Dear All...
Alhamdulillah bisa posting lagi secara beberapa waktu bealakangan ini, saya sangat (sok) sibuk. Dan mohon ma'af kalo saya baru sempat share oleh-oleh umroh sekarang.
Alhamdulillah, perjalanan umroh saya kemaren, lancar dan penuh berkah, berkat do'a semuanya. Saya menemani ibu dan kakak, dan kebetulan juga (Alhamdulillah) jama'ah berjumlah lumayan banyak (47orang). Status saya sih sebenernya hanya sebagai penggembira saja untuk para jama'ah. Kan 'Sampoerna Hijau, Nggak Ada Loe Nggak Rame'....
Sebenarnya ada sesuatu yang masih mengganjal pada diri saya, soalnya kenapa saya tiba-tiba umroh. Rencana tersebut pada awalnya, niatnya nemenin para ustadz syuyukh yang akan dauroh di Mesir. Tapi berhubung terganjal urusan visa dan financial, saya batalkan mendampingi mereka ke Mesir. Dan, seharusnya juga saya membatalkan umroh, tapi kok kenapa saya tetap berangkat umroh juga. Sure, mungkin suami saya juga bingung, kenapa kog saya tiba-tiba berangkat umroh (yang harusnya tidak jadi karena para ustadz juga tidak jadi umroh)...
Just to let u know, bahwa setiap umroh, saya selalu mempunyai TEMA dan TARGET apa yang akan saya capai setelahnya. Untuk umroh kali ini SAYA MENCARI IKHLAS... Kebetulan ibu saya bersedia untuk ikut dalam umroh kali ini. That's it, ini merupakan jalan saya/media saya agar saya bisa MENEMUKAN IKHLAS yang selama ini saya cari-cari.
Ikhlas dalam hal ini, saya tujukan bukan dalam artian materi. Bukan... Alhamdulillah, selama masih diberi rezeki oleh Allah, saya tidak itungan untuk memberi (dalam bentuk materi) dalam bentuk zakat, infaq, sodaqoh. Saya ikhlas untuk masalah yang begituan.
Ikhlas yang ingin saya temukan adalah IKHLAS DALAM PERBUATAN. Sampai saat sebelum saya umroh, saya masih belum ikhlas kalau ada yang menyakiti saya, berbuat yang tidak baik terhadap pondok (secara hati saya udah nyangkut sama pondok ini), orang-orang yang tidak mendukung pondok, mbalelo, angel dikandani dll... Pasti, pasti saya akan NGAMUK bagaimanapun caranya bila menjumpai hal itu. Beda banget sama suami saya yang sangat tenang dalam menjumpai dan menghadapi permasalahan yang ada.
Dan, saya uji keikhlasan -dalam perbuatan- dengan mendampingi ibu saya kemaren pada waktu umroh. Saya terkenal tidak telaten untuk mengurus hal-hal ribet yang menyangkut ibu saya (mendorong kursi roda, mengganti perban lukanya, memakaikan kaos kaki dll), mengingat saya sudah 'terpisah' dari beliau sejak lulus SMP. Kakak dan adik-adik saya yang setiap hari mendampingi ibu, juga langsung memvonis bahwa saya tidak akan telaten ngurusi ibu.
Tetapi, apa yang terjadi...
Pada hari Jumat pertama di Madinah, saat itu ibu saya sangat ingin untuk sholat Jum'at di Masjid Nabawi. Padahal keadaan sangat panas dan waktu kurang dari 1 jam menjelang Jum'atan. Saya sudah sangat pesimis untuk mendapatkan tempat di dalam masjid (mengingat ibu saya menggunakan kursi roda dan perlu pintu khusus). Ternyata benar... kami tidak bisa masuk dan terhenti di pintu masuk. Saya sedikit agak gusar, bagaimana ini, ibu enak bisa duduk di kursi roda, lha saya? ngalamat harus berdiri...
TIBA-TIBA, seorang perempuan Maroko yang duduk di depan saya, mengambil sajadah saya dan menggelarnya disamping kursi roda ibu, dan orang Maroko tersebut lebih memilih berdiri. Dengan menggunakan bahasa inggris patah-patah, dia menyatakan bahwa 'you are able to seat beside yor mom and i will stand up to hear the khatib'. SAYA MENANGIS.............
Dan ketika hendak keluar selesai sholat Jum'at, orang berdesak-desakan karena pintu masuk khusus untuk wheelchair. Kaki saya udah kesenggol kursi roda yang lain, dan badan saya terpental gak karuan menahan ibu. Kursi roda ibu saya tidak bisa maju dan mundur karena penuh sesaknya orang. Ketika saya bilang bahwa saya mau keluar, orang-orang malah pada bilang "ruh dakhiil ruh dakhiil", karena memang posisi kursi roda ibu menghadap ke pintu masuk.
Sekali lagi TIBA-TIBA, dua orang perempuan kulit hitam, menarik dan mengangkat kursi roda ibu saya sehingga menghadap ke pintu keluar dan mereka menghalau orang-orang di depan saya agar menyingkir karena kursi roda mau lewat. SEKALI LAGI SAYA MENANGIS........
Siapa mereka???, Malaikat kah???. Ibu pun memeluk saya, dan mengingatkan bahwa 'MEREKA MENGGAMBARKAN IKHLAS YANG SEDANG KAMU CARI'.... dan untuk kesekian SAYA MENANGIS...
Dalam artian begini ; siapa saya ke mereka?, teman bukan, sodara bukan, kenal aja enggak... lha kok mau-maunya memberi kemudahan kepada saya?. TERUS, SAYA KEMANA AJA???... Sementara saya hidup di lingkungan yang mengenal, menyayangi, melindungi, mengasihi saya, KOK SAYA NGGAK MAMPU BERBUAT SEPERTI ITU? KOK SAYA MASIH NGGAK BISA IKHLAS BERBUAT???, KEMANA AJA SAYA SELAMA INI???.........
Sering saya berdo'a : "allahumma habbib ilayya al iimaan wa zayyinhu fii qolbii, wa karrih ilayya al kufro wal fusuuqo wal 'ishyaan, waj'al lii minarroosyidiin..." Tapi kok 'si Rosyid' nggak nyampe-nyampe ke saya. Malah justru 'si Ishyan' yang sering berkelebat dalam hati saya, dan itu yang menyebabkan saya sering su'udzon dan akhirnya nggak ikhlas...
Well... semoga apa yang saya cari selama ini, bisa saya dapatkan dan secepatnya bisa diaplikasikan dalam kehidupan, mengingat bahwa saya selalu dikelilingi oleh berbagai masalah yang menuntut keikhlasan saya...