Kita hidup hanya sekali, tetapi jika kita menjalaninya dengan benar, maka sekali berarti CUKUP.
DIMANA KITA BISA TEMUKAN KEINDAHAN HIDUP?
Suatu malam, di sebuah sudut alun-alun kota, sepasang suami istri pedagang makanan, meringkuk dalam tenda, di kelilingi oleh beberapa orang anaknya. Hujan deras turun sejak petang. Makanan yang di jajakannya sudah dingin dari tadi, tapi mereka tetap saling bercanda sambil membiarkan suara radio kecil meramaikan suasana.
Suami istri itu saling berucap : "Kau pasti rugi pak". "Ya tidak apa-apa, semoga besok cuaca terang". "Kita ini pedagang kecil, tak punya apa-apa, jadi kalau toh rugi, kita tak kehilangan apa-apa. Orang yang takut kehilangan, biasanya mereka yang merasa memiliki apa yang di usahakannya".
"Padahal, siapa yang bisa menjamin tak ada hujan malam ini?. Betapa hebatnya pemilik hujan sehingga bisa membuat dagangan kita tak ada yang membeli?. Bahkan kita sendiri tak kuasa atas perniagaan ini".
Ah, betapa sederhananya. Bila kita mengaku berkuasa atas apa yang kita "miliki", kita tercebur dalam lautan diri yang menenggelamkan saat apa yang kita miliki hanyut terbawa ombak. "Memiliki" adalah rantai besi yang mengikat kita pada batu karang dasar laut. Menyadari ketidak kuasaan diri di hadapan semesta raya, adalah kunci pembuka rantai itu.
Hidup ini terkadang aneh. Kalau kita menolak untuk menerima bukan yang terbaik, seringkali kita justru akan menerimanya......