Beberapa kawan sedang rajin konsultasi ke saya tentang pernikahan. Mendadak saya beralih profesi jadi konsultan pernikahan. Yang paling sering ditanya adalah, bagaimana cara pertama kali menghadapi keluarga si calon, mengingat menikah bukan hanya menyatukan dua hati, tapi juga menyatukan dua keluarga.
Cinta adalah urusan hati, manusia tidak punya kuasa terhadapnya. Hati berada di genggaman tangan Tuhan, dan akan diperlakukan sesuai kehendakNYA. Andai cinta bukan mutiara berharga, tidak akan mungkin para Nabi di utus sesuai zamannya. Rasulullah telah menegaskan kenyataan ini. Ketika api asmara mulai membara, tak ada yang bisa memadamkan kecuali dengan menikah. Beliau bersabda : "dua orang yang saling mencintai, hendaknya segera menikah".
Menikah bukanlah untuk mencari orang yang sempurna, tapi untuk sama-sama membuat diri menjadi lebih baik. Itu intinya. Hanya malaikat yang mempunyai kesempurnaan. Tapi, berusaha untuk menjadi sempurna adalah sesuatu yang baik.
Dalam Al Qur'an di sebutkan : Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (Ar-Ruum 21).
Dalil yang menta'qidkan seseorang untuk menikah, sudah sangat jelas. Tetapi kadang-kadang, orang masih saja takut untuk menikah. Alasannya banyak, diantaranya adalah karena faktor ekonomi dan kesiapan mental dalam membentuk keluarga yang sakinah untuk menghadapi masa depan. Padahal Allah telah memberi jaminan : "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN, ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui." (An Nuur 32) .
Banyak cara menuju pernikahan ; ada yang pacaran berlama-lama, tetapi pada akhirnya menikah juga. Ini menunda kenikmatan namanya... Ada juga pasangan yang sudah lama menikah tapi kemudian cerai, padahal pernikahan mereka di dahului dengan pacaran dengan jangka waktu yang lama. Ah, sedih.... Ada juga pasangan yang dijodohkan oleh orang tuanya, akhirnya hidup bahagia. Padahal sebelumnya, orang-orang yang anti perjodohan akan berfikir, gimana nantinya bisa 'klik' karena sebelumnya belum pernah saling mengenal.
Tak ada dosa bagi cinta yang dikendalikan oleh kasih sayang dan taqwa. Muara satu-satunya bagi cinta berhiaskan taqwa adalah pernikahan. Bila pernikahan masih mustahil, maka sabar atas derita menahan diri adalah satu-satunya solusi.
Ada yang harus dibedakan antara cinta sebagai tindakan dan perilaku, dan cinta sebagai perasaan. Cinta yang halal adalah cinta yang masih terbatasi pada dinding perasaan. Sedangkan bila telah melompati pagar dan memasuki wilayah tindakan, seperti ; ciuman dan pelukan, maka hukumnya menjadi haram. Dari tindakan itu akan lahir banyak sisi negatif, sebab sangat sulit bagi pengagung cinta untuk mengendalikannya. Hanya taqwa dan tulus kasih sayang yang bisa mengekangnya.
Tetapi, bagaimanakah sebenarnya cinta yang kita kehendaki?. Kita menginginkan cinta yang mampu mereformasi hati dan jiwa. Kita mendambakan cinta yang memotivasi pelakunya untuk menorehkan catatan sejarah dengan tinta emas sebagai kisan dan kenangan terindah...
Jodoh, mati, rezeki semua ada di tangan Tuhan. Tinggal diri kitanya masing-masing yang harus pintar menjaganya.