02 Juni 2008

Tulus

Beberapa minggu yang lalu, saya menyempatkan mudik untuk menjenguk adik saya yang baru melahirkan. Berbondong-bondong sanak family, kerabat, rekan kerja, teman sejawat, teman sepermainan, tetangga, baik tua maupun muda, silih berganti untuk menjenguk new baby born.
Ada yang sekedar membawa sekantong keripik pisang, sekaleng biskuit, perlengkapan bayi, sampai sekantong detergent dan pewangi baju bayi. Wajah para penjenguk pun menyiratkan kegembiraan dan bergantian mengucapkan selamat ke orang tua si bayi.
Ada yang menarik buat saya, untuk apa mereka datang silih berganti, padahal ada yang hanya bersatus teman&tetangga, tidak ada hubungan darah maupun ikatan keluarga. Ya, walaupun tidak ada ikatan apa-apa, tapi mereka datang secara TULUS. Saya yakin, tidak ada maksud tertentu atas kedatangan mereka, hanya karena merasa kenal dan juga ikut merasakan suka cita atas kehadiran anggota baru.
TULUS... itu yang TIDAK PERNAH saya jumpai lagi sejak saya meninggalkan kampung halaman, semenjak saya jadi istri 'seseorang', dan semenjak saya hidup di kota metropolitan. Arti kata TULUS yang sebenarnya, sudah hilang dari kehidupan saya. Dan saya sangat sadari itu.
Sering orang bilang : "TULUS IKHLAS". Bagi saya, dua kata tersebut sangat berbeda maknanya walaupun seringkali diucapkan secara bergandengan. TULUS adalah, memberi atau menerima sesuatu TANPA PAMRIH, TANPA MENGHARAPKAN balasan. Dan tulus tercipta dari IKHLAS. Sedangkan IKHLAS adalah, memberi atau menerima sesuatu secara sadar yang timbul dari dalam hati.
SO?...
Sudah jarang sekali saya menjumpai orang-orang yang tulus itu. Mereka ikhlas, tapi belum tentu tulus. Banyak sekali pemberian-pemberian yang selama ini saya terima. Alhamdulillah semua itu rezeki saya. Tapi, saya juga bingung ketika 'si A' memberikan sesuatu kepada saya (barang atau jasa), pasti dibelakangnya ada maksud tertentu yang ditujukan untuk saya maupun suami. "Titip anak saya ya Bu, Pak". Itu kata-kata yang sering saya dengar. Apalagi, status dan posisi saya sangat mendukung untuk dibegitukan.
Kadang saya kangen untuk 'tidak menjadi siapa-siapa'. Karena terus terang, menerima sesuatu tanpa ketulusan dari si pemberi, sangat membebani.
Nikmat sekali hidup ini apabila setiap orang dapat memahami dan mengerti arti kata TULUS yang sesungguhnya.....