Pada awalnya hati manusia memang susah untuk merasa puas. Walaupun sudah memiliki sepuluh peti emas, seseorang itu masih mau lagi yang kesebelas. Apabila dia sudah mempunyai sebelas peti emas dia mau lagi yang keduabelas dan begitulah seterusnya.
Baikkah sikap seperti ini?. Dari aspek motivasi, tidak ada salahnya. Sebab bersikap maju merupakan sikap yang diperlukan untuk menjadi kaya dan karena Islam tidak pernah menghalangi umatnya menjadi kaya. Dengan alasan dengan adanya harta yang banyak memudahkan seseorang itu menyalurkan sebagian daripadanya ke jalan-jalan kebaikan.
Jadi, dalam mengarungi kehidupan, tidak salah seseorang itu bermewah-mewah asalkan kemewahan tidak menjadikan seseorang lupa untuk tujuanagama. Meskipun sederhana itu lebih dituntut, namun bermewah-mewah dalam ruang lingkup yang dibenarkan, berusaha sesuai dengan kehidupan sekarang.
Memang, kadang-kadang penilaian dan penghormatan manusia terhadap kita bergantung kepada apa yang kita punya, pangkat yang kita sandang, mobil apa yang kita miliki, seberapa besar rumah yang kita tempati, kawasan mana kita tinggal, keahlian apa yang kita punya dan sebagainya.. .
Kehidupan kapitalisme dan materalisme sekarang telah meletakkan apa yang kita miliki sebagai asas penghormatan manusia terhadap kita. Maka tidak salah kalau kita memiliki segala-galanya asalkan kita tidak lupa diri, tidak berubah dan masih meletakkan TUHAN sebagai Pemilik kehidupan.
Ujian paling berat bagi seorang yang kaya ialah ; jatuh miskin atau kehilangan hartanya yang paling disayangi. Ketika inilah kesabaran akan diuji. Kalau tadi Islam membenarkan sikap tidak puas sebagai pendorong untuk manusia terus berusaha, sekarang Islam melarang sikap tidak puas hati karena ditimpa ujian. Sikap yang patut ditunjukkan ialah bersyukur kepada ALLAH karena memberi peluang untuk memperbaiki diri. Setiap ujian tentunya beralasan.
Dalam menjalani ujian dengan baik, kekurangan harta maupun yang melibatkan kehidupan, tidak ada perkataan lain yang boleh diucapkan melainkan 'Sabar' dan 'Ridha'. Hanya dua perkataan inilah yang bisa menyelamatkan seseorang dari murkai ALLAH. Dimurkai berarti berdosa, dan dosa kalau tidak dibasuh dengan taubat, jawabannya Neraka. Di antara tanda bersyukur ialah sentiasa sabar dan teguh iman menerima ujian ALLAH.
Sikap yang berlawanan dengan ini ialah sifat tamak untuk memiliki semuanya sampai mengambil hak orang lain. Orang begini akan semakin kufur apabila diberi nikmat, apalagi tatkala ditimpa musibah. Dia akan mudah menyalahkan takdir dan menyalahkan TUHAN. Ingat janji ALLAH, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti KAMI akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (Ibrahim, 7).
Bandingkan dengan kita, baru memiliki harta sedikit saja sudah merasakan tidak berpijak di bumi ALLAH. Kadang-kadang hanya karena sebuah mobil yang belum bisa dikatakan 'mewah', kita sudah sombong. Ingatlah kekayaan ALLAH menyangkut apa yang ada di bumi dan di langit.
Jadi, marilah kita pandai-pandai mensyukuri nikmat yang telah diberikan ALLAH kepada kita.