18 November 2008

Sendiri Lagi

Hmmm... Pasangan model apa ketika suami-istri mempunyai urusan masing-masing?.
Ini dialami oleh saya dan suami. Ketika beberapa waktu lalu suami saya dapat panggilan untuk mengunjungi Negeri Paman Sam, tak berapa lama kemudian saya mendapat panggilan untuk berkunjung ke Negerinya Hiroko. Dan selisih waktu pun tidak begitu lama. Diperkirakan ketika suami saya belum sampai di Jakarta, saya sudah terbang menuju Jepang...
So, yang terjadi adalah : kami berdua sama-sama bingung, begitupun anak-anak. Sebuah komentar polos meluncur dari anak kami nomer 4 : "Papa ke Amerika, Mama ke Jepang. Aku mau ikut dong biar bisa ketemu sama Power Rangers dan Naruto"...
Sebenarnya perjalanan kami berdua ke "dua negara berbeda" tersebut bukan semata kemauan kami, dan di luar rencana. Dan tujuannya pun bukan untuk jalan-jalan, tetapi ditunjuk oleh pihak yang percaya pada kami untuk melihat keindahan alam di belahan dunia lain. Dan berhubung bukan jalan-jalan, maka segala sesuatu perlu dipersiapkan semaksimal mungkin mengingat kami masing-masing "jalan" membawa "sebuah nama besar" di belakang kami.
Sekarang, saya sedang sendiri lagi. Di sebuah kamar di Tokyo Prince Hotel. Setelah sempat bertemu "sedetik saja" dengan suami. Ya, harusnya suami saya belum datang saat saya akan terbang ke Tokyo. Tetapi, mendadak dia memutuskan untuk pulang dulu, terpisah dari rombongan hanya demi untuk ketemu dengan saya, melepas rindu sejenak dan sebagai tanggungjawab menjaga anak-anak yang sedang bingung di rumah.
Semoga kita semua ikhlas dalam menjalankan tugas dan amanah yang telah dii percayakan kepada kami.
Yang sedang sendiri dan kedinginan di Tokyo : 9 November 2008

24 Oktober 2008

Sendiri dulu

Saya sedang menikmati kesendirian saat ini, secara sejak seminggu lalu, suami saya sedang berada di negara Paman Sam, dan rencananya akan tinggal hingga pertengahan bulan depan.

Rasanya memang beda. Ketika seseorang yang 'masih sendiri' (single) dan yang 'sudah tidak sendiri' (double), mereka akan memaknai kesendirian, dari arti dan sudut pandang yang berbeda.

Almarhum Ayah mertua saya dulu pernah bilang : "deket bau T*I, jauh bau WANGI". Begitulah yg sekarang ini yang sedang saya dan suami saya rasakan. Bukan faktor kangen2an semata. Tapi, ada hal-hal yang sesungguhnya ketika "bersama", menjadi sebuah konflik dan saat "berjauhan", menjadi sebuah ketergantungan.

Sejak kami berjauhan, setiap hari, ketika saya sudah lelah melakukan aktifitas sehari-hari, suami saya menyapa saya via chatting yang notabene, dia baru segar bugar dan akan bersiap melakukan aktifitas.

"Ma, gimana caranya rapiin tempat tidur?. Ada 8 lapis nih, yang mana duluan?".

Pertanyaan tersebut buat saya sangat menggelikan, karena selama kami hidup bersama, boro-boro ngrapiin tempat tidur, jangan-jangan yang namanya seprei aja dia gag tau, hehe.

Mungkin, kalo dia bertanya ketika kami dekat, akan saya cuekin. Tapi, karena kami sedang berjauhan, dengan sabar saya arahkan pelan-pelan.

Begitu juga ketika disini saya harus menghadiri sebuah undangan pernikahan. Padahal, biasanya saya lebih memilih hadir bersama teman-teman atau saudara, ketimbang dengan suami. "Pa, nanti malam ada undangan, aku males hadir ah, sendirian...", hehehe.

Tapi, ada juga hal-hal yang biasanya saya lakukan bersama suami, yang sepertinya saya tidak mampu utk melakukannya, tiba-tiba saya bisa. Seperti ketika beberapa hari yang lalu, saya dengan sukses melobby dan bertemu dengan salah seorang pejabat. Biasanya untuk hal tersebut, saya tidak mau tau, itu urusan suami saya.

Dan juga ketika menghadapi anak sakit. Biasanya saya akan panik, tapi Alhamdulillah saya ringan saja membawa ke dokter, beli obat dan meminumkannya.

Ketika "pasukan tempur" sedang "perang", biasanya juga saya akan ikutan "perang" dan langsung menyerahkan kondisi tersebut kepada suami saya, tapi kali ini, alhamdulillah ringan saja.

Dahulu, nabi Adam juga sendiri dan setelah itu ketemu Hawa yang juga sendiri. Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Pada saatnya, akan terjadi "kesendirian" lagi, ketika dikubur di liang lahat nanti.

Kepada suami saya ; Terimakasih telah menjadikan saya sebagai "seseorang" meskipun tidak sekelas "wonder woman". Terimakasih juga telah menjadikan saya mengerti apa arti hidup beserta prosesnya.

22 Oktober 2008

Apa kabar ?

Temans, apa kabar ?.

Setelah sekian lama kita tak pernah jumpa. Banyak yang 'tlah berubah, dan ku ingin dengar dari ceritamu...

Ya, maafkan saya karena lama gag posting. Tapi, bukan berarti kreatifitas saya jadi terhenti, ide-ide juga jadi mandek. Justru, saya sedang mencari refleksi diri, mengkoreksi diri, apakah selama ini yang saya lakukan sudah benar?, sudah sesuai?, sudah seimbang?...

Aaah, tergantung dari sebelah mana melihatnya. Kalau memang orang selalu memandang bahwa hidup ini jeleeek terus, ya mau gag mau 'mind' dia akan terbentuknya negative thinking terus, termasuk menilai diri saya.

Tapi, tidak apa. Semakin seseorang mendapat "terpaan angin", semakin kuat dia akan berdiri dan berjalan menapaki hidup.

Jadi, be positive. Yakinlah, segala sesuatu mempunyai kekurangan dan kelebihan. Dan, apabila kita melihat suatu keburukan, rubahlah dengan menggunakan lisan. Apabila tidak bisa, rubahlah dengan hati atau lebih baik DIAM.

Salam kangen selalu...

23 Juli 2008

Starting to busy again

Well, segala sesuatu harus dimulai dengan niat. Dan, niat akan terwujud apabila ada keinginan untuk berbuat. Memang betul, hidup adalah perbuatan...
Setelah melewati masa liburan, saya harus kembali lagi memulai kesibukan dengan penuh semangat tentunya. Saya juga menata life mapping untuk ke depan, yang berdasarkan pengalaman sebelumnya dengan merujuk pada skala prioritas. Hal-hal apa saja yang harus di kerjakan lebih dulu dan mana yang bisa dikerjakan nanti.
My first busy is starting to assist one American Moslem lady who want to learn Arabic and Qur'an in this boarding school (my husband school). Actually, she has everything what people want in this life ; a good carrier, a complete family, big salary and many job experience, studies etc. Oneday, she told me : "happines, I want to get happiness?". Eh?... Dia bilang, "sesungguhnya kebahagiaan itu tidak dapat diukur dengan kepuasan, karena secara manusiawi, orang tidak akan pernah puas selama masih hidup di dunia ini".
Ya, benar. Semakin banyak yang kita cari akan semakin banyak ketidakpuasan yang kita dapatkan. Dan semakin banyak yang kita dapatkan, semakin banyak kepuasan yang akan kita cari.
Suatu hari ditengah waktu liburan kemarin, saya dinasehati oleh teman suami saya. "Udaaah... mau ngapain lagi?, kalo diturutin terus mah nggak rapi-rapi tu kerjaan. Jangan sampai kelupaan hal yang penting, perhatiin anak dan jaga kesehatan. Dan jangan dijadikan alasan kalo kerja itu nyari berkah nya"... Saya pun berkesimpulan, apa salahnya kalo kita bisa mencapai sesuatu, kemudian kita nikmati apa yang sudah kita dapatkan. Yang dinikmati adalah bukan saja hasil yang sudah tercapai, tapi keseimbangan hidup. Lha terus, nek ngoyo terus, mengko ora entuk sing penak-penak, malah awak loro kabeh, hehe.
Saya sedang mencoba untuk lebih santai dalam hidup ini. Hal-hal yang harus saya kerjakan, tidak usah dipikirkan, just learning by doing saja. Dan beberapa rencana, tidak usah saya targetkan, malahan nanti akan bikin stress kalo target tidak tercapai. Semoga saya bisa...

14 Juli 2008

Misteri Ilahi

Setelah melalui perjalanan panjang, berlibur bersama anak-anak, akhirnya saya kembali ke rumah dengan selamat. Alhamdulillah...
Yang saya rasakan saat ini adalah capek, lelah dan badan pegal-pegal. Tapi, saya juga merasakan penyegaran kembali, alias re-freshing. Selama perjalanan, banyak sekali yang saya dapatkan, saya renungkan dan saya rasakan. Dan saya menikmati semua itu.
Hidup ini memang harus selalu dinikmati. Walaupun proses untuk mencapai kenikmatan itu sangatlah rumit dan berliku. Setiap orang tidak akan sama, ada yang ringan ada pula yang berat. Tergantung me-manage nya saja.
Betapa Allah telah menciptakan bumi beserta isinya dengan penuh hikmah yang terkandung di dalamnya. Hikmah itu bagaikan misteri yang tidak bisa ditebak. Coba saja, begitu banyak hutan, gunung, sawah, laut, sungai, jalanan, manusia... Semua dapat "berdiri" pada posisi nya. Dan semua sudah di atur agar tidak saling berbenturan satu sama lain. Subhanallah. Bisa saja gunung yang menjulang tinggi tiba-tiba roboh menimpa jalanan atau air laut tumpah ke hutan... Semua itu merupakan misteri Ilahi. Maka, apabila tidak pernah mau bersyukur, itu berarti mengingkari nikmat Allah.
Selama perjalanan, di setiap kota yang saya singgahi, saya perhatikan orang-orang berlalu lalang melakukan aktifitasnya. Masing-masing punya kesibukan, maksud dan tujuan. Tukang becak, supir angkot, tukang parkir, eksekutif muda, pegawai pemerintahan, pelaku bisnis, mereka mempunyai tujuan dan maksud untuk hidup yang harus dipertanggungjawabkan. Di dunia, mereka bertanggungjawab kepada keluarganya, anak dan istrinya. Dan di akherat kelak, mereka harus bertanggungjawab terhadap sang pencipta. Tujuan hidup mereka adalah semata mata hanya agar bagaimana bisa bermanfaat bagi sesama.
Dan semua itu juga merupakan misteri Ilahi, ada yang memang diciptakan menjadi orang baik sehingga menjadi baik, dan ada pula yang ingin baik tapi melalui jalan yang tidak baik. Mengapa ada Dokter, Polisi, Guru?. Karena mereka sudah tau bagaimana menjadi baik dan bagaimana memanfaatkan hidup mereka agar menjadi baik. Dan mengapa juga ada pencuri, perampok, koruptor?. Karena mereka sebenarnya ingin menjadi baik hanya saja jalan yang mereka lalui tidak baik. Sekali lagi, misteri Ilahi yang bicara.
Orang yang paling bahagia di dunia ini, belum tentu mempunyai semua yang terbaik. Mereka hanya berusaha untuk meraih apa yang di inginkan agar menjadi yang terbaik.

01 Juli 2008

Libur 'tlah tiba

Sebenarnya, liburan ini ditujukan kepada anak-anak yang sedang sekolah, baik TK, SD, SMP, SMA dsb. Berhubung 'pasukan tempur' saya adalah anak sekolahan semua, jadi mau nggak mau, saya sebagai 'induk semang' nya harus ikut menikmati liburan. Secara kerjaan saya juga selalu berhubungan dengan urusan 'berlibur'. Bahkan menurut saya "work is only for people who don't know how to play golf"... Asyiiikkk.
Setiap liburan tiba, saya tidak pernah merencanakan sebelumnya kemana tujuan untuk berlibur. Karena, anak-anak masih kecil-kecil, takutnya kalau direncanakan, malah pas hari H nya mereka nagih dan sedangkan diantara mereka, salah satunya ada yang kena sakit. Jadi, ya to the point aja, kemana mau pergi, ya jalan saja. Yang penting jalan.
Dan setiap liburan dengan anak-anak, saya sengaja tidak membawa pengasuh maupun asisten rumah tangga. Hayo aja, dengan kondisi 4 anak (harusnya 5, tapi yang sulung sedang menuntut ilmu di luar kota), saya kerjakan sendiri dari mulai packing pakaian sampai menyiapkan segala macam konsumsi, perlengkapan 'spesial bocah' seperti susu, botol, diapers, mainan. Disini seni nya. Bahkan, saya menguasai beberapa trik, sehingga seandainya mereka rewel karena boring di jalan, bisa aman terkendali. Salah satunya, saya sengaja menyimpan mainan mereka di tas saya, dan mengeluarkannya satu persatu. Kalo sudah bosen dengan satu mainan, akan saya keluarkan mainan lainnya, dan begitu seterusnya. Tidak lupa, bantal dan selimut adalah hal yang paling penting dan tidak boleh ketinggalan dalam kamus liburan anak-anak saya. Selanjutnya, biarkan saja mereka bermain ala dunia nya selama berada di mobil, jangan dilarang. Ntar juga capek sendiri.
Memang, kondisinya akan seperti kapal pecah, selalu berantakan dan ribut. Berantem adalah hal yang biasa. Dengan begitu, masing-masing anak dapat belajar mencari solusi, mengalah, bekerjasama dan menyelesaikan masalah, sehingga bisa mencerdaskan emosi. Karena saya sudah terbiasa dengan anak banyak, jadi kondisi-kondisi ramai begitu saya nikmati saja.
Liburan kali ini, Insya Allah direncanakan menuju ke Jawa dan Bali. Selain berlibur, kebetulan saya ada kerjaan di Bali untuk beberapa waktu. Saya hanya mengajak 1 anak saya ke Bali. Karena, saya akan banyak kerjanya daripada berliburnya. Biar saja anak saya ikut menikmati dan menyaksikan apa yang akan dikerjakan oleh mamanya.
Biarkan saja anak-anak menikmati apa yang sedang terjadi pada masanya. Bermain, bermain dan bermain yang kemudian akan timbul suatu pelajaran yang tidak akan mereka dapatkan di sekolah. Kenalkan anak-anak pada alam, agar dapat menghargai ciptaan Allah. Ajarkan kepada mereka berhitung agar terbiasa berfikir logis dan biarkan anak berinteraksi dengan orang lain agar terbentuk sikap sportif.

27 Juni 2008

Dalam hati saja

Sebenarnya, saya termasuk orang yang paling tidak bisa menyimpan sesuatu dalam hati. Bukannya ember, selain hal itu bikin sesak, saya memang nggak bisa tahan. Hanya benar-benar close person saja yang bisa saya ceritain apa yang sedang terjadi dalam diri saya saat itu, kemarin dan entah kapan. Pokoknya, uneg-uneg atau apa saja, enak nggak enak yang tersimpan dalam hati, harus keluar as soon as possible. Tentu saja setelah melalui proses refleksi diri, nggak asal goblek. Biasanya, suami saya adalah orang pertama yang saya curhati.
Akhir-akhir ini, entah kenapa, saya tidak bisa. Diupayakan bagaimanapun, saya tetap tidak bisa. Sepertinya ada sekat yang dalam yang menghalangi saya untuk mencurahkan isi hati dan perasaan. Saya jadi males ngomong, nggak mau ambil pusing dan cenderung menyibukkan diri agar yang ada di hati bisa lewat dan lupa, nggak mau saya pikirin. Ujung-ujungnya, kepala saya jadi sering pusing, sulit tidur dan tampang saya terlihat amat lelah.
Memang sih, yang terjadi adalah saya sangat (sok) sibuk mengerjakan apa yang kira-kira bisa dikerjakan. Positifnya, saya jadi produktif. Ide-ide baru bermunculan, ringan saja dan bisa di terima orang banyak.
Kadang, sesuatu hal yang tidak mengenakkan bisa memacu seseorang menjadi produktif. Pengalaman juga bisa menjadikan seseorang lebih tau dari yang sebelumnya tidak tau. Kematangan diri muncul akibat dari berbagai pengalaman yang dialami dalam hidup.
Ada beberapa hal yang saat ini benar-benar terpendam dalam hati saya. Semoga tidak menjadi karat. Saya sedang berusaha mencari titik terang solusinya. Tapi saya ogah-ogahan, karena ya itu tadi, saya nggak mau mikirin, tapi harus dipikirn. Saya harus tegar, meskipun harus berpura-pura. Dan yang terjadi, saya harus menyibukkan diri supaya yang tadinya harus dipikirin, saya nggak gitu mikir lagi. Tetap saja nggantung. Saya pun berkesimpulan, lebih baik diam daripada capek mikirin apa yang terjadi.
Haruskah egois?, haruskah benci?, haruskan mengeluh terhadap apa yang saya alami?. Kadang saya punya pikiran jahat, biar saja orang-orang yang menyakiti saya nanti suatu saat akan tersakiti. Bagaimana menilainya bahwa orang tersebut menyakiti saya?. Mungkin saja dia berbuat begitu karena perbuatan saya yang tidak menyenangkan?. Lalu, kenapa harus benci?.
Biarlah saya simpan dalam hati saja. Just wait and see what will happen...

24 Juni 2008

Inna ma'al 'usri yusroo

Sesungguhnya setelah kesulitan, pasti ada kemudahan. Sama saja seperti anak sekolah, kalau mau naek kelas, harus ikut ujian dulu. Dan kalau mau dapat nilai tinggi, harus giat belajar. Dan agar giat belajar, harus pandai-pandai mengatur waktu.
Kejadian-kejadian tersebut, saat ini terkondisikan kepada saya. Ada rasa lelah, menghadapi ujian dan cobaan. Tapi ada juga rasa syukur dan senang ketika saya mendapatkan banyak "hadiah", dan itu datangnya langsung dari YANG DIATAS, yang sudah mendengar do'a-do'a saya selama ini. Saya adalah nominasi yang harus mendapatkan "hadiah", tapi sebelumnya harus melewati berbagai ujian dan rintangan. Kalau saya sabar dan berhasil menghadapinya, berarti saya "lulus".
Kalau boleh nawar, saya maunya "lulus" dan dapat "hadiah", tapi saya nggak mau ujian. Capek. Karena ujian yang datang ke saya saat ini, bukan seperti saat sekolah dulu, yang kalau nggak faham dan nggak ngerti pelajaran, saya bisa nanya ke guru atau ibu. Ujian saya sekarang ini, benar-benar harus dihadapi sendirian, mencari solusi dan menikmati kesabaran ya sendirian juga. Suami, ortu, teman, hanya sebagai penggembira saja. Tidak banyak membantu. Karena, ini adalah ujian kehidupan, menyangkut batin, emosi dan -kalau boleh dibilang- tekanan. Semua itu adalah pelajaran hidup. Tidak pernah didapat di bangku sekolah.
Hidup berjalan layaknya air yang mengalir dari hulu ke hilir. Sepanjang perjalanan, akan ditemui batu, kotoran, pasir dan berbagai macam hambatan. Tapi, harus tetap mengalir, sampai tercapai ke tujuan.
Saya sedang mendapatkan BANYAK "hadiah". Darimana?, yang pasti dari Yang DIATAS. Beberapa aplikasi saya untuk mengikuti course ke luar negeri, (Alhamdulillah) banyak disetujui. Dan itu datangnya bertubi-tubi, BUKAN silih berganti. Sampai, hampir saya menolak salah satunya. Teman saya komentar, "aneh deh lu, orang pada pingin dapet kesempatan seperti ini, malah lu yang udah jelas-jelas dapet kok nolak". Banyak juga yang komentar, "enak banget ya bisa liat negara orang secara gratis". BETUL,,,!!! enak kalau begini. Tapi... apakah mereka tau, sebelum saya mendapatkan semuanya itu, saya harus melewati ujian yang sangat-sangat berat?.
Karena seringnya saya mengalami kejadian seperti itu, akhirnya ketika saya mengalami hal yang menurut saya adalah suatu "ujian", maka saya akan berbaik sangka bahwa setelah ini PASTI ada kenikmatan yang datang kepada saya. Dan ndilalah, perkiraan tersebut tidak pernah meleset. Saya pun menikmati ritme kehidupan seperti itu, walaupun sangat melelahkan.
Jujur saja, sebenarnya saya KURANG BANYAK berdo'a kepada NYA. Tapi, kog DIA terus menerus memberi saya "hadiah" ya?. Gimana kalau saya banyakin do'a?, banyakin minta?.
Dalam hati saya juga bertanya, kenapa juga DIA ngasih "hadiah" setelah saya mendapatkan "ujian?". Apakah saya sudah pantas untuk mendapat nominasi seperti itu?. Saya masih banyak mengeluh, masih kurang bisa sabar dan masih terlalu lemah untuk menghadapi "ujian" hidup. Dan saya akan mudah sombong, berbangga diri dan angkuh ketika saya menerima "hadiah".
Inna ma'al 'usri yusro...

16 Juni 2008

Yang muda, yang bergaya

Secara sering nonton tivi, akhirnya saya sering mengamati berbagai acara di tivi. Bukan hanya acaranya saja yang saya amati, tapi berbagai macam perkembangan informasi, tingkah laku, mode, gaya rambut, gaya bicara para artis muda yang tampangnya sering bermunculan di layar kaca. Saya lagi seneng merhatiin tingkah mereka yang dengan gaya dan ciri khas tertentu, mendominasi layar kaca.
"Mana becek, ngga ada ojek", begitulah gaya bicara hot artis muda Cinta Laura. Dengan logat 'ke bule-bule an' (dan she's really bule). Entah karena memang gaya bicara dia modelnya begitu atau dibuat-buat secara dia artis, tapi saya seneng dengernya.
Ada Giring Nidji, dengan gaya nyanyi nya yang loncat sana loncat sini, tapi saya suka. Memang, ngliat dia kayaknya bikin capek dan saya juga mikir sekaligus kasian, mau dapet duit aja kok pake loncat-loncatan gitu. Tapi itu memang gaya dia, fresh dan bisa bikin semangat. Saya suka. Ada juga gaya Ruben Onsu yang ceplas ceplos, walau cenderung kasar. Tapi dia bisa membuat segar suasana. Dan yang unik, gaya ala The Changcuters, gila abiiis. Tampangnya yang blo'on, bisa bikin orang menyangka bahwa mereka blo'on beneran...
Sepertinya mereka punya tingkat ke-pede-an yang sangat tinggi. Nggak papa, bagus. Mereka bisa mengekspresikan apa yang mereka punya. Dan ndilalah, mereka bisa mendapat tempat di hati orang banyak. Sangat sulit untuk dapat ber-ekspresi, belum lagi demam panggung, nervous... wah, itu kendala utama agar bisa tampil di depan khalayak.
Dari perspektif komunikasi, sebagai penyampai pesan, para artis dan aktor harus mempunyai kemampuan khusus agar pesan yang disampaikan bisa sampai dan diterima oleh khalayak. Bakat hanya sepersekian persen saja, karena kalaupun ada bakat tapi nggak pernah diasah, sama saja seperti pisau, akan jadi kethul.
Saya tidak pandai dalam menilai orang, saya hanya bisanya komentar saja. Padahal, paling sebel kalo dikomentari apalagi kalau menyangkut hal yang negatif.
Pada dasarnya setiap manusia diciptakan berdasarkan kodratnya.....

15 Juni 2008

Apa yang saya cari?

Seminggu yang lalu, saya melakukan General Check Up, secara memang sudah lama saya nggak check up. Jum'at kemarin hasil nya sudah siap dan saya konsultasikan ke dokter. Alhamdulillah nggak ada yang serius pada hasil lab tersebut, hanya saja dokter memberi kesimpulan bahwa 'hati saya terlalu capek', eh?... So funny...
"Hati anda terlalu capek, sebaiknya anda melakukan istirahat yang cukup. Istirahat disini bukan hanya dalam artian fisik, tapi cobalah anda mengistirahatkan pikiran anda, rileks, jangan ada sesuatu yang dijadikan beban", begitulah kata dokter. "Metabolisme tubuh anda tidak bagus karena sepertinya anda terlalu lelah", begitu lanjut dokter. Saya pun bengong, nggak nyangka akan mendapatkan penjelasan seperti itu. Hebat, bahwa 'hati yang capek', bisa terdeteksi sedemikian rupa.
Saya menyadari itu, menyadari bahwa ada yang lelah pada diri saya yang tidak pernah saya rasakan. Selama ini, saya selalu mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawab dan pekerjaan saya, dan saya merasa enjoy, asyik, dan sangat nikmat apabila suatu pekerjaan itu berhasi dan sesuai target. Saya juga tidak pernah itungan, berapa rupiah yang akan saya dapatkan jika saya sedang mengerjakan sesuatu. Kalau mengasyikkan buat saya, akan saya lanjutkan, nggak ada pikiran macam-macam.
Lalu, sebenarnya apa yang saya cari?.
Sampai detik ini, tidak pernah saya dapatkan jawabannya, jawaban yang sesungguhnya. Saya hanya seseorang yang sangat biasa, yang tidak mau terlalu bermimpi untuk mengharapkan sesuatu yang muluk-muluk. Biarlah hidup saya ini mengalir seperti air dan udara, bermanfaat untuk semua orang. Alhamdulillah, sekarang saya sedang mendapatkan 'posisi nyaman' dalam siklus kehidupan. Jadi, biar saja 'kenyamanan' ini agar bisa dirasakan oleh orang-orang yang menyayangi saya.
Sampai kapan?
Nggak tau... Saya hanya ingin bermanfaat untuk ummat, sesuai do'a orang tua saya, yang selalu bilang dalam do'a nya "semoga anak saya bisa bermanfaat untuk semua orang".
Apakah yang saya lakukan selama ini adalah salah?.
Setiap orang pasti punya rasa tidak puas dan selalu ingin sempurna. Padahal, kesempurnaan hanyalah milik Allah. Kadangkala, ketika saya disalahkan orang, saya sedih. Itu manusiawi. Karena saya merasa melakukan semuanya, nggak itungan. Jadi kalo ada orang nggak menghargai apa yang telah saya kerjakan, pasti sedih.
Terus, apakah saya merasa sudah melakukan semuanya dengan baik?
Nggak juga, kalo saya sudah merasa baik, berarti nggak ada keinginan saya untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas diri saya untuk menjadi lebih baik.
Jadi, apa sesungguhnya yang saya cari?
Wa maa tasyaauuna illaa an yasyaa'allahu robbul 'aalamiin. "Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam". (At Takwiir 29)

09 Juni 2008

Adilkah ini cinta ?

Saya sedang senewen, mendapat kabar dari sekolah anak saya yang 'nun jauh disana', bahwa nilai rata-ratanya turun. Dan saya juga sedih ketika mendengar bahwa sakit yang diderita anak saya tak kunjung sembuh.
Sebagai seorang ibu, naluri saya langsung bereaksi, walaupun sedikit banyak diwarnai oleh emosi. Saya langsung protes kepada suami, agar anak kami untuk sementara dipulangkan saja dan jangan dipaksa meneruskan sekolahnya yang 'nun jauh disana', sampai dia benar-benar siap. Saya pun menghubungi anak saya, dengan nada kecewa, saya menyampaikan bahwa kalau tidak ada kemajuan dalam 3 bulan kedepan, lebih baik pulang saja. Jangan dipaksakan, toh menuntut ilmu bisa dimana saja dan kapan saja, "utlubil 'ilma minal mahdi ilallahdi".
Ternyata, baik suami maupun anak saya bereaksi negatif terhadap pernyataan saya tadi. Anak saya bilang ke papanya : "mama kok gitu sih, nggak mendukung mas, padahal mas kan pengen kayak papa dan ada temen mas yang lebih parah tapi mamanya nggak nyuruh pulang". Suami saya pun tak kalah keras, dia malah menuduh bahwa saya "menggembosi" dan bukannya malah mendukung. Astaghfirullah...
Saya langsung protes atas tuduhan-tuduhan itu. Demi Allah, tidak ada sedikitpun maksud saya untuk melakukan aksi "boikot" atas pilihan anak saya untuk studi. Bagaimanapun, yang namanya orang tua, ingin agar anak-anaknya menjadi lebih baik dari orang tuanya.
Sebagai seorang ibu, dimanapun berada, pasti mempunyai perasaan yang sangat peka terhadap kejadian apapun yang menimpa anak-anak. Begitupun saya, ketika mendapat laporan yang kurang baik tentang anak-anak, naluri keibuan akan secara refleks tersirat dalam benak pikiran. Saya pikir, sangat wajar apabila saya sampai mengungkapkan protes tentang ketidaknyamanan anak saya tersebut. Ini dilakukan karena saya sayang dan cinta sama anak saya. Tapi, kenapa mereka (anak saya dan papanya) tidak memahami rasa cinta yang saya miliki?. Haruskah mereka memaksakan bahwa hanya cinta mereka saja yang bisa dirasakan?.
Adilkah ini cinta?.....
Harusnya mereka bisa memahami perasaan saya sebagai seorang ibu. Karena hanya CINTA dan DO'A yang saya punya untuk kebaikan semua orang yang saya cintai dan sayangi. Tapi, apakah mereka (orang-orang yang saya cintai dan sayangi) merasakan akan hadirnya cinta tersebut?.
Adilkah ini cinta?.....

07 Juni 2008

Masih ada orang baik (lagi...)

Setelah kejadian "kesenggol maut" seminggu yang lalu, saya terus menerus istighfar. Kejadian tersebut membukakan mata saya, bahwa ternyata masih ada orang baik di dunia ini, khususnya di Ibukota Jakarta. Saya nggak nyangka... Entah karena saya nya yang selalu su'udzon atau aware, sehingga saya sering nggak percaya sama orang.
Sampai detik ini (dan sampai kapan?), saya nggak tau dan nggak kenal siapa orang baik, yang ngeboncengin saya pakai motor, menghalau kemacetan Jakarta menuju RS Medistra dan menjadikan saya (Alhamdulillah) masih bisa bernafas sampai saat ini. Disamping rencana dan takdir Allah, kalau nggak ada 'orang yang baik hatinya itu', nyawa saya pasti sudah melayang.
Kenapa saya langsung menilai bahwa orang itu adalah orang baik?. Bayangkan saja, dalam kondisi macet, saya yang bermobil, tiba-tiba membuka kaca dan tanpa basa-basi meminta tolong kepada pengendara motor yang ternyata 'orang yang baik hatinya itu', "pak... tolong... saya sesak nafas". Orang itu, dengan menggunakan helm tertutup dan penutup hidung, langsung saja mengiyakan.
Kenapa ya?, siapa dia?.........
Padahal, pada masa sekarang ini, banyak cara yang dilakukan orang jahat untuk mencelakai korbannya. Tapi, 'orang yang baik hatinya itu' secara spontan langsung mengiyakan permintaan saya... Subhanallah wa Alhamdulillah... dan terimakasih bahwa dia juga telah menganggap saya sebagai orang baik sehingga dia mau menolong saya. Seandainya saja dia menyangka bahwa saya orang jahat, pasti dia akan menolak menolong saya.
Siapapun dia, saya hanya bisa mendo'akan setiap saat. Dan saya pun berani menjamin bahwa dia akan mendapatkan sorga, karena dia telah membuktikan kepada saya bahwa masih ada orang baik......

05 Juni 2008

Timeless

Saya sedang menikmati sore, di sebuah perumahan kampung, dipinggir sawah di suatu daerah di pinggiran kota berjarak sekitar 150km dari Jakarta. Angin sepoi-sepoi membelai dari dua pohon mangga yang berdiri kokoh di di hadapan saya. Nikmat, sungguh nikmat. Sementara bocah-bocah berlarian di lapangan rumput yang terhampar, dedaunan beterbangan mewarnai kegembiraan para bocah. Penjual bakso, somay, mie ayam, es tungtung, gethuk lindri, juga ikut meramaikan suasana…

Secangkir teh cap Tjatoet manis hangat dan singkong rebus gula jawa, menemani saya saat ini. Udara terasa segar, walaupun sedikit banyak debu beterbangan, mampir di kening saya. Para tetangga melakukan aktivitas rutin, menyiram tanaman, menyuapi bayi, memberi makan ayam… Sungguh alami…

Saya pun terbuai, terlena dalam alunan suasana… Walaupun rumah saya di Jakarta berhalaman rumput sangat luas dan pepohonan besar nan rindang menghiasi, tapi saya tidak pernah merasakan sedamai seperti saat ini. Suasana metropolitan telah mendominasi lingkungan kehidupan saya.

Di hadapan saya, beberapa saudara sedang asyik bercerita tentang aktifitas sehari-hari mereka. Saling berbantah, bercanda, mengolok, mengejek. Berbeda sekali dengan rutinitas saya sehari-hari. Sepulang kantor, saat hendak bersantai, alarm berdering, mengingatkan saya akan berbagai hal yang akan dikerjakan dan harus diselesaikan. Belum lagi telepon dari rekan dan kerabat yang hanya just to say hello atau teman yang menyiarkan hot gossip…

Aaah… kapan?, kapan saya akan mengalami waktu seperti saat ini ketika nanti saya kembali ke Jakarta?.

Berusaha menikmati apa yang sudah digariskan Allah, adalah bentuk mensyukuri nikmat. Ketika seseorang tidak mampu bersyukur, berarti nikmat sudah dicabut dari dalam dirinya…

04 Juni 2008

Kesenggol maut

Saya baru saja mengalami kejadian yang sangat mengerikan.............
Hari Kamis kemarin, ketika saya mengantar suami ke dokter gigi di daerah Pluit, tiba-tiba di tengah-tengah jalan tol daerah Tebet, saya terserang sesak nafas hebat. Leher saya seperti tercekik, seperti ada yang mengalungkan rantai yang sangat besaaar... Sumpah, saya sesak nafas. Belum pernah saya mengalami kejadian seperti ini sebelumnya. Dan, saya tidak punya riwayat penyakit asma, jantung, paru-paru dan sejenisnya.
Astaghfirullah. Subhanallah. Saat itu, saya rasanya mau mati. Demi Allah. Alhamdulillah, rupanya Allah masih mengizinkan saya untuk hidup, untuk bernafas.
Ketika mengalami sesak nafas, berjuta bayangan menari-nari di benak saya. Ada yang berkelebat menunjukkan dosa-dosa saya, dan ada juga sekelumit yang memperlihatkan kebaikan-kebaikan saya. Dan saya sadar, benar-benar sadar, sangat dekat dengan maut.
Ketika perlahan nafas melambat, berjuta tanya dalam benak saya : "inikah saatnya?", "oh, rasanya begini?", "wah, lha mbok jangan sekarang", "aduh sakiiit", "saya belum siap"... Lalu kemudian gelap.
Kepanikan melanda saya dan suami pada waktu itu. Apalagi kejadian tersebut di dalam mobil yang sedang melaju kencang di tengah jalan tol pada waktu sore hari yang tentu saja dalam keadaan macet. Tengok kanan kiri, tidak ada yang bisa membantu. Kami pun minggir di tepi jalan tol. Pak polisi dan petugas patroli pun tidak banyak membantu. Mereka pasti juga bingung apalagi melihat saya klojotan sambil memegangi leher.
Walhasil, atas bantuan pak polisi, mobil kami berhasil keluar dari jalan tol. Keadaan masih sangat panik dan mencekam. Jalanan pun macet sangat total, tidak bergerak. Begitupun motor. Tiba-tiba, karena saking paniknya, saya mencegat seseorang pengendara motor yang tidak saya kenal. Saya langsung membonceng dan mengatakan bahwa saya dalam keadaan sesak nafas, tolong antar saya ke RS terdekat.
Untuk kesekian kalinya saya kesenggol maut. Bayangkan saja, dalam keadaan sesak nafas akut, rawan bagi saya untuk pingsan, dan memang saya sangat menahan keadaan itu. Karena saya sadar, kalau terjadi, saya pasti akan terjatuh dari motor. Kemudian, kalau saya terjatuh, badan saya pasti akan tertabrak dan terlindas kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang di jalanan, dan akhirnya saya akan menjadi "mayat tak dikenal" karena saya tidak membawa identitas apapun. Astaghfirullah... dan kemudian saya pingsan beneran setelah sampai di UGD Medistra...
Kisah diatas betul-betul saya alami dan sampai menimbulkan trauma yang sangat besar. Hingga saat ini, saya trauma naik mobil di jalan tol dan saya sangat ketakutan melihat kemacetan.
Kalau seandainya Allah benar-benar mencabut nyawa saya pada saat itu...
Alhamdulillah, saya masih diberi kesempatan untuk lebih mengingatNYA, untuk lebih banyak berbuat baik, menjaga sholat, berbuat amal kebajikan, selalu berdzikir, mengurangi maksiat dan sebagainya.......

02 Juni 2008

Mencari Ikhlas (sebuah refleksi dari perjalanan umroh...)

Dear All...
Alhamdulillah bisa posting lagi secara beberapa waktu bealakangan ini, saya sangat (sok) sibuk. Dan mohon ma'af kalo saya baru sempat share oleh-oleh umroh sekarang.
Alhamdulillah, perjalanan umroh saya kemaren, lancar dan penuh berkah, berkat do'a semuanya. Saya menemani ibu dan kakak, dan kebetulan juga (Alhamdulillah) jama'ah berjumlah lumayan banyak (47orang). Status saya sih sebenernya hanya sebagai penggembira saja untuk para jama'ah. Kan 'Sampoerna Hijau, Nggak Ada Loe Nggak Rame'....
Sebenarnya ada sesuatu yang masih mengganjal pada diri saya, soalnya kenapa saya tiba-tiba umroh. Rencana tersebut pada awalnya, niatnya nemenin para ustadz syuyukh yang akan dauroh di Mesir. Tapi berhubung terganjal urusan visa dan financial, saya batalkan mendampingi mereka ke Mesir. Dan, seharusnya juga saya membatalkan umroh, tapi kok kenapa saya tetap berangkat umroh juga. Sure, mungkin suami saya juga bingung, kenapa kog saya tiba-tiba berangkat umroh (yang harusnya tidak jadi karena para ustadz juga tidak jadi umroh)...
Just to let u know, bahwa setiap umroh, saya selalu mempunyai TEMA dan TARGET apa yang akan saya capai setelahnya. Untuk umroh kali ini SAYA MENCARI IKHLAS... Kebetulan ibu saya bersedia untuk ikut dalam umroh kali ini. That's it, ini merupakan jalan saya/media saya agar saya bisa MENEMUKAN IKHLAS yang selama ini saya cari-cari.
Ikhlas dalam hal ini, saya tujukan bukan dalam artian materi. Bukan... Alhamdulillah, selama masih diberi rezeki oleh Allah, saya tidak itungan untuk memberi (dalam bentuk materi) dalam bentuk zakat, infaq, sodaqoh. Saya ikhlas untuk masalah yang begituan.
Ikhlas yang ingin saya temukan adalah IKHLAS DALAM PERBUATAN. Sampai saat sebelum saya umroh, saya masih belum ikhlas kalau ada yang menyakiti saya, berbuat yang tidak baik terhadap pondok (secara hati saya udah nyangkut sama pondok ini), orang-orang yang tidak mendukung pondok, mbalelo, angel dikandani dll... Pasti, pasti saya akan NGAMUK bagaimanapun caranya bila menjumpai hal itu. Beda banget sama suami saya yang sangat tenang dalam menjumpai dan menghadapi permasalahan yang ada.
Dan, saya uji keikhlasan -dalam perbuatan- dengan mendampingi ibu saya kemaren pada waktu umroh. Saya terkenal tidak telaten untuk mengurus hal-hal ribet yang menyangkut ibu saya (mendorong kursi roda, mengganti perban lukanya, memakaikan kaos kaki dll), mengingat saya sudah 'terpisah' dari beliau sejak lulus SMP. Kakak dan adik-adik saya yang setiap hari mendampingi ibu, juga langsung memvonis bahwa saya tidak akan telaten ngurusi ibu.
Tetapi, apa yang terjadi...
Pada hari Jumat pertama di Madinah, saat itu ibu saya sangat ingin untuk sholat Jum'at di Masjid Nabawi. Padahal keadaan sangat panas dan waktu kurang dari 1 jam menjelang Jum'atan. Saya sudah sangat pesimis untuk mendapatkan tempat di dalam masjid (mengingat ibu saya menggunakan kursi roda dan perlu pintu khusus). Ternyata benar... kami tidak bisa masuk dan terhenti di pintu masuk. Saya sedikit agak gusar, bagaimana ini, ibu enak bisa duduk di kursi roda, lha saya? ngalamat harus berdiri...
TIBA-TIBA, seorang perempuan Maroko yang duduk di depan saya, mengambil sajadah saya dan menggelarnya disamping kursi roda ibu, dan orang Maroko tersebut lebih memilih berdiri. Dengan menggunakan bahasa inggris patah-patah, dia menyatakan bahwa 'you are able to seat beside yor mom and i will stand up to hear the khatib'. SAYA MENANGIS.............
Dan ketika hendak keluar selesai sholat Jum'at, orang berdesak-desakan karena pintu masuk khusus untuk wheelchair. Kaki saya udah kesenggol kursi roda yang lain, dan badan saya terpental gak karuan menahan ibu. Kursi roda ibu saya tidak bisa maju dan mundur karena penuh sesaknya orang. Ketika saya bilang bahwa saya mau keluar, orang-orang malah pada bilang "ruh dakhiil ruh dakhiil", karena memang posisi kursi roda ibu menghadap ke pintu masuk.
Sekali lagi TIBA-TIBA, dua orang perempuan kulit hitam, menarik dan mengangkat kursi roda ibu saya sehingga menghadap ke pintu keluar dan mereka menghalau orang-orang di depan saya agar menyingkir karena kursi roda mau lewat. SEKALI LAGI SAYA MENANGIS........
Siapa mereka???, Malaikat kah???. Ibu pun memeluk saya, dan mengingatkan bahwa 'MEREKA MENGGAMBARKAN IKHLAS YANG SEDANG KAMU CARI'.... dan untuk kesekian SAYA MENANGIS...
Dalam artian begini ; siapa saya ke mereka?, teman bukan, sodara bukan, kenal aja enggak... lha kok mau-maunya memberi kemudahan kepada saya?. TERUS, SAYA KEMANA AJA???... Sementara saya hidup di lingkungan yang mengenal, menyayangi, melindungi, mengasihi saya, KOK SAYA NGGAK MAMPU BERBUAT SEPERTI ITU? KOK SAYA MASIH NGGAK BISA IKHLAS BERBUAT???, KEMANA AJA SAYA SELAMA INI???.........
Sering saya berdo'a : "allahumma habbib ilayya al iimaan wa zayyinhu fii qolbii, wa karrih ilayya al kufro wal fusuuqo wal 'ishyaan, waj'al lii minarroosyidiin..." Tapi kok 'si Rosyid' nggak nyampe-nyampe ke saya. Malah justru 'si Ishyan' yang sering berkelebat dalam hati saya, dan itu yang menyebabkan saya sering su'udzon dan akhirnya nggak ikhlas...
Well... semoga apa yang saya cari selama ini, bisa saya dapatkan dan secepatnya bisa diaplikasikan dalam kehidupan, mengingat bahwa saya selalu dikelilingi oleh berbagai masalah yang menuntut keikhlasan saya...

Tulus

Beberapa minggu yang lalu, saya menyempatkan mudik untuk menjenguk adik saya yang baru melahirkan. Berbondong-bondong sanak family, kerabat, rekan kerja, teman sejawat, teman sepermainan, tetangga, baik tua maupun muda, silih berganti untuk menjenguk new baby born.
Ada yang sekedar membawa sekantong keripik pisang, sekaleng biskuit, perlengkapan bayi, sampai sekantong detergent dan pewangi baju bayi. Wajah para penjenguk pun menyiratkan kegembiraan dan bergantian mengucapkan selamat ke orang tua si bayi.
Ada yang menarik buat saya, untuk apa mereka datang silih berganti, padahal ada yang hanya bersatus teman&tetangga, tidak ada hubungan darah maupun ikatan keluarga. Ya, walaupun tidak ada ikatan apa-apa, tapi mereka datang secara TULUS. Saya yakin, tidak ada maksud tertentu atas kedatangan mereka, hanya karena merasa kenal dan juga ikut merasakan suka cita atas kehadiran anggota baru.
TULUS... itu yang TIDAK PERNAH saya jumpai lagi sejak saya meninggalkan kampung halaman, semenjak saya jadi istri 'seseorang', dan semenjak saya hidup di kota metropolitan. Arti kata TULUS yang sebenarnya, sudah hilang dari kehidupan saya. Dan saya sangat sadari itu.
Sering orang bilang : "TULUS IKHLAS". Bagi saya, dua kata tersebut sangat berbeda maknanya walaupun seringkali diucapkan secara bergandengan. TULUS adalah, memberi atau menerima sesuatu TANPA PAMRIH, TANPA MENGHARAPKAN balasan. Dan tulus tercipta dari IKHLAS. Sedangkan IKHLAS adalah, memberi atau menerima sesuatu secara sadar yang timbul dari dalam hati.
SO?...
Sudah jarang sekali saya menjumpai orang-orang yang tulus itu. Mereka ikhlas, tapi belum tentu tulus. Banyak sekali pemberian-pemberian yang selama ini saya terima. Alhamdulillah semua itu rezeki saya. Tapi, saya juga bingung ketika 'si A' memberikan sesuatu kepada saya (barang atau jasa), pasti dibelakangnya ada maksud tertentu yang ditujukan untuk saya maupun suami. "Titip anak saya ya Bu, Pak". Itu kata-kata yang sering saya dengar. Apalagi, status dan posisi saya sangat mendukung untuk dibegitukan.
Kadang saya kangen untuk 'tidak menjadi siapa-siapa'. Karena terus terang, menerima sesuatu tanpa ketulusan dari si pemberi, sangat membebani.
Nikmat sekali hidup ini apabila setiap orang dapat memahami dan mengerti arti kata TULUS yang sesungguhnya.....

Sikap tidak pernah puas

Pada awalnya hati manusia memang susah untuk merasa puas. Walaupun sudah memiliki sepuluh peti emas, seseorang itu masih mau lagi yang kesebelas. Apabila dia sudah mempunyai sebelas peti emas dia mau lagi yang keduabelas dan begitulah seterusnya.
Baikkah sikap seperti ini?. Dari aspek motivasi, tidak ada salahnya. Sebab bersikap maju merupakan sikap yang diperlukan untuk menjadi kaya dan karena Islam tidak pernah menghalangi umatnya menjadi kaya. Dengan alasan dengan adanya harta yang banyak memudahkan seseorang itu menyalurkan sebagian daripadanya ke jalan-jalan kebaikan.
Jadi, dalam mengarungi kehidupan, tidak salah seseorang itu bermewah-mewah asalkan kemewahan tidak menjadikan seseorang lupa untuk tujuanagama. Meskipun sederhana itu lebih dituntut, namun bermewah-mewah dalam ruang lingkup yang dibenarkan, berusaha sesuai dengan kehidupan sekarang.
Memang, kadang-kadang penilaian dan penghormatan manusia terhadap kita bergantung kepada apa yang kita punya, pangkat yang kita sandang, mobil apa yang kita miliki, seberapa besar rumah yang kita tempati, kawasan mana kita tinggal, keahlian apa yang kita punya dan sebagainya.. .
Kehidupan kapitalisme dan materalisme sekarang telah meletakkan apa yang kita miliki sebagai asas penghormatan manusia terhadap kita. Maka tidak salah kalau kita memiliki segala-galanya asalkan kita tidak lupa diri, tidak berubah dan masih meletakkan TUHAN sebagai Pemilik kehidupan.
Ujian paling berat bagi seorang yang kaya ialah ; jatuh miskin atau kehilangan hartanya yang paling disayangi. Ketika inilah kesabaran akan diuji. Kalau tadi Islam membenarkan sikap tidak puas sebagai pendorong untuk manusia terus berusaha, sekarang Islam melarang sikap tidak puas hati karena ditimpa ujian. Sikap yang patut ditunjukkan ialah bersyukur kepada ALLAH karena memberi peluang untuk memperbaiki diri. Setiap ujian tentunya beralasan.
Dalam menjalani ujian dengan baik, kekurangan harta maupun yang melibatkan kehidupan, tidak ada perkataan lain yang boleh diucapkan melainkan 'Sabar' dan 'Ridha'. Hanya dua perkataan inilah yang bisa menyelamatkan seseorang dari murkai ALLAH. Dimurkai berarti berdosa, dan dosa kalau tidak dibasuh dengan taubat, jawabannya Neraka. Di antara tanda bersyukur ialah sentiasa sabar dan teguh iman menerima ujian ALLAH.
Sikap yang berlawanan dengan ini ialah sifat tamak untuk memiliki semuanya sampai mengambil hak orang lain. Orang begini akan semakin kufur apabila diberi nikmat, apalagi tatkala ditimpa musibah. Dia akan mudah menyalahkan takdir dan menyalahkan TUHAN. Ingat janji ALLAH, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti KAMI akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Ibrahim, 7).
Bandingkan dengan kita, baru memiliki harta sedikit saja sudah merasakan tidak berpijak di bumi ALLAH. Kadang-kadang hanya karena sebuah mobil yang belum bisa dikatakan 'mewah', kita sudah sombong. Ingatlah kekayaan ALLAH menyangkut apa yang ada di bumi dan di langit.
Jadi, marilah kita pandai-pandai mensyukuri nikmat yang telah diberikan ALLAH kepada kita.

23 Mei 2008

Dare

Tanpa bermaksud meniru kata-kata dari seorang ketum parpol, "hidup adalah perbuatan"... Bagi saya, itu benar dan akan lebih benar apabila "hidup adalah sebuah tantangan".
Can you take a dare?...
Siapa saja yang menjalani hidup, pastilah harus berani berkata bahwa hidup adalah sebuah perbuatan yang penuh dengan tantangan.
Setiap perbuatan, harus disertai dengan tanggungjawab. Dan setiap tantangan, harus dihadapi dengan berani. Berani Hidup, Tak Takut Mati. Takut Hidup, Mati Saja.


22 April 2008

Pantang menyerah

Pribadi pantang menyerah (tangguh) adalah tidak lain sebutan bagi pribadi yang tidak merasa lemah terhadap sesuatu yang terjadi dan menimpanya. Pribadinya menganggap sesuatu yang terjadi dari segi positif. Tidak berhasil menyelesaikan suatu permasalahan, tidak membuat seseorang dikatakan gagal, karena orang yang tidak berhasil untuk pertama kali bisa mencoba lagi untuk kedua kalinya, dan orang yang gagal kedua kali bisa mencoba lagi untuk ketiga kali, sampai ia berhasil. Tetapi patah semangat yang muncul karena tidak berhasil menyelesaikan suatu permasalahan bisa membuat seseorang gagal.
Menjaga konsistensi kegigihan dan pantang menyerah sama artinya seperti kita pergi mencari rahasia sukses dari orang-orang tersukses yang kita kagumi. Hidup ini mengajarkan kepada kita semua untuk selalu melintasi semua medan perjalanan tanpa pernah mengeluh apa lagi putus asa terhadap situasi dan kondisi yang kita temukan di medan perjalanan tersebut. Konsistensi semangat juang harus selalu terpelihara dalam situasi dan kondisi apa pun, sebab hanya itu yang bisa membangkitkan kita dari setiap keterpurukan yang kita alami selama perjalanan hidup kita dalam mengejar mimpi, cita - cita, dan harapan.
Sifat gigih dan pantang menyerah adalah sebuah wujud kepribadian seseorang yang tanpa rasa bosan bangkit dari satu kegagalan ke kegagalan lain dan akhirnya mencapai sukses dan keberhasilan. Rajin dan Pantang Menyerah adalah sepasang sifat dasar yang harus dimiliki seseorang untuk sukses dan berhasil mencapai apa yang dicita-citakan serta mencapai sesuatu yang diperjuangkan. Seseorang yang gigih, rajin dan pantang menyerah adalah seseorang yang memiliki daya imajinasi dan kreatifitas yang tinggi karena dengan kedua daya itu, dia senantiasa berusaha memberi berbagai jawaban atas keragaman tantangan yang dihadapinya.
Dalam setiap usaha mengejar mimpi dan harapan, ada-ada saja cobaan yang akan kita alami, semua itu untuk menguji keteguhan hati serta kesiapan kita untuk naik ketingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, kita tidak boleh terlalu bernafsu, terlalu ambisius, terlalu terburu-buru, ataupun selalu tak sabar. Kalau kita terlalu berambisi dan bergerak maju secara membabi buta tanpa perduli kepada pengendalian resiko, kita akan selalu buta untuk melihat apa yang diberikan Tuhan sepanjang perjalanan hidup kita dalam upaya menemukan mimpi dan harapan. Hak kita untuk mempercayainya, tapi saya sendiri sangat yakin bahwa Tuhanlah yang telah menciptakan semua naskah cerita untuk kita lakoni secara sempurna dan untuk itu kita harus melatih diri melalui segala kebaikan, agar mampu memahami semua isyarat-isyarat dari Sang Pencipta secara optimal.
Beberapa tips yang menurut saya dapat membuat/mempertahankan semangat juang :
  1. Kalau kita mempunyai kecenderungan mudah menyerah, maka langkah pertama yg paling penting adalah mengakui kelemahannya itu. Dengan menyadarinya, kita akan lebih siap untuk memperbaikinya.
  2. Motivasikanlah diri kita untuk mengembangkan sikap pantang menyerah. Sikap ini diperlukan untuk meraih keberhasilan dalam hidup. Orang yg mudah menyerah, frustasi dan mudah putus asa adalah orang yg gagal.
  3. Arahkan mata kita pada tujuan, bukan pada hambatan. Bila kita memandang pada tujuan, maka hambatan tidak akan menakutkan. Tapi sebaliknya, bila kita terfokus pada hambatan, kita akan mudah kehabisan daya juang.
  4. Beranilah mengambil resiko namun dengan perhitungan yg mantap, hadapi dan alamilah pengalaman dan petualangan baru. Keberanian yg benar bukan berarti seperti orang yg terjun bebas ke jurang, tapi seperti orang yg menuruninya setahap demi setahap dengan persiapan yg matang. Kalau kita tidak berani mengambil resiko, tentu saja Anda berada pada tempat yg aman, namun kita tidak akan berkembang.
  5. Hadapilah semua tantangan dengan penuh keberanian. Anggaplah tantangan sebagai "Sparing Partner" yg akan membuat kita semakin kuat, bukan sebagai raksasa yg menelan kita. Semakin banyak tantangan, semakin berani menghadapinya, maka semakin terbentuk karakter yg kuat.
  6. Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa kita tidak akan berhasil bila pada usaha kita mengalami kegagalan. Belajarlah dari kegagalan itu agar didapat gambaran yg lebih baik lagi.
  7. Teruslah berusaha, ambillah segala kesempatan yg ada, karena kesempatan itu tak datang untuk kedua kalinya, tidak ada pendobrak kegagalan yg sekuat nilai "kegigihan dan pantang menyerah". Ingatlah filsofi air yg bisa melubangi batu dengan tetesan yg terus-menerus.
  8. Imbangi kegigihan kita dengan pemikiran yg kreatif. Bila perjalanan kita terhalang oleh batu cadas, kita tidak perlu membenturkan kepala untuk membuktikan bahwa kita pantang menyerah. Berhentilah sejenak dan pikirkanlah bagaimana cara mengatasinya. Carilah jalur alternatif!.
  9. Jangan terpengaruh oleh kegagalan orang lain, tapi biarlah keberhasilan orang lain memotivasi kita. Belajarlah dari kegagalan dan kesalahan orang lain tanpa harus mengalaminya sendiri. Dengan cara itu kita menghemat banyak sekali waktu dan energi yg sangat berharga.
Kita seharusnya tidak menjadi pesimis dan berserah diri. Kita harus optimis dan selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik dalam hidup ini. Sehingga untuk menjadikan pribadi pantang menyerah dan tangguh, 90% orang yang merasa gagal sebetulnya belum tentu gagal, hanya saja mereka cepat menyerah.
Semangat adalah makhluk yang tidak konsisten, dan dia bisa membuat kita terlalu berlebihan dalam bersikap atas sebuah peristiwa yang menguntungkan, atau pun atas sebuah peristiwa yang merugikan. Dia pun bisa menghanyutkan kita bersama emosi negatif, atau membangkitkan kita bersama emosi positif. Namun pada akhirnya semangat tergantung kepada sikap kita, meski semangat sangat berfluktuasi, dia akan mengikuti kemauan kita, bila kita mampu memahami pola fluktuasinya yang konsisten.
Jadi, jangan pernah menyerah jika menghadapi tantangan dalam menggapai mimpi. Asah diri dan mental kita, karena yakin kita mampu. Abaikan setiap kesulitan dan hambatan. Maju terus demi meraih cita-cita. Ketika kita bisa mengalahkan rasa ingin menyerah atau putus asa, pasti kita telah membuka satu kemungkinan untuk bisa menggapai mimpi/sukses kita. Jadi pelihara dan teruskan semangat pantang menyerah, karena semangat pantang menyerah adalah langkah awal kita untuk menggapai mimpi atau sukses.
"Kegagalan adalah guru kita, bukan penghambat kita, kegagalan hanyalah keberhasilan yang tertunda, bukan kekalahan. Dan obat dari kegagalan adalah gigih dan pantang menyerah".

11 April 2008

Mimpi

Hidup ini seperti mimpi. Sepertinya baru kemaren saya di lahirkan, dan masih teringat jelas di benak saya ketika beberapa puluh tahun yang lalu, ibu saya pagi-pagi secara rutin menyiapkan seragam merah putih, menggoreng nasi dan menghidangkannya untuk sarapan pagi saya beserta adik-adik. Dan, kemudian mengantarkan kami sampai pintu depan rumah untuk selanjutnya kami di antar abang tukang becak menuju sekolah.
Rutinitas seperti itu sekarang terjadi kepada saya. Setiap pagi, "seharusnya" saya melakukan ritual tersebut. Saya sadar, saya belum melakukan se sempurna yang ibu saya lakukan. Sepertinya saya masih bermimpi bahwa hidup ini berlangsung begitu cepat.
Beberapa hari lalu, saya menjenguk adik saya yang baru melahirkan. Bayi mungil itu, memang di ciptakan oleh Tuhan untuk hidup di dunia sekarang ini, tidak kemaren, tidak tahun lalu. Bahwa kehidupan yang akan datang, sudah direncanakan oleh NYA. Apapun dan bagaimanapun keadaannya, Tuhan sudah mendesign. Akan beratkah?, rumitkah?. Dan, sepertinya bayi yang baru dilahirkan sekarang ini, akan mempunyai mental yang lebih kuat. Tidak seperti saya, yang sepertinya rapuh, mudah mengeluh dan kentara sekali tidak siap menghadapi hidup karena saya merasa seperti masih mimpi.
Apabila saya tidak dikelilingi oleh orang-orang yang mencintai dan men support saya, mungkin saya sudah hanyut kemana tau, ke arah yang tidak jelas. Apapun yang saya jalani, sepertinya kok salah, tidak pernah beres. Karena saya masih bermimpi...
Dan sepertinya hidup saya di dominasi oleh keasyikan saya menikmati mimpi. Apalagi, mimpi-mimpi yang datang ke saya, sangat variatif bentuknya ; baik, buruk, menyenangkan, menyedihkan... yang kesemuanya itu sangat-sangat saya nikmati.
Teman saya menganggap, hidup saya sudah terlalu enak. Itu karena saya sedang diliputi mimpi baik. Ada juga yang bilang, hidup saya sangat menyedihkan, itu karena ketika saya sedang diliputi mimpi buruk.
Merealisasikan mimpi, tidak semudah yang dibayangkan. Bahwa untuk mencapai mimpi, harus selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik. Setiap kali ada sandungan yang membuat diri jatuh, jangan terus dipelihara. Sebaiknya, berusaha untuk selalu menjadi baik dengan menciptakan perubahan. Dan perubahan itu tidak menjamin tercapainya perbaikan, tetapi tidak ada perbaikan yang bisa dicapai tanpa perubahan......

06 April 2008

Get married

Beberapa kawan sedang rajin konsultasi ke saya tentang pernikahan. Mendadak saya beralih profesi jadi konsultan pernikahan. Yang paling sering ditanya adalah, bagaimana cara pertama kali menghadapi keluarga si calon, mengingat menikah bukan hanya menyatukan dua hati, tapi juga menyatukan dua keluarga.
Cinta adalah urusan hati, manusia tidak punya kuasa terhadapnya. Hati berada di genggaman tangan Tuhan, dan akan diperlakukan sesuai kehendakNYA. Andai cinta bukan mutiara berharga, tidak akan mungkin para Nabi di utus sesuai zamannya. Rasulullah telah menegaskan kenyataan ini. Ketika api asmara mulai membara, tak ada yang bisa memadamkan kecuali dengan menikah. Beliau bersabda : "dua orang yang saling mencintai, hendaknya segera menikah".
Menikah bukanlah untuk mencari orang yang sempurna, tapi untuk sama-sama membuat diri menjadi lebih baik. Itu intinya. Hanya malaikat yang mempunyai kesempurnaan. Tapi, berusaha untuk menjadi sempurna adalah sesuatu yang baik.
Dalam Al Qur'an di sebutkan : Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (Ar-Ruum 21).
Dalil yang menta'qidkan seseorang untuk menikah, sudah sangat jelas. Tetapi kadang-kadang, orang masih saja takut untuk menikah. Alasannya banyak, diantaranya adalah karena faktor ekonomi dan kesiapan mental dalam membentuk keluarga yang sakinah untuk menghadapi masa depan. Padahal Allah telah memberi jaminan : "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN, ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui." (An Nuur 32) .
Banyak cara menuju pernikahan ; ada yang pacaran berlama-lama, tetapi pada akhirnya menikah juga. Ini menunda kenikmatan namanya... Ada juga pasangan yang sudah lama menikah tapi kemudian cerai, padahal pernikahan mereka di dahului dengan pacaran dengan jangka waktu yang lama. Ah, sedih.... Ada juga pasangan yang dijodohkan oleh orang tuanya, akhirnya hidup bahagia. Padahal sebelumnya, orang-orang yang anti perjodohan akan berfikir, gimana nantinya bisa 'klik' karena sebelumnya belum pernah saling mengenal.
Tak ada dosa bagi cinta yang dikendalikan oleh kasih sayang dan taqwa. Muara satu-satunya bagi cinta berhiaskan taqwa adalah pernikahan. Bila pernikahan masih mustahil, maka sabar atas derita menahan diri adalah satu-satunya solusi.
Ada yang harus dibedakan antara cinta sebagai tindakan dan perilaku, dan cinta sebagai perasaan. Cinta yang halal adalah cinta yang masih terbatasi pada dinding perasaan. Sedangkan bila telah melompati pagar dan memasuki wilayah tindakan, seperti ; ciuman dan pelukan, maka hukumnya menjadi haram. Dari tindakan itu akan lahir banyak sisi negatif, sebab sangat sulit bagi pengagung cinta untuk mengendalikannya. Hanya taqwa dan tulus kasih sayang yang bisa mengekangnya.
Tetapi, bagaimanakah sebenarnya cinta yang kita kehendaki?. Kita menginginkan cinta yang mampu mereformasi hati dan jiwa. Kita mendambakan cinta yang memotivasi pelakunya untuk menorehkan catatan sejarah dengan tinta emas sebagai kisan dan kenangan terindah...
Jodoh, mati, rezeki semua ada di tangan Tuhan. Tinggal diri kitanya masing-masing yang harus pintar menjaganya.

03 April 2008

Nyuci kereta

Sejak dua hari lalu, saya berada di kota Medan, mendampingi suami yang sedang ada tugas beberapa hari ke depan. Sebenarnya, Medan bukanlah kota yang asing buat saya, banyak teman-teman dan berbagai urusan yang bersangkutan dengan kota tersebut. Hanya saja, saya jarang sekali nyambangi kota Medan ini, seingat saya baru 2 kali dan itupun dalam interval waktu yang sangat lama.
Tidak banyak yang berubah, hanya saja sudah banyak mall-mall besar di sekeliling kota. Becaknya juga masih Betor, alias Becak Motor. Oleh-oleh khas nya pun masih sama, yaitu teri Medan yang terkenal itu.
Saya termasuk orang yang hobby travelling. Secara kebetulan, pekerjaan saya berhubungan dengan tour&travel. Sangat mengasyikkan, bisa jalan-jalan gratis, dapat duit pula.
Saya sangat menikmati dan mengagumi berbagai ragam kebudayaan yang ada di Indonesia. Kalo sedang mengunjungi suatu daerah di Nusantara ini, pasti yang saya cari adalah sesuatu yang khas yang belum pernah saya jumpai, misalnya makanan, pakaian, kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat dan juga bahasa daerah setempat.
Diantara perbedaan-perbedaan yang ada, yang paling unik buat saya adalah Bahasa. Setiap daerah, pasti mempunyai bahasa yang berbeda dan makna yang berbeda, yang kadang-kadang maknanya bisa menimbulkan persepsi berbeda terhadap orang yang tidak mengerti tentang bahasa daerah tersebut.
Suatu ketika, saya menelpon ke rumah teman saya di Medan : "halo bu, bisa bicara dengan Regar?". Si ibu menjawab : "oh, dia lagi nyuci kereta". Hah???... Dalam persepsi saya, dia sedang mencuci kereta api bergerbong-gerbong... ck ck ck, betapa rajinnya teman saya itu.
Dan, semalam saya mendengar teman suami saya bercerita : "tadi siang ada kereta nabrak montor, orang yang naik kereta nya mati karena masuk kolong montor". Wuuuaaah...
Sebagai orang Jawa, saya telan mentah-mentah semua perkataan orang-orang Medan tadi, dan saya juga tidak mau berusaha untuk mencari makna dari kata-kata tersebut, biarkan saja. Bisa jadi memang itu montornya sangat besar sekali sehingga bisa melindas kereta sampai-sampai menewaskan penumpangnya. Dan, teman saya itu memang sangat kurang kerjaan, sehingga mau-maunya dia mencuci kereta.....
ps :
kereta ===> dalam bahasa Medan, berarti Sepeda Motor
montor ===> dalam bahasa Medan, berarti Mobil

30 Maret 2008

Investasi

Mau tau masa depan?. Tidak usah tanya tukang ramal, tapi ingat saja nasehat nenek : "masa depan ditentukan oleh apa yang kau lakukan hari ini".
Saya sedang jatuh cinta pada sesuatu yang ada di foto ini, yang menurut saya adalah merupakan investasi yang bukan saja sangat menjanjikan, tapi juga sangat-sangat menguntungkan.
Memang sih, untuk membuat seseorang jatuh cinta terhadap sesuatu yang akan di investasikan, itu memang perlu proses. Saya pun demikian. Pada awalnya, suami saya sangat getol membicarakan investasi, tapi saya tidak peduli, yang penting sekarang saya dan anak-anak bisa makan, beli pakaian, jalan-jalan... that's it.
Tetapi ternyata tidak sesederhana itu. Bagaimana jika nanti sesuatu hal buruk yang tidak terduga menimpa keluarga saya?, khususnya yang menyangkut masalah financial?, apakah selamanya harus hidup seperti apa adanya, tidak memikirkan masa depan?, anak-anak bagaimana?, pendidikannya?, kesehatannya?... Wah, lalu saya berpikir keras gimana caranya supaya saya bisa jatuh cinta sama yang namanya "investasi".
Buat saya, masa depan adalah hari ini. Saya sangat percaya pada perkataan "bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian dan akan menemukan wujudnya di masa mendatang". Biar saja, rumah dan mobil saya jelek sekarang. Padahal, kalaupun dipaksakan, saya dan suami mampu untuk hidup bermewah-mewah saat ini. Tapi saya mikir, ngapain beli Jaguar milyaran, toh bentuk ban nya masih sama bundar dan kalau kena macet, masih berhenti juga...
Suatu hari, saya baca di salah satu koran nasional. Koran tersebut menyajikan judul besar "SEDIA PAYUNG SEBELUM BADAI, pertama-tama orang harus melek investasi, kemudian berinvestasilah sebelum badai ekonomi menggulung"... Iiih, maka makin semangat saya untuk berinvestasi.
Pernah saya terbengong-bengong, ketika menyaksikan seorang kerabat membeli gebyok jawa untuk menghias rumahnya. Padahal, kalau dihitung-hitung, harga gebyok jawa itu senilai satu hektar lahan sawit..... Memang, berinvestasi adalah masalah keyakinan. Ada yang bisa meneropong, ada yang tidak bisa dan ada yang remang-remang. Kadang, ada yang berpatokan pada penghasilan bulanan, alias gaji. Bagaimana mau investasi, wong gaji aja pas-pasan?. Pada dasarnya, besaran gaji bukanlah faktor penentu soal mampu tidaknya seseorang berinvestasi. Faktor penentunya adalah gaya hidup dan pola pikir. Jangan berpikir bahwa kita tidak bisa menabung lantaran gaji sedikit. Itu tidak benar. Gaji berapa pun, kalau memang kita masih berpola pikir boros ya sama saja.
Ada tiga tipe kepribadian orang dalam urusan duit. Tipe pertama adalah Si Boros. Ini orang yang doyan ganti-ganti ponsel, mengkoleksi kartu kredit, cita-cita hidupnya bersenang-senang, tetapi uang habis terus. Tipe kedua adalah Si Hemat. Ini tipikal orang yang getol menabung, cita-citanya banyak uang, tapi uangnya tidak banyak-banyak amat. Tipe ketiga adalah Si Investor. Orang jenis ini bercita-cita membangun dana masa depan dan ingin menikmati hari tua, tidak mau repot kalau dirinya sudah tidak mampu untuk menghasilkan uang.
"PADA AKHIR ZAMAN, KELAK MANUSIA HARUS MENYEDIAKAN HARTA UNTUK MENEGAKKAN URUSAN AGAMA DAN URUSAN DUNIANYA" (HR. Atthabrani)

28 Maret 2008

Separuh nyawa

Separuh nyawa saya hilang..........

Kemaren, anak sulung saya kembali masuk asrama sekolahnya setelah libur selama seminggu. Dia adalah separuh nafas saya, dan saya yakin, setiap orang akan merasakan bingung, sedih, kehilangan dan tidak ikhlas ketika separuh nyawa nya 'hilang', walau untuk sementara. Perasaan itu muncul secara otomatis pada diri seorang ibu seperti saya.
Dia, lelaki kecil itu -yang sekarang sudah tidak kecil lagi-, sudah berubah baik secara fisik maupun pemikiran. Ada ketakutan dalam diri saya, takut kalah pinter dan kalah kuat menghadapi hidup. Saya melihat potensi dia sebagai anak sulung, sudah mampu mengerti apa arti tanggung jawab. Dia sudah banyak berubah, dan saya kagum padanya. Saya merasa punya hutang, karena dia belajar semua itu justru tidak dari saya. Dia mencoba mencari arti hidup yang akan dihadapi, seorang diri tanpa didampingi oleh saya. Dan memang begitu seharusnya, karena dia laki-laki. Saya tidak boleh takut dan cemas, karena semua ini merupakan pembelajaran buat saya dan dia.
Ketika masih kecil, dia berlaku sebagaimana anak kecil pada umumnya, nakal dan usil, sampai-sampai saya tidak pernah membayangkan akan terjadi perubahan pada dirinya.
Seminggu lalu, waktu dia kembali ke rumah untuk berlibur, semua daya dan upaya saya konsentrasikan hanya untuk dia. Bahkan, malam menjelang kedatangan, mata saya sulit terpejam, waktu terasa begitu sangat lambat. Dan selama seminggu menemaninya, saya lepaskan semua aktivitas saya yang tidak ada hubungannya dengan dia.
Dan hari ini, dia sudah kembali disibukkan oleh rutinitas sekolahnya. Saya yakin, dia pun menyadari semuanya ini agar mendapat yang terbaik. Sekali lagi, saya harus tawakal, ikhlas, percaya dan selalu berdo'a yang terbaik untuk dia.
Seandainya saja saat ini bisa kukatakan jangan kau tinggalkan.......

24 Maret 2008

Do'a

Tadi siang, saya mengantar jama'ah umroh saya ke bandara Soekarno-Hatta. Ketika berpamitan, saya bilang ke salah satu jama'ah : "do'ain saya ya bu...". Ibu itu balik bertanya : "wah, do'ain apanya ya mbak, wong udah kemilikan semua". Eh, bengonglah saya...
Sebetulnya, siapa saja sih yang boleh berdo'a/nitip do'a/di do'akan?.
Arti do'a adalah memohon atau meminta sesuatu yang bersifat baik kepada Allah SWT, seperti meminta keselamatan hidup, rizki yang halal dan keteguhan iman. Sebaiknya kita selalu berdo'a setiap saat karena Allah Maha Mendengar.
Tujuan berdo'a adalah memohon hidup selalu dalam bimbingan Allah SWT, agar selamat dunia akhirat, untuk mengungkapkan rasa syukur dan meminta perlindungan Allah SWT dari godaan setan yang terkutuk.
Suatu hari, saya pernah ngobrol dengan salah satu Kiai besar di Jawa Timur. Alhamdulillah, beliau diberi kenikmatan bahwa anak-anaknya selalu berhasil dalam belajar/menuntut ilmu. Ada yang meraih gelar cumlaude dari universitas terkenal di LN, ada yang mengambil kuliah di 2 universitas negeri sekaligus dengan jurusan yang tidak biasa, ada lagi anak beliau yang masih berusia belasan tapi sudah menghafal sekian belas juz dalam Al Qur'an. Saya bertanya kepada beliau "ya Ustadz, apa sih rahasianya?". Dengan santai beliau menjawab : "saya selalu minta do'a kepada siapa saja untuk anak-anak saya, termasuk kepada penjahat dan bajingan...".
Saya lalu berfikir, orang jahat aja do'anya di dengar sama Allah, apalagi orang baik. Dan bahkan do'a orang yang teraniaya malah justru lebih maqbul. Tuhan bukan hanya ada untuk orang-orang yang ta'at saja, tapi juga ada untuk orang-orang yang berdosa.
Trus, apa ada yang tidak beres pada diri saya, sehingga orang yang saya titipi do'a kok malah meragukan saya?. Kadang-kadang, keadaan yang membuat saya jadi sombong, seolah saya udah nggak perlu do'a dan di do'akan. Seringkali saya di GE ER in sama situasi dan kondisi. Padahal, saya adalah seorang wanita yang sangat biasa yang tidak bisa hidup tanpa cinta dari orang-orang yang mencintai. Saya selalu berusaha dalam setiap apapun, agar semuanya menjadi baik, bi idznillah tentunya. Jadi, saya masih perlu diingetin dan di do'ain agar tidak terlena oleh semua keberhasilan yang sudah di gariskan Allah yang diberikan kepada saya.
Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui segala yang terjadi di bumi ini.

14 Maret 2008

Motivasi

Last weekend, i went to Bandung with my hubby secara memang saya lagi sangat suntuk dan menginginkan suasana baru. Banyak hal yang membuat saya suntuk ; masalah kerjaan, kangen anak dan lain-lain. Ya lah, orang hidup mah nggak ada beresnya kalo dipikirin.
Di dalam mobil di kawasan tol Cipularang, kala itu hujan sangat lebat, saya terlibat perbincangan hangat dan 'agak berat' dengan suami saya. Diantaranya tentang harapan-harapan ke depan dan juga tentang motivasi.
Saya tanyakan ke suami saya, "apa sih motivasi itu?". Sepertinya dia kaget juga kok tiba-tiba saya bertanya tentang hal tersebut.
Menurut Wikipedia :
Motivasi adalah keadaan dalam diri individu yang memunculkan, mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Dengan kata lain adalah dorongan terhadap seseorang agar mau melaksanakan sesuatu. Dengan dorongan (driving force) dimaksudkan : desakan yang alami untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan hidup dan merupakan kecenderungan untuk mempertahankan hidup.
Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh organisasi.
Untuk menghindari kekurangtepatan penggunaan istilah motivasi ini, perlu dipahami tentang adanya istilah-istilah yang mirip dan sering dikacaukan tentang motivasi tersebut, antara lain : motif, motivasi, motivasi kerja, dan insentif.
a. Motif
Kata motif disamakan artinya dengan kata-kata motive, motif, dorongan, alasan dan driving force. Motif adalah daya pendorong atau tenaga pendorong yang mendorong manusia untuk bertindak atau suatu tenaga di dalam diri manusia yang menyebabkan manusia bertindak. Dikatakan bahwa rumusan yang berbunyi motive are the way of behaviour adalah tepat. Artinya, mengapa timbul tingkah laku seseorang, itulah motive.
b. Motivasi
Motivasi adalah faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa motivasi pada dasarnya adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi ketidak seimbangan. Oleh karena itu tidak akan ada motivasi, jika tidak dirasakan rangsangan-rangsangan terhadap hal semacam di atas yang akan menumbuhkan motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh memang dapat menjadikan motor dan dorongan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau pencapaian keseimbangan.
c. Motivasi kerja
Bertolak dari arti kata motivasi tadi, maka yang dimaksud dengan motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja. Atau dengan kata lain pendorong semangat kerja. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja adalah : atasan, rekan sekerja, sarana fisik, kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang dan non uang, jenis pekerjaan dan tantangan. Jadi motivasi individu untuk bekerja sangat dipengaruhi oleh sistem kebutuhannya.
d. Insentif
Istilah insentif (incentive) dapat diganti dengan kata : alat motivasi, sarana motivasi, sarana penimbulan motive atau sarana yang menimbulkan dorongan. Dengan pembatasan-pembatasan penggantian istilah-istilah tersebut diatas, dapatlah dihindari pengkacaubalauan penggunaan istilah yang menyangkut motivasi tersebut.
Kenapa tiba-tiba saya penasaran dengan arti "motivasi?"
Selama ini, alhamdulillah saya ditunjuk untuk menangani suatu project kerjasama dengan salah satu lembaga pendidikan di Inggris. Saya sadar, ini merupakan suatu hal yang sangat menguntungkan bagi saya karena akan menambah pengalaman hidup saya. Kesadaran saya bermula dari ketika saya diutus beberapa kali ke negoro Inggris secara gratis, alias saya pergi dibiayai oleh instansi suami saya. Dan, saya pun tidak sendiri, tetapi didampingi oleh beberapa rekan.
Ternyata, ngerjain project dengan wong bule gampang-gampang sulit. Nah... berawal dari inilah timbul pertanyaan saya tentang motivasi.
Seiring berjalannya waktu, saya merasa 'single fighter' dalam mengerjakan project-project tersebut. Ide, inisiatif hampir semuanya datang dari diri saya. Sementara, beberapa rekan saya 'adem ayem' saja. Sepertinya kok saya nggak ikhlas ya. Saya mengeluh... Dimana kesadaran mereka?.
Suami saya berpendapat, ada beberapa kemungkinan kenapa rekan-rekan saya berbuat demikian. Mereka tidak ngerti apa yang harus diperbuat atau mereka sibuk dengan tugas intinya dan bisa jadi mereka sangat mempercayai saya, bahwa segala sesuatu akan running well bila dikerjakan oleh saya. That's it. Saya positive thinking saja.
So, ambil positifnya saja. Apabila kita merasa mampu mengerjakan sesuatu, kerjakanlah. Innallaaha ya'lamu maadza ta'maluun... Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan.

10 Maret 2008

Monyet




Ada apa dengan monyet ?
Beberapa waktu lalu, ketika saya mengantar teman-teman bule saya ke Bali, mampirlah kami ke Monkey Forest di daerah Ubud. Foto-foto diatas menggambarkan betapa sebenarnya saya sangat 'over acting' (atau salting???) ketika berhadapan dengan monyet...
Dan, tampaknya sang monyet juga bingung, kenapa nih manusia kok jadi aneh sekali... padahal si monyet hanya sekedar numpang nangkring karena penasaran pengen kenalan dengan wanita cantik berkulit mulus, suiiit suiiittt.....
Lalu, kenapa mesti monyet? bukan kera?
Monyet bisa multi arti ;
- yang sebenarnya adalah nama hewan yang mirip dengan manusia
- apabila di ucapkan dengan nada marah dan ditujukan kepada lawan bicara, maka akan menyebabkan orang tersinggung
- pantas untuk 'misuhi' orang... nggak mungkin ada orang misuh dengan kata-kata "kera luh..."
- dan juga tidak ada orang latah dengan menyebut "aduh kera..."
"Monyet-monyet di hutan, sadarkah kalian selalu diperolok oleh manusia?"
"Hei manusia, kalian ini aneh... mengapa tidak akui saja bahwa pada dasarnya kita memang punya kesamaan?"
Laula al ilmu lakaana annaasu kal bahaaimi = kalaulah bukan karena ilmu, maka manusia bagaikan binatang


02 Maret 2008

Fenomena AAC the movie

Untuk kedua kalinya saya nonton Ayat-Ayat Cinta (AAC). Kemaren malam, saya menemani sang suami. Tidak ada yang beda dari film tersebut dengan yang saya tonton pertama kali.
Film AAC menjadi fenomenal, seperti novelnya. Pertama kali di launch, langsung meledak di pasaran. Bayangkan saja, saya datang jam 20:00 untuk beli tiket yang tayang jam 22:30. Ternyata sold out. Adanya untuk pertunjukan jam 23:30. Padahal seluruh studio di bioskop tersebut menayangkan AAC, dan pada jam berbeda dan waktu yang berurutan. Memang, waktu itu malam minggu, AAC ditayangkan secara midnight.
Kami berdua jarang sekali nonton film Indonesia. Untuk kali ini, karena keterikatan emosi dengan Mesir, jadi kami bela-belain nonton AAC. Memang sih, sebagian membangkitkan kenangan-kenangan suami saya. Seperti ; ketika antara penghuni flat lantai atas dan bawah, membutuhkan sesuatu, maka 'timba' yang bertindak. Masing-masing saling mengerek keranjang, seperti hendak menimba air dari sumur dan di dalam keranjang diletakkan segala sesuatu yang diperlukan.
Ada juga 'ashir mango, flat yang kumuh dan kotor, suasana Khon Kholili, pasar yang menjual aneka rupa barang dari souvenir hingga tho'am khas Mesir, banyak coretan tulisan Arab, tembok-tembok tidak terawat... dan, memang begitulah adanya di Mesir sana.
Adapun sungai Nil, Pyramid, Masjid Sholahuddin Al 'Ayyubi, memang kentara sekali palsu. Tapi tidak mengurangi rasa ke -Mesir- an nya.
Saya yakin, seandainya pengambilan gambar AAC benar-benar di lakukan di Mesir, bisa jadi film ini 'lebih meledak' dari sekarang. Saya sempat membaca blog nya mas Hanung Bramantyo tentang dibalik layar pembuatan film AAC. Banyak sekali kendala-kendala yang ditemui. Terutama di Mesir. Biaya produksi jadi sangat mahal, karena harus kerjasama dengan PH Mesir. Harga yang ditawarkan sangat-sangat tidak realistis. Saya nggak heran sih, pancene wong Mesir nek karo duit, motone ijo.
Saya juga bisa membayangkan, bagaimana pihak produser pada awalnya meragukan kesuksesan film ini. Karena, biasanya film yang adopted dari novel, hasilnya tidak bisa sama persis. Apalagi yang berbau agama.
Film AAC baru diputar beberapa hari dan langsung jadi fenomena. Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil dari film AAC. Semoga para penonton film dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam film tersebut, bukan hanya penasaran saja. Harapan saya, ke depannya akan semakin banyak film-film yang mengandung nilai positif.

29 Februari 2008

Insomnia (monolog antara saya dan khayalan...)

Beberapa hari belakangan, saya sulit tidur. Rasanya mata ini sulit sekali diajak kompromi untuk sesegera mungkin terpejam. Tubuh saya juga seolah-olah udah kompakan sama mata untuk tidak segera melakukan istirahat.
tuuut... tuuut...
"temenin aku, lagi gak bisa tidur"
"ada apalagi?"
"entahlah... too many problems on my mind"
"kebiasaan!!!... jangan terlalu dipikirin apa yang sudah terjadi hari ini. karena kemarin adalah pengalaman, hari ini adalah kenyataan dan esok adalah mimpi dan harapan"
"mimpi?"
"segala sesuatu apabila dimulai dengan mimpi, hasilnya akan menjadi suatu kenyataan yang indah. karena dengan hadirnya mimpi, seseorang pasti akan berusaha menggapainya sebaik mungkin"
"ah, narsis... setiap orang pasti punya mimpi. trus, kalo seandainya mimpi itu tidak menjadi kenyataan, pasti kekecewaan yang akan di dapat"
"hey, ingatkah tentang tahapan-tahapan meraih sukses? ; berusaha, optimis, yakin, berdo'a, tawakkal dan takdir"
"takdir itu punya Tuhan, jangan suka dibawa-bawa"
"the best decision maker is HIM"
"kalo patokannya takdir, ngapain juga berusaha?"
"apa kamu bisa liat orang-orang yang hanya bergantung pada takdir?. tujuan hidupnya malah nggak jelas, nggak tau mau kemana dan mau diapakan hidup ini"
"aku masih nggak bisa tidur... bantu aku..."
"coba pikirkan hal-hal positif tentang hari ini. apa saja yang sudah dikerjakan dan bermanfaat untuk orang lain, kepada siapa saja kamu sudah berbuat baik, untuk apa kamu mengerjakan semua ini, bla bla bla..."
"itu malah menjadikan aku sombong, dan rasanya aku tidak pernah merasa berbuat baik kepada orang"
"yang bisa melihat kebaikan diri kita dan yang bisa menilai kita adalah orang lain"
"harus selalu menjaga agar perbuatan kita selalu dianggap baik?. capppeee deeeh..."
"hidup ini mudah"
"siapa bilang sulit"
"tergantung dari persepsi masing-masing. kalo menganggap sulit, yaaa akan selamanya dalam kesulitan. nikmati sajalaaah..."
tuuut... tuuut...
"halo?... halo?..."
nomer yang anda tuju, sedang istirahat..........

27 Februari 2008

Ayat-Ayat Cinta the movie

Semalam saya nonton Ayat-Ayat Cinta the movie d XXI Senayan City. Hmmm... kesimpulan saya, kalo memang penasaran, ya silakan nonton. Tapi kalo udah puas baca novelnya, nikmati saja deh, jangan dipaksain nonton filmnya.
Bagi yang sudah pernah ‘bersentuhan’ dengan Mesir, baik culture, people dan kehidupan sosial sehari-hari, film tersebut ‘kurang nendang’. Tapi, bagi yang belum pernah ‘kenalan’ dengan Mesir, ya cukup ‘nancap’ di hati. Bagi saya yang sudah sangat akrab dengan Mesir (dengan segala kelebihan dan kekurangannya), ‘ke-kurang nendang-an’ nya terlihat pada beberapa lokasi/tempat yang tampaknya (memang) ‘palsu’ ; seperti sungai Nil dan Wisma Nusantara. Adapun sokhro’/padang pasir, itu asli walaupun saya tau itu bukan Egyptian desert.
Para pemain, bolehlah diacungin jempol. Maksudnya, kualitas dan totalitas aktingnya, sangat-sangat bagus. Karena memang mereka yang dipilih adalah artis2 yang qualified. Hanya saja pengkarakteran tokohnya, dengan segala pertimbangan sutradara dan produser, masih banyak yang tidak sesuai dengan karakter di novel.
Kemudian, banyak karakter-karakter yang dihilangkan, seperti ayah dan adik Maria. Padahal mereka berdua cukup berperan dalam penuntasan masalah yang dihadapi oleh Fahri.
Film ini 70% yang diangkat adalah kisah percintaannya. Sedangkan dalam novel, kisah percintaan itu hanya pelengkap saja, yang jadi red line nya adalah perjuangan Fahri dalam mengarungi hidup sebagai mahasiswa Indonesia pas-pasan yang hidup di negeri orang dengan segala lika likunya agar tetap survive baik dalam study maupun kehidupan sehari-hari.
Trus lagi yang bikin janggal, kenapa kok dialognya berbahasa Indonesia?. Sedangkan para pemainnya ber tampang Arab dan settingan lokasinya juga dengan segala daya dan upaya di usahakan seperti aslinya sono (Mesir). Dalam novel, dialog dengan orang Mesir di bahasa Indonesia-kan oleh sang penulis sehingga pembaca merasa puas.
Well, apapun itu, saya sangat menghargai karya sang sutradara, Mas Hanung Bramantyo. Dengan segala usaha dan do’a telah berhasil mewujudkan apa yang telah dicita-citakan selama ini, yaitu menyutradarai film bernuansa Islam...

20 Februari 2008

Warisan nenek

Pernahkah kita perhatikan, semakin sibuk kehidupan yang kita jalani, semakin kosong rasanya hati???...
Suatu pagi pada hari Senin, saya memandangi agenda kerja. Banyak sekali acara rapat, deadline dan project-project yang semuanya itu seolah-olah berbalik menatap saya, memenuhi indera dan menuntut perhatian saya. Dan untuk kesekian kalinya saya berfikir, apa arti semua ini sebenarnya?.
Orang zaman sekarang, kadang sulit untuk memilah waktu, bagaimana supaya selalu bermanfaat, baik buat dirinya maupun orang lain. Saya bekerja, niatnya Fastabiqul Khoirot saja. Alhamdulillah, saya diberi nikmat rizki yang cukup oleh Allah.
Akhir-akhir ini, saya lagi 'kelingan' sama Nenek saya, ibu dari ibu saya, dan saya memanggilnya dengan sebutan 'Emak'. Alhamdulillah, saya sempat beberapa saat 'menangi' Emak. Saya masih kecil saat itu, belum dewasa dan belum banyak mengerti apa itu hidup. Semua nasehat Emak pada waktu itu, jarang saya hiraukan, apalagi masukin hati.
Emak saya hanyalah lulusan SR (sekolah rakyat zaman Belanda dulu). Tapi dia punya banyak sekali kebijaksanaan yang sederhana. Sepanjang hidupnya, dia selalu membangkitkan semangat orang-orang, baik keluarganya maupun teman-temannya.
Emak memang tidak intelek, tapi di mata saya yang pada saat itu masih seorang anak kecil, dia seperti perwujudan Ibu Peri. Seolah setiap kegiatan bersamanya, menjadi suatu peristiwa penting yang patut dirayakan. Saat mengenang semua itu, saya sadari bahwa masa itu adalah masa yang berbeda. Saat itu, canda ria, suka duka, sedih gembira, memainkan peranan penting.
Saat-saat makan merupakan hal yang penting bagi Emak. Hidangan untuk sarapan, mesti selalu panas dan mesti dilakukan sambil duduk bersama-sama di meja makan oval kesayangan Emak. Sepanjang hidupnya, Emak selalu memenuhi kebutuhan keluarganya sampai hal yang paling mendasar.
Suatu hari, saat saya mampir di sebuah restoran untuk membeli makanan, kenangan saya kembali melayang ke rumah Emak. Di ruang makan, terdapat meja tua dari kayu jati. Diatas meja, terhampar selembar taplak meja sederhana yang sudah lusuh dan banyak noda bekas makanan sebelumnya. Tidak jauh dari meja itu, terdapat tungku yang diatasnya selalu tersedia panci sup dan beberapa wadah berisi makanan. Kemudian saya berfikir, umur saya sudah lebih dari 30 tahun, tapi belum pernah membuat makanan selezat masakan Emak.
Ketika saya mudik, saya sempatkan untuk mengunjungi rumah Emak. Saya memeriksa gudang dan mencari kotak yang sudah lama tersimpan di situ. Tidak sulit mencari benda tersebut. Lakban perekatnya yang sudah tua sangat mudah di lepaskan. Saat membukanya, saya temukan sebuah piring kristal antik dan mangkuk keramik kuno berikut tutupnya yang masing-masing di bungkus dengan kertas koran. Dengan hati-hati saya buka mangkuk tersebut, dan saya temukan sepucuk surat yang sudah sangat lusuh.
Perlahan saya baca surat yang sepertinya ditulis oleh tangan Emak sendiri ;
Cucuku sayang...
Aku tau, kau akan menemukan surat ini suatu hari nanti, bertahun-tahun dari sekarang. Saat engkau membacanya, ingatlah bahwa aku sangat menyayangimu. Sebab pada saat itu, aku sudah berada di tengah malaikat, dan aku tidak akan bisa menyampaikan rasa sayangku lagi padamu secara langsung.
Sejak dulu, kau selalu keras kepala, begitu gesit dan selalu tergesa-gesa ingin cepat dewasa. Sering aku berharap bisa menahanmu sebagai bayi selamanya. Kalau kau sudah berhenti berlari, kalau sudah waktunya bagimu untuk memelankan langkah, kuminta kau selalu menyebutku dalam doamu, belajarlah untuk memasak dan menjadikan rumahmu tempat yang nyaman untuk tinggal.
Berikut ini, aku lampirkan resep sup favoritmu, yang biasa kubuatkan untukmu ketika kau masih kecil.
Ingatlah, aku sayang padamu dan kasih sayangku selalu abadi selamanya.
Saya duduk membaca surat itu berulangkali. Karena saya tidak cukup menghargai Emak saat beliau masih hidup. Malam itu, saya biarkan tas kerja tetap terkunci dan membiarkan segala masalah menanti diluar sana. Harusnya saya merasa telah diberi kenikmatan dengan suatu warisan yang indah, tapi saya belum pernah meneruskan warisan itu......

How art made the world

Riwayat perkembangan teknologi komunikasi antar manusia adalah sama dengan sejarah manusia itu sendiri. Pada masa lampau, manusia lebih banyak menggunakan simbol-simbol visual untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Dari terciptanya sebuah interaksi, manusia dapat menyesuaikan diri dengan manusia lain dan alam sekitarnya, yang nantinya manusia dapat menciptakan dan menggunakan alat (teknologi) yang diperlukan dalam mengatasi lingkungannya.
Teknologi tercipta dan berkembang dikarenakan adanya kebutuhan. Seiring perkembangan zaman, teknologi tidak saja sebagai alat untuk membantu aktivitas kehidupan manusia tetapi lebih dari itu kekuatan teknologi yang digunakan oleh antar manusia dapat mempengaruhi manusia lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan politik).
Teknologi,dalam komunikasi politik adalah sebagai sarana atau alat pendukung utama yang digunakan oleh pelaku politik untuk mempengaruhi pihak-pihak lain atau khalayak agar mengikuti suatu tujuan tertentu. Yang akhirnya si pelaku politik dapat mengatur,mempertahankan, memperluas atau juga mengambil alih kekuasaan.
Bentuk teknologi yang digunakan itu sendiri, disesuaikan dengan perkembangannya maing-masing pada masanya. Karena belum ditemukan mesin cetak dan media massa seperti sekarang ini (koran, televisi, radio, internet dll), teknologi komunikasi zaman lampau, lebih menekankan pada teknologi seni visual dalam membentuk atribut jati diri. Bentuk seni visual tersebut adalah patung, relief, grafik, ukiran dan simbol yang dibuat pada dinding bangunan, batu, kayu, pohon dll.
Teknologi seni visual tersebut adalah cara manusia pada waktu itu untuk menyampaikan pesan ke masyarakat agar terpengaruh. Seperti yang dilakukan oleh Raja Persia Darius Agung, dia membuat relief seluruh negaranya (lengkap berisi ciri khas yang dihasilkan negara tersebut) di dinding istana dari pintu masuk menuju ruang pertemuan utama. Dengan harapan, ketika para duta besarnya berkunjung ke istana, mereka akan merasa dihargai atas keberadaaanya di wilayah kerajaan tersebut secara tidak langsung melalui relief-relief. Darius menyampaikan pesan bahwa seluruh negara yang ada di relief ada dibawah kendali kekuasaannya. Darius juga membuat sebuah simbol tentang dirinya, yaitu sebagai pemanah yang mempunyai arti kepemimpinan dan kebijaksanaan. Dua sifat yang dipercaya oleh masyarakat Persia pada waktu itu untuk seorang raja.
Teknologi visual (simbol) yang digunakan Darius adalah cikal bakal alat komunikasi yang nantinya berfungsi untuk menunjukan identitas suatu kelompok atau bangsa (seperti : bendera, lambang negara, lambang organisasi).
Jika Darius Agung menggunakan simbol, maka Alexander The Great mempunyai “breakthrough idea” untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya. Alexander The Great membuat koin bergambar dirinya agar masyarakat mengetahui sedang ada di negara mana dan tahu siapa pemimpin mereka. Koin (mata uang) merupakan alat komunikasi pemersatu bangsa atau negara yang efektif karena di koin terdapat gambar wajah pemimpin/raja yang mana kekuatan ekpresi dari wajah dapat mempengaruhi orang yang melihatnya secara psikologi (emosi) daripada hanya sebuah simbol. Dan dimasa sekarang banyak negara didunia mempunyai mata uang (koin atau kertas) bergambar pemimpin atau ciri khas negara tersebut.
Teknik pengaruh visual pun mampu memanipulasi masyarakat, misalnya ada seorang pelaku politik, untuk mengambil simpati masyarakatnya, dia mengubah penampilan dirinya (tatanan rambut dan gaya berpakaian) yang dirasa memihak kepada masyarakat. Karena penampilan dapat mewakili karakter dan bisa mempengaruhi bagaimana cara pandang orang terhadap kita. Setelah si pelaku politik mendapatkan simpati dan berada di posisi puncak dengan bantuan media (teknologi), maka akan dengan mudah melakukan sesuatu seperti : menggerakkan massa, menyebarkan propaganda dll. (contoh : Adolf Hitler dan Benito Mussolini). Ini mempunyai arti, bahwa media dapat menjadi senjata yang menjatuhkan suatu pemimpin atau kelompok.
Dimasa sekarang, ada Presiden George W. Bush (Presiden Amerika) yang ketika berkampanye benar-benar bergantung pada kehebatan teknologi. Dia menggunakan seluruh elemen media massa baik cetak maupun penyiaran, untuk menyebarkan isu-isu kampanye kepada masyarakat dari perkotaan sampai ke pelosok. Wajahnya ada di televisi, koran, internet, brosur dan suaranya pun jelas terdengar di radio dan televisi. Segala kegiatan yang menggugah simpati diliput media dan dipublikasikan ke masyarakat. Ini menjadi selling point bagi Bush karena dapat mempengaruhi publik untuk memihaknya dan pada waktu hari pemilihan (the big day/Election Day), masyarakat akan memberikan suaranya kepada Bush. Dan terbukti !.
Apa yang dilakukan para pemimpin zaman lampau dan sekarang sebenarnya tidak jauh berbeda. Yang membedakan hanyalah kemajuan teknologinya (alat/media), bagaimana pesan dapat tersebarkan seluas-luasnya dan sampai kepada masyarakat. Isi dan prinsipnya adalah sama yaitu mempengaruhi publik/khalayak untuk mengikuti suatu tujuan tertentu.