05 Februari 2008

Ketika internet BELUM menjadi suatu kebutuhan

Ketika pertama kali saya menenal internet, kira-kira tahun 1994, saya penasaran sekali gimana cara untuk mengoperasionalkannya. Apakah ada cara-cara khusus yang harus dipelajari?, kenapa harus ada modem?, gimana caranya kok gambar dari luar negri bisa dilihat di Jakarta?, dan semua pertanyaan-pertanyaan apakah, kenapa dan gimana yang terus-terusan menari di benak saya. Sempat pesimis juga bahwa saya tidak akan pernah bisa menguasai apa itu internet. Bahkan, menurut saya hal tersebut adalah sesuatu yang rumit, sulit dan hanya orang-orang yang faham betul tentang komputer yang akan mampu mengerti tentang internet.
Pada waktu itu, memang baru segelintir orang yang tau tentang internet. Sedikit-sedikit saya dengar apa itu email, yang ternyata kepanjangan dari Elektronic Mail (surat elektronik). Padahal yang saya tau, email itu kan merupakan lapisan gigi. Terus saya juga denger tentang HTTP. Katanya kalo mau buka alamat di internet, harus pakai HTTP. Ah, repot amat sih pake kode-kode. Rumit sekali. Semakin pupus sudah harapan saya mengetahui lebih dalam mengenai inernet.
Lama saya merenung dan tidak tau apa yang harus diperbuat oleh keberadaan internet. Harganya pasti mahal sekali dan mustahil saya punya internet. Saya sempat mengutarakan ke suami saya, ingin kursus tentang inernet. Hehehe, norak ya.
Beberapa tahun kemudian, akhirnya saya bersahabat dengan internet. Berbagai cara saya lakukan untuk mempelajari tentang internet. Dari mulai membaca buku, tanya kepada teman dan mengira-ngira sendiri apa itu internet. Pernah juga kepikiran, internet itu seperti robot, yang harus diperintah sesuai dengan keinginan kita. Dan bahwa internet merupakan penghubung dunia luar sehingga bisa menjadi dekat terhadap kita. Lama saya belajar dan belajar.
Sekarang ini, internet sudah merupakan suatu kebutuhan. Bukan primer, tapi sekunder. Ada juga yang memposisikan bahwa internet merupakan kebutuhan primer, sehingga seseorang sangat tergantung dan seolah 'tidak bisa hidup' tanpa internet. Ada yang berpikiran 'bodo amat' tentang internet, toh kalo nggak bisa juga nggak dosa kok dan nanti di akherat juga nggak bakal ditanya sama malaikat, 'bisa internet apa tidak'.
Akhir-akhir ini saya lagi 'galak' sama orang yang "hari gini" nggak ngerti tentang internet. Apalagi orang-orang tersebut adalah orang yang selama ini harus dan mau nggak mau bersentuhan dengan internet. Segala fasilitas yang disediakan tidak dipakai secara maksimal. Bahkan, nulis email aja ada yang sampai gemetaran dan keringat dingin. Padahal, kalo salah juga nggak dosa, hehe. Ada saja alasan-alasan orang yang tidak mau menggunakan internet. "Saya bukan tipe orang di balik meja", "saya tidak suka dunia maya yang penuh kebohongan", "saya tidak ada waktu menghabiskan berjam-jam di depan komputer", dan seabrek alasan lain. Padahal semua alasan tersebut adalah ekspresi dari MALAS atau memang TIDAK BISA TAPI MAU NANYA KOK GENGSI atau memang AWARENESS NYA YANG TIDAK ADA.
Saya tidak boleh sombong. Karena dulu waktu baru mengenal internet, saya juga seperti kebo bingung. Beruntungnya saya adalah, pada waktu itu memang banyak orang yang belum tau tentang internet karena keberadaannya yang relatif masih baru. Dan saya juga belum mempunyai urusan yang berkaitan dengan internet. Tapi, saya mau BELAJAR dan SADAR bahwa suatu saat internet akan menjadi suatu kebutuhan, entah kapan. Dulu juga tidak terbayang, setelah beberapa tahun kemudian, menjadi kenyataan.
Kemudian...
  • ketika pakaian belum menjadi suatu kebutuhan, akankah kita mau membeli pakaian?
  • ketika mobil belum menjadi suatu kebutuhan, akankah kita mau belajar nyetir mobil?
  • dan ketika udara belum menjadi suatu kebutuhan, apakah kita tidak akan bernafas?

dan, jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas, saya harap mampu mewakili jawaban dari : KETIKA INTERNET BELUM MENJADI SUATU KEBUTUHAN, APAKAH KITA TIDAK PERLU MEMPELAJARINYA???