Seminggu yang lalu, saya melakukan General Check Up, secara memang sudah lama saya nggak check up. Jum'at kemarin hasil nya sudah siap dan saya konsultasikan ke dokter. Alhamdulillah nggak ada yang serius pada hasil lab tersebut, hanya saja dokter memberi kesimpulan bahwa 'hati saya terlalu capek', eh?... So funny...
"Hati anda terlalu capek, sebaiknya anda melakukan istirahat yang cukup. Istirahat disini bukan hanya dalam artian fisik, tapi cobalah anda mengistirahatkan pikiran anda, rileks, jangan ada sesuatu yang dijadikan beban", begitulah kata dokter. "Metabolisme tubuh anda tidak bagus karena sepertinya anda terlalu lelah", begitu lanjut dokter. Saya pun bengong, nggak nyangka akan mendapatkan penjelasan seperti itu. Hebat, bahwa 'hati yang capek', bisa terdeteksi sedemikian rupa.
Saya menyadari itu, menyadari bahwa ada yang lelah pada diri saya yang tidak pernah saya rasakan. Selama ini, saya selalu mengerjakan apa yang menjadi tanggung jawab dan pekerjaan saya, dan saya merasa enjoy, asyik, dan sangat nikmat apabila suatu pekerjaan itu berhasi dan sesuai target. Saya juga tidak pernah itungan, berapa rupiah yang akan saya dapatkan jika saya sedang mengerjakan sesuatu. Kalau mengasyikkan buat saya, akan saya lanjutkan, nggak ada pikiran macam-macam.
Lalu, sebenarnya apa yang saya cari?.
Sampai detik ini, tidak pernah saya dapatkan jawabannya, jawaban yang sesungguhnya. Saya hanya seseorang yang sangat biasa, yang tidak mau terlalu bermimpi untuk mengharapkan sesuatu yang muluk-muluk. Biarlah hidup saya ini mengalir seperti air dan udara, bermanfaat untuk semua orang. Alhamdulillah, sekarang saya sedang mendapatkan 'posisi nyaman' dalam siklus kehidupan. Jadi, biar saja 'kenyamanan' ini agar bisa dirasakan oleh orang-orang yang menyayangi saya.
Sampai kapan?
Nggak tau... Saya hanya ingin bermanfaat untuk ummat, sesuai do'a orang tua saya, yang selalu bilang dalam do'a nya "semoga anak saya bisa bermanfaat untuk semua orang".
Apakah yang saya lakukan selama ini adalah salah?.
Setiap orang pasti punya rasa tidak puas dan selalu ingin sempurna. Padahal, kesempurnaan hanyalah milik Allah. Kadangkala, ketika saya disalahkan orang, saya sedih. Itu manusiawi. Karena saya merasa melakukan semuanya, nggak itungan. Jadi kalo ada orang nggak menghargai apa yang telah saya kerjakan, pasti sedih.
Terus, apakah saya merasa sudah melakukan semuanya dengan baik?
Nggak juga, kalo saya sudah merasa baik, berarti nggak ada keinginan saya untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas diri saya untuk menjadi lebih baik.
Jadi, apa sesungguhnya yang saya cari?
Wa maa tasyaauuna illaa an yasyaa'allahu robbul 'aalamiin. "Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan seluruh alam". (At Takwiir 29)