Sepertinya saya jatuh cinta terhadap hidup ini…
Betapa tidak, segitu cepatnya kesenangan dan kesedihan datang silih berganti, seperti tak kenal lelah ‘ngerjain’ saya. For less than 1 month coba bayangin, banyak kejadian yang menimpa diri saya. Dan saya paling benci kalo ada orang yang belum apa-apa mengatakan “ambil saja hikmahnya”… Eh?, emang yang menentukan hikmah adalah kita?, lantas, Tuhan mau di kemanain?...
Sudah diatur sama Yang Maha Kuasa, bahwa setiap hidup manusia, pasti akan mengalami hal yang baik dan buruk, susah dan senang, sedih dan gembira, menangis dan tertawa. Tapi, apakah secepat itu datangnya?. Sebagai orang jawa, saya percaya akan adanya hukum alam. Walaupun suami saya mengatakan itu sebagai ‘klenik’. Contohnya begini ; ketika saya rasakan mata saya ‘kedutan’ yang sebelah kiri, itu berarti musibah atau sesuatu yang tidak mengenakkan akan menimpa saya. dan apabila yang ‘kedutan’ sebelah kanan, berarti sesuatu yang menggembirakan akan menghampiri saya. that’s it. Percaya nggak percaya, tapi sampai saat ini saya merasakan begitu.
2 minggu belakangan, beberapa kejadian yang tidak mengenakkan menghampiri saya. Kenapa?... Saya menyadari bahwa beberapa perlakuan dan perkataan saya telah menyinggung dan tidak berkenan terhadap orang-orang, teman-teman dan kerabat. Tetapi, apakah mereka tau maksud dari semua itu?. Hanya sebagian kecil teman saya yang bisa mengerti kenapa saya sampai melakukan hal-hal yang ‘kurang berkenan’.
Pada dasarnya, saya tidak pernah mau berurusan dengan hal-hal yang tidak mengenakkan. Makanya saya perlu pembelaan diri. Nah, ini dia yang kadang sulit diterima oleh teman-teman, kerabat dan orang-orang yang tidak mengenal saya secara dekat. Sebagian menilai saya terlalu egois, emosian dan undercontrol. So?, setelah beberapa lama kemudian, biasanya orang-orang baru menyadari bahwa apa yang saya ekspresikan adalah benar (atau merupakan suatu kebetulan?).
Saat saya sedang terpuruk begitu, seseorang yang saya hormati dan sudah saya anggap sebagai orang tua saya sendiri, tiba-tiba ‘mencampakkan’ saya. Alasannya sih sangat logis dan bisa di terima akal. Tapi, saya nya itu yang tidak siap. Mbok ya jangan sekarang, biar saya tenang dulu. Timingnya kurang pas. Dia tidak mau tau, dan bahkan benar-benar tidak mau ngerti bagaimana ‘terpuruk’ nya saya pada saat itu. Dia hanya menyampaikan keoptimisan bahwa saya akan dan ‘selalu’ mampu mengatasi semua masalah dalam hidup ini. Hei… I am an extra ordinary woman, punya segala keterbatasan dan kelemahan.
Saya sakit, stress dan hampir mengalami depresi. Tidak biasanya saya ‘melarikan diri’ membutuhkan waktu untuk menenangkan diri beberapa hari. Saya hanya bisa merenung, terdiam dan hanya bisa diam. Saya tidak bisa menangis, airmata saya terlalu mahal untuk itu. Keluarga saya bengong, tidak tau harus gimana. Dan mereka juga kaget, kenapa saya bisa sampai begitu. Berarti masalah yang saya alami sudah sangat berat. Saya sulit memejamkan mata, tidak nafsu makan dan malas berinteraksi dengan orang lain.
Kepada siapa lagi saya akan mengadu selain kepada NYA?. Nah, baru boleh disimpulkan bahwa ada hikmah dibalik kejadian-kejadian yang menimpa seseorang. Inna ma’al ‘usri yusroo. Fainna ma’al ‘usri yusroo…
Alhamdulillah, sekarang saya sudah berangsur-angsur membaik. Walaupun belum 100% pulih. Saya belum mampu menjalin komunikasi dengan orang-orang yang sudah membuat saya jadi ‘terpuruk’ beberapa saat. Tapi, saya tidak dendam, hanya perlu waktu.
So, sepertinya saya jatuh cinta terhadap hidup ini, atau jangan-jangan hidup ini jatuh cinta kepada saya???... Wallahu a'lam.