Pagi yang cerah, udara Jakarta tersenyum menyapa. Sayangnya, saya hanya mampu menikmati cerahnya pagi ini dari sebuah sudut kamar 3302 RS Pondok Indah Jakarta, dengan jarum infus menempel d tangan kiri yang menghubungkan obat infus 'segede karung' imported dari Negeri Sakura.
Merupakan suatu kebetulan bahwa obat infus saya import dari Jepang, secara saya baru beberapa hari mendarat dari negara tersebut.
Tulisan ini merupakan "curhatan" sehubungan dengan kondisi saya yang kurang bagus akhir-akhir ini. Sekaligus, merupakan klarifikasi bahwa sakit saya semata2 hanyak Takdir Allah yang kebetulan di derita ketika saya sedang bertugas d negara orang (Jepang).
Sebagai manusia, ada perasaan kurang nyaman ketika melakukan hal kurang baik. Menurut saya, sakit yang saya derita ketika mengunjungi negara Jepang, sangatlah mengganggu bagi sebagian pihak, terutama pihak penyelenggara. I apologize to Pak Sano ("sahabat Jepang saya") about this condition that make everybody confuse about myself. Please forgive me.
Seminggu sebelum keberangkatan ke Jepang, saya menderita Flu (batuk dan pilek). Sebenarnya ini merupakan sakit yang sangat biasa yang sering saya derita apalagi mengingat kondisi cuaca d Jakarta pada saat itu memasuki musim pancaroba.
Karena saya mau segera sembuh, saya pun minta kepada dokter pribadi (di suatu RS Internasional d daerah Bintaro), agar memberikan obat yang bagus supaya saya sudah fit sebelum berangkat ke Jepang. Dan beliau pun memberikan saya obat flu (dengan kandungan CTM 2mg), antibiotik (Zistic) dan vit C.
Keesokan harinya, setelah mengkonsumsi obat2an tsb, ketika bangun pagi, saya merasakan mual yang luar biasa, ulu hati seperti ditusuk dan badan gemetar. Saya pun kembali ke RS utk bertemu dokter. Kesimpulan nya, lambung saya tidak kuat menerima antibiotik jenis Zistic yang d gabung dengan Vit C.
Dokter mengganti antibiotik dengan merk Bactrim (dengan kandungan Sulfa) dan obat magh merk Rantin. Tapi, walaupun obat sdh d ganti, saya belum merasa nyaman.
Sampai disini, saya belum sadar sebenarnya Allah berkuasa terhadap setiap makhlukNya. Allah menciptakan manusia agar selalu belajar dan menggali potensi diri supaya dapat mencari dan mendalami ilmu Allah yang sangat luas.
Seharusnya, saya bisa bertanya kepada dokter, apa penyebab saya tidak kuat terhadap obat ini dan itu. Dan mengapa saya harus diberi obat ini dan itu dan apa saja kandungannya, apakah akan menimbulkan reaksi yang sama dengan obat sebelumnya bla bla bla... Saya tidak peduli dengan Kuasa Tuhan.
Ketika briefing d Kedubes Jepang maupun dinner d rmh Bapak Dubes Jepang, saya hanya memandangi lezatnya Tempura dan Sushi yang dihidangkan. Saya sangat ingin menikmatinya, tapi kondisi lambung saya belum memungkinkan utk mencoba makanan lezat tersebut. I love Japanese food.
Dan ketika waktu keberangkatan, sebenarnya dalam diri saya sudah menyebar "racun" yang berbahaya. Yaitu alergi terhadap zat sulfa yang dibawa oleh obat ber merk Bactrim itu.
Ketika d pesawat menuju Narita, badan saya terasa sangat panas dan gatal. AC pesawat tidak berasa sama sekali. Apalagi saat mendarat d Narita, saya sangat2 tdk nyaman. Sekali lagi, BUKAN KARENA JEPANG nya, tapi karena racun d tubuh saya sudah mulai menyebar.
Malam hari ketika hendak makan malam, kondisi saya sudah seperti "tokek kesiangan", badan saya dipenuhi bentol-bentol yang sangat ekstrim. Dan saya pun dilarikan ke RS di kota Tokyo. Dokter setempat menyimpulkan bahwa saya keracunan obat dan mereka segera menyita obat2an saya tersebut. Saya di infus, di suntik, di ambil darah dll. Saya pasrah.... Tapi, dokter tdk bisa menyimpulkan obat apa penyebabnya, mengingat komposisi obat tdk tertera di bungkus nya.
Sehari setelah infus, kondisi saya masih tidak lebih baik. Gatal2 masih terus ada sehingga saya tidak nyaman. Dokter d Tokyo TDK MEMBERI OBAT ORAL sama sekali. Mrka hanya memberi obat oles yang hanya cukup utk 2 hari.
Selama kegiatan d Jepang, setiap malam saya tidak bisa tidur dikarenakan gatal yang menimpa saya tidak kunjung henti. Akhirnya, pada keesokan harinya saya tidak bisa maksimal untuk mengikuti kegiatan karena ngantuk. Saya pun memastikan ke semua orang bahwa ketika saya stay d Inggris dan menghadapi salju, kondisi saya tidak sampai begini. Berarti, saat di Jepang ini, ada satu hal yang tidak beres menimpa saya. Tidak mungkin karena cuaca. Dan makanan pun saya sangat hati2 sekali. Saat itu saya tidak sadar bahwa zat sulfa sudah mendominasi tubuh saya.
Beberapa hari kemudian, sendi-sendi saya tidak bisa digerakkan sehingga saya tampak seperti robot. Jalan tegak lurus. Kondisi saya semakin parah dan diperparah dengan saya tidak bisa menerima makanan apapun. Saya pun ambruk kembali, dan d infus di Nara City Hospital. Kesimpulannya, saya terlalu capai karena tiap malam tdk bisa tidur dan kegiatan sehari2 sangatlah padat.
Apabila kondisi saya lebih buruk dari di Tokyo, dokter menyarankan agar saya secepatnya kembali ke Jakarta. This, Pak Sano sahabat Jepang saya, tampak seperti kebingungan tapi tetap tenang, dan saya merasakan panik yang luar biasa. Sekali lagi, sumimasen Sano san... You are the best deh pokoknya bisa sabar gitu!!!...
Sesampainya di Jakarta, karena kondisi semakin memburuk, termasuk tulang2 saya tidak bisa d gerakkan, akhirnya suami saya memutuskan utk segera menemui Prof. Karnaen, ahli Alergi dan Imunologi d RS Pondok Indah Jakarta. Setelah saya menceritakan kronologinya, sang professor pun menggeleng2kan kepala dan comment : this is unusual case... Sedikit lagi alergi akan menyerang pembuluh darah!!! dan alergi ini disebarluaskan oleh zat sulfa dari obat ber merk Bactrim...
Iiih, wlpn saya gag ngerti apa yang akan terjadi, tapi pernyataan professor tsb membuat bulu kuduk saya merinding...
Akhirnya, kamar 3302 RS Pondok Indah menjadi saksi sekaligus menjadi tujuan akhir kisah petualangan alergi yang saya derita.
Sabar dalam menerima musibah, akan meringankan penderitaan dan bisa menghapus dosa seseorang pada Tuhan...
Kepada sahabat Jepang saya : Pak Atsushi Sano, saya memohon maaf yang sebesar2nya atas kejadian yang menimpa saya sehingga merepotkan banyak pihak terutama pihak Kedubes Jepang d Jakarta dan beberapa pihak di Jepang. Sampaikan permohonan maaf saya atas semua ketidak nyamanan ini. Dan saya berjanji akan berbuat yang terbaik guna berlangsungnya program ini.
(22 November 2008)