya mengizinkan dia menjadi dewasa.
Sekarang, saya merasa lagu yang biasa kami nyanyikan, pasti mempunyai kekuatan ajaib, sebab saat saya masih menyanyikannya, anak saya tetap menjadi kecil yang masih perlu di urus, umur empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh… rasanya sama saja, bahkan penampilannya pun tetap sama. Sekarang dia semakin jangkung, bodynya besar, giginya bermunculan rapi. Tapi dia tetap mesti harus diingatkan untuk menggosok giginya, untuk menyisir rambutnya, diingatkan untuk mandi serta sholat tepat waktu.
Mainannya pun berganti seiring berjalannya waktu. Dulu dia bermain layang-layang. Kemudian berganti dari Play Station menjadi Gameboy dan sekarang PC yang selalu diotak atiknya. Selama bertahun-tahun, dia seperti boneka-boneka kayu yang seluruh penampilannya tidak berubah. Hanya ukurannya saja yang semakin besar.
Atau setidaknya seperti itulah dia dimata saya. Dia suka main sepeda, jungkir balik di Time Zone di mall, makan permen karet dan membuat origami membentuk burung atau pesawat terbang, dengan kertas koran. Dia suka sekali makan, apa saja dia makan dan bangun pagi-pagi pada hari minggu untuk menonton kartun Tom and Jerry kesukaannya.
Hari ini saya merindukannya. Sudah beberapa bulan ini, saya hidup berjauhan dengannya. Tapi, saya bangga akan dirinya, akan pribadinya sekarang ini. Dan saya harus sadar bahwa dia akan mempunyai dunianya sendiri dan akan menghadapi kehidupan yang sesungguhnya. Saya pun merasa sedih, bukan untuk dirinya, tapi untuk saya sendiri.
Sekarang, lelaki kecilku sudah dewasa. Meskipun ibu, sahabat dan saudara saya mengatakan bahwa saya tidak akan kehilangan dia, dia sudah dewasa dan akan menghadapi kehidupan yang berikutnya yang Insya Allah adalah yang terbaik. Dan saya sadar, apa yang akan datang tidak akan sama dengan apa yang telah berlalu.
Saat ini, saya kangen dia, kangen akan sapaan-sapaan nya, candaan-candaan nya. Tapi, meski hati saya sedih, saya tersenyum. Saya merasa betapa istimewanya menjadi seorang ibu dan betapa beruntungnya saya....
Mas Rifdy, mama kangen......................................

17 September 2007

Be a person with super attitude

Beberapa hari yang lalu, saya sesenggukan di telpon, curhat dengan sahabat saya. Harusnya, saya tidak boleh melakukan hal itu, karena saya sudah berulangkali mengalami hal-hal yang membuat hidup kadang merasa nggak nyaman. Dalam hidup, setiap orang pasti punya masalah.
Ketika kita teringat pada hal-hal yang sudah kita alami, ada kesuksesan, ada juga kegagalan, semua itu yang harus kita pikirkan adalah, bukan apa yang terjadi pada diri kita yang harus diperhitungkan, tetapi bagaimana reaksi kita pada saat suatu masalah yang sedang terjadi, khususnya masalah yang tidak terduga. Bagaimana masalah tersebut agar tidak menjadi beban?.
Menurut saya, ya nikmati saja. Ada beberapa hal yang menurut saya mungkin bisa menjadikan seseorang menjadi lebih baik dan aware dalam menghadapi suatu masalah.
1. Fokus pada masa depan
Apapun yang kita hadapi, lebih baik fokus pada masa depan daripada masa lalu. Daripada mengkhawatirkan siapa atau apa yang harus disalahkan, lebih baik fokuslah pada dimana kita ingin berada dan apa yang ingin kita lakukan. Dapatkan ke PEDE an yang jelas tentang kesuksesan masa depan ideal, kemudian ambil langkah apapun yang kita bisa, untuk memulai petunjuk tersebut.
2. Pikirkan jalan keluar
Saat kita menghadapi kesulitan, fokuslah pada penyelesaian daripada masalahnya. Pikirkan dan bicarakan solusi yang baik tentang rintangan yang dihadapai daripada membuang waktu memikirkan masalah terus menerus. Solusi itu sifatnya positif, sedangkan masalah bersifat negative. Saat kita mulai memikirkan solusi, kira akan langsung menjadi positif dan berguna.
3. Lihat hal-hal yang baik
Asumsikan bahwa sesuatu yang baik selalu tersembunyi di setiap kesulitan dan tantangan. “Fa inna ma’al ‘usri yusroo, inna ma’al ‘usri yusroo”, begitu dalam Al Quran disebut. Kapanpun Tuhan ingin memberikan kita sebuah hadiah, DIA akan membungkusnya dalam sebuah masalah. Semakin besar hadiah yang kita terima, semakin besar masalah yang akan kita hadapi. That’s it, Sunnatullah gitu… Namun, hal terindah adalah jika kita menanti hadiah tersebut, kita akan selalu menemukannya.
4. Cari pelajaran berharga
Anggaplah dalam situasi apapun yang kita hadapi saat ini adalah situasi sebenarnya saat kita perlukan untuk mencapai sukses. Situasi ini dihadapkan pada kita untuk membantu kita belajar sesuatu, membantu untuk berkembang dalam pemikiran dan membantu menjadi lebih baik dalam menghadapi hidup.
5. Sabar dalam menghadapi masalah
Alangkah indahnya bila kita menemukan telaga kesabaran manakala tengah diundung problema dan saling menasihati satu sama lain. "Saling nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran." (QS Al Ashr, ayat 3)...
Semoga bermanfaat buat para teman, sahabat dan handai tolan yang sedang manyun…

13 September 2007

Cinta yang tak kau sadari

Kenapa kita menutup mata, ketika tidur?, kenapa kita meneteskan airmata ketika menangis?, kenapa kita merenung ketika sedang gundah?... Itu semua karena, hal terindah di dunia, tidak terlihat...
Ketika kita menemukan seseorang yang keunikannya sejalan dengan kita dan merasa ada yang nyambung, maka kita bergabung dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan serupa, itu yang dinamakan CINTA. Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan, orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan, tapi ingatlah... melepaskan bukan akhir dari dunia, melainkan awal suatu kehidupan baru.
Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang tersakiti, mereka yang telah mencari dan mereka yang telah mencoba. Karena, merekalah yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka.
Lalu, bagaimanakah CINTA yang AGUNG itu?...
adalah ketika kita menitikkan airmata dan masih peduli terhadapnya,
adalah ketika dia tidak mempedulikan kita dan kita masih menunggunya dengan setia,
adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum,
it feels like hell if someone you love dumped you for no reason. aren't you tired spending years hating him?...
Apabila cinta tidak berhasil... bebaskan diri, biarkan hati kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas. Ingatlah, bahwa suatu hari kita mungkin menemukan cinta dan kehilangannya. Tapi, ketika cinta itu mati, kita tidak perlu mati bersamanya... Orang yang kuat, bukan mereka yang selalu menang, melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh. Dalam perjalanan kehidupan, kita belajar tentang diri sendiri dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada. Hanya penghargaan abadi atas pilihan-pilihan kehidupan yang telah kita buat.
Mencintai...
bukan bagaimana kita MELUPAKAN, melainkan bagaimana kita MEMAAFKAN
bukan bagaimana kita MENDENGARKAN, melainkan bagaimana kita MENGERTI
bukan apa yang kita LIHAT, melainkan apa yang kita RASAKAN
bukan bagaimana kita MELEPASKAN, melainkan bagaimana kita BERTAHAN
Dalam urusan cinta, kita sangat jarang menang. Tapi, ketika cinta itu tulus, meskipun kalah, kita tetap menang hanya karena kita bahagia dapat mencintai seseorang lebih dari mencintai diri sendiri. Akan tiba saatnya dimana kita harus berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang itu mencintai kita. Melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu akan bahagia apabila kita melepaskannya.
Apabila kita benar-benar mencintai seseorang, jangan lepaskan dia. Jangan percaya bahwa melepaskan, selalu berarti kita benar-benar mencintai, melainkan, berjuanglah demi cinta. Kadangkala, orang yang kita cintai adalah orang yang paling menyakiti hati kita. Itu semua adalah cinta yang tidak kita sadari.