"Kita sering lebih sibuk membuat orang lain menyangka kita berbahagia, daripada benar-benar sibuk membuat diri kita berbahagia" (Mario Teguh).
Ungkapan tersebut bagi saya merupakan sebuah kamuflase kehidupan. Banyak orang yang berlomba-lomba menunjukkan identitas dirinya, baik identitas sosial, harta, pendidikan dan lain sebagainya, agar bisa dinilai bahwa "I am HAPPY with this life".
Sebagian memang ada yang merasakan benar-benar bahagia dengan apa yang mereka punya. Namun, tidak sedikit sebenarnya yang merasakan "berat" mempunyai semua itu. Ya, it's me. Who I am, hanya bisa ditunjukkan oleh setiap orang dengan caranya masing-masing. Ada yang sok sibuk, benar-benar sibuk, menyibukan diri dan diantara kesibukan-kesibukan tersebut memang sengaja "dibuat", "disengaja", "tidak disengaja" atau bisa juga karena "kewajiban".
Contoh sederhana : seorang ayah, "it's me" nya merupakan suatu kewajiban bahwa memang dia harus bekerja untuk menafkahi keluarganya yang merupakan tanggung jawab sebagai kepala keluarga. Adapun esensi dari "kesibukan" nya, tergantung dari niat. Apakah memang benar-benar bersungguh-sungguh karena "butuh", atau hanya sekedar "agar terlihat bahagia".
Mmm, artinya gini lho ; banyak para kepala keluarga, baik sebagai eksekutif muda yang kerja di kantoran, maupun sebagai seorang petani yang selalu bergelut dengan lumpur dan kerbau di sawah, pengayuh becak, pedagang, supir angkot... mereka selalu memposisikan diri "inilah saya, harus sungguh-sungguh bekerja". Padahal mungkin saja, si pengayuh becak dan si supir angkot lebih bahagia terhadap eksistensinya sebagai "sang pencari nafkah" daripada para eksekutif muda. Karena apa?, seorang petani atau supir angkot atau pengayuh becak, mereka tidak perlu memikirkan "hari ini mau berpenampilan bagaimana?, memakai parfum apa?, sepatu buatan mana?". Mereka benar-benar niat "how can i get rizki for my family".
Kebanyakan, posisi dan identitas diri harus ditunjukkan melalu "appearance". Seorang direktur perusahaan ; tinggal di perumahan elit, setiap hari mengendarai mobil mewah ke kantor, berpenampilan serba ber-merk, makan di restoran mahal, melakukan lobby di hotel berbintang atau di lapangan golf... Sunnatullah, siapa saja yang melihatnya, pasti akan terucap "wah, bahagianya orang itu...". Disadari atau tidak, yang terjadi di dunia ini, bahwa kebahagiaan ditunjukkan dengan penampilan. Setiap orang yang penampilannya rapi dan wangi, pasti orang itu bahagia. Kenyataannya?... Who knows???.
Adapun saya, sebagai seorang perempuan yang sangat biasa, kebahagiaan itu muncul apabila saya merasa sudah melakukan hal baik dan bermanfaat untuk orang lain. Apakah saya bahagia?, oooh... tentu jika melihat orang lain merasa bahagia dengan apa yang pernah saya lakukan terhadapnya...
So, Hi... It's Me