24 Juni 2008

Inna ma'al 'usri yusroo

Sesungguhnya setelah kesulitan, pasti ada kemudahan. Sama saja seperti anak sekolah, kalau mau naek kelas, harus ikut ujian dulu. Dan kalau mau dapat nilai tinggi, harus giat belajar. Dan agar giat belajar, harus pandai-pandai mengatur waktu.
Kejadian-kejadian tersebut, saat ini terkondisikan kepada saya. Ada rasa lelah, menghadapi ujian dan cobaan. Tapi ada juga rasa syukur dan senang ketika saya mendapatkan banyak "hadiah", dan itu datangnya langsung dari YANG DIATAS, yang sudah mendengar do'a-do'a saya selama ini. Saya adalah nominasi yang harus mendapatkan "hadiah", tapi sebelumnya harus melewati berbagai ujian dan rintangan. Kalau saya sabar dan berhasil menghadapinya, berarti saya "lulus".
Kalau boleh nawar, saya maunya "lulus" dan dapat "hadiah", tapi saya nggak mau ujian. Capek. Karena ujian yang datang ke saya saat ini, bukan seperti saat sekolah dulu, yang kalau nggak faham dan nggak ngerti pelajaran, saya bisa nanya ke guru atau ibu. Ujian saya sekarang ini, benar-benar harus dihadapi sendirian, mencari solusi dan menikmati kesabaran ya sendirian juga. Suami, ortu, teman, hanya sebagai penggembira saja. Tidak banyak membantu. Karena, ini adalah ujian kehidupan, menyangkut batin, emosi dan -kalau boleh dibilang- tekanan. Semua itu adalah pelajaran hidup. Tidak pernah didapat di bangku sekolah.
Hidup berjalan layaknya air yang mengalir dari hulu ke hilir. Sepanjang perjalanan, akan ditemui batu, kotoran, pasir dan berbagai macam hambatan. Tapi, harus tetap mengalir, sampai tercapai ke tujuan.
Saya sedang mendapatkan BANYAK "hadiah". Darimana?, yang pasti dari Yang DIATAS. Beberapa aplikasi saya untuk mengikuti course ke luar negeri, (Alhamdulillah) banyak disetujui. Dan itu datangnya bertubi-tubi, BUKAN silih berganti. Sampai, hampir saya menolak salah satunya. Teman saya komentar, "aneh deh lu, orang pada pingin dapet kesempatan seperti ini, malah lu yang udah jelas-jelas dapet kok nolak". Banyak juga yang komentar, "enak banget ya bisa liat negara orang secara gratis". BETUL,,,!!! enak kalau begini. Tapi... apakah mereka tau, sebelum saya mendapatkan semuanya itu, saya harus melewati ujian yang sangat-sangat berat?.
Karena seringnya saya mengalami kejadian seperti itu, akhirnya ketika saya mengalami hal yang menurut saya adalah suatu "ujian", maka saya akan berbaik sangka bahwa setelah ini PASTI ada kenikmatan yang datang kepada saya. Dan ndilalah, perkiraan tersebut tidak pernah meleset. Saya pun menikmati ritme kehidupan seperti itu, walaupun sangat melelahkan.
Jujur saja, sebenarnya saya KURANG BANYAK berdo'a kepada NYA. Tapi, kog DIA terus menerus memberi saya "hadiah" ya?. Gimana kalau saya banyakin do'a?, banyakin minta?.
Dalam hati saya juga bertanya, kenapa juga DIA ngasih "hadiah" setelah saya mendapatkan "ujian?". Apakah saya sudah pantas untuk mendapat nominasi seperti itu?. Saya masih banyak mengeluh, masih kurang bisa sabar dan masih terlalu lemah untuk menghadapi "ujian" hidup. Dan saya akan mudah sombong, berbangga diri dan angkuh ketika saya menerima "hadiah".
Inna ma'al 'usri yusro...