05 Juni 2008

Timeless

Saya sedang menikmati sore, di sebuah perumahan kampung, dipinggir sawah di suatu daerah di pinggiran kota berjarak sekitar 150km dari Jakarta. Angin sepoi-sepoi membelai dari dua pohon mangga yang berdiri kokoh di di hadapan saya. Nikmat, sungguh nikmat. Sementara bocah-bocah berlarian di lapangan rumput yang terhampar, dedaunan beterbangan mewarnai kegembiraan para bocah. Penjual bakso, somay, mie ayam, es tungtung, gethuk lindri, juga ikut meramaikan suasana…

Secangkir teh cap Tjatoet manis hangat dan singkong rebus gula jawa, menemani saya saat ini. Udara terasa segar, walaupun sedikit banyak debu beterbangan, mampir di kening saya. Para tetangga melakukan aktivitas rutin, menyiram tanaman, menyuapi bayi, memberi makan ayam… Sungguh alami…

Saya pun terbuai, terlena dalam alunan suasana… Walaupun rumah saya di Jakarta berhalaman rumput sangat luas dan pepohonan besar nan rindang menghiasi, tapi saya tidak pernah merasakan sedamai seperti saat ini. Suasana metropolitan telah mendominasi lingkungan kehidupan saya.

Di hadapan saya, beberapa saudara sedang asyik bercerita tentang aktifitas sehari-hari mereka. Saling berbantah, bercanda, mengolok, mengejek. Berbeda sekali dengan rutinitas saya sehari-hari. Sepulang kantor, saat hendak bersantai, alarm berdering, mengingatkan saya akan berbagai hal yang akan dikerjakan dan harus diselesaikan. Belum lagi telepon dari rekan dan kerabat yang hanya just to say hello atau teman yang menyiarkan hot gossip…

Aaah… kapan?, kapan saya akan mengalami waktu seperti saat ini ketika nanti saya kembali ke Jakarta?.

Berusaha menikmati apa yang sudah digariskan Allah, adalah bentuk mensyukuri nikmat. Ketika seseorang tidak mampu bersyukur, berarti nikmat sudah dicabut dari dalam dirinya…